This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 21 April 2009

Manajemen Organisasi

Fungsi Manajemen
A. Perencanan
1. Menghitung Potensi Dan Sumber Daya (SWOT)
a. SDM Pengurus
b. Pendanaan (Internal, kemahasiswaan, Sponsor, instansi, dll)
c. Sarana (potensi internal yang ada)
d. Waktu
2. Menentukan Kebijakkan dan Tujuan Umum
a. Pemenuhan Misi dan Visi
b. Agenda – agenda kegiatan
3. Skala Prioritas
- Penentuan agenda penting mendesak, penting tidak mendesak, tidak penting tidak mendesak
4. Penentuan sarana
- Penentuan infrastruktur yang harus dipenuhi (kesekretariatan, komunikasi, transportasi, tim kajian, dll)

B. Pengorganisasian
1. Pembagian Tugas
- Pembentukan Departemen dan Biro
2. Penentuan Wewenang dan Tanggung Jawab
- Job Description yang jelas
3. Peningkatan kemampuan manajerial dan wawasan
- Kesiapan moral, pemikiran dan metode

C. Pengarahan
1. Mekanisme Kerja dan Interaksi (hub. Antar pengurus, komunikasi)
2. Koordinasi dan Rapat
3. Peningkatan kondisi maknawiyah
4. Pemberian ruang inovasi dan penghargaan (iklim kerja yang kondusif)

D. Kontrol Dan Evaluasi
1. Menentukan standar evaluasi
2. Melakukan supervisi pelaksanaan dan koreksi

Proses Perencanaan Strategis
1. Fase Inisiatif dan kesepakatan
- Penentuan kebijakan secara umum, konteks kepentingan internal, personal dan lembaga.
- Duduk bersama dalam proses perumusan.
2. Fase penetapan misi lembaga dan prinsip nilainya
- Buat aturan main dan sistem kerja
3. Fase mengukur lingkungan internal dan eksternal lembaga
4. Fase menentukan masalah-masalah sentral dan strategis
5. Fase merumuskan strategi dan memecahkan masalah
6. Fase meletakan pandangan yang tajam terhadap masa depan

Kesekretariatan

Kenapa Kita Harus Pelajari?
 Agar menjadi lembaga yang professional
 Dalam rangka tertib administrasi
 Sebagai bahan evaluasi
 Sebagai pusat informasi intern

A. SURAT DINAS
Definisi
Surat Dinas adalah surat yang dikeluarkan oleh lembaga/organisasi dengan mengatasnamakan lembaga/organisasi tersebut. Ditandai dengan adanya kop surat lembaga/organisasi dan penandatangan yang biasanya lebih dari satu (ada juga yang satu tapi perlu diparaf oleh sekretaris/kadep/ kabiro) serta stempel lembaga/organisasi
Syarat-syarat Surat Dinas Yang Baik
 Format surat yang menarik dan sesuai ketentuan
 Bahasa yang jelas
 Bahasa yang padat tidak bertele-tele
 Bahasa yang sopan dan hormat

Jenis Surat Dinas
No Jenis Surat Kode Surat
1 Permohonan (dana, barang, peminjaman, tempat dll) PH
2 Undangan U
3 Pemberitahuan B
4 Surat Tugas ST
5 Surat Mandat SM
6 Surat Rekomendasi SR
7 Pengumuman PU
8 Pernyataan PN
9 Kerjasama KS
10 Nota Dinas ND

Unsur-unsur Surat Dinas
1. Kop Surat
2. Tempat dan tanggal dikeluarkan surat
3. Nomor, Lampiran dan Perihal Surat
4. Tujuan Surat
5. Salam pembuka
6. Isi Surat
7. Penutup
8. Tanda tangan
9. Stempel organisasi
10.Tembusan-tembusan

Unsur-unsur kop surat :
1. Logo/lambang organisasi
2. Nama Lembaga
3. Nama Departemen
4. Nama kepanitiaan (kalau ada)
5. Alamat dan telepon/kontak person

Tempat dan tanggal surat
o Tempat kedudukan organisasi
o Tanggal dikeluarkannya surat bukan tanggal pembuatan surat, nama bulan tidak boleh disingkat
o Jika tujuan surat masih dalam satu kota/tempat maka tidak usah dicantumkan tempat cukup tanggal saja
o Penulisan di bawah kop sebelah kanan

Nomor, Lampiran dan Hal
o Nomor surat harus baku
o Nomor mengandung kode jenis, departemen, kepanitiaan, lembaga, bulan dan tahun
o Lampiran ditulis dengan huruf (untuk 1 kata mis. Lamp. : Satu berkas untuk lebih dari 1 mis. Lamp. : 123 halaman
o Tidak berlampiran tidak usah dicantumkan kata lampiran (cont. salah Lamp. : -)
o Hal menunjukkan maksud utama surat

Contoh Penomoran Surat
Nomor : 15/PH/F1M/LDK-U/UBR/XII/2008
Lamp. : Satu Berkas
Hal : Permohonan Peminjaman Mobil

1. Surat yang ke-15, berjenis permohonan dari Panitia F1M, Organisasi LDK Ukhuwah UNBARA, bulan Desember tahun 2008
2. Lampiran berupa proposal
3. Hal untuk peminjaman mobil

Tujuan Surat
• Tidak diawali kepada cukup Yth. Atau Ykh.
• Dilanjutkan nama dan gelar penerima surat atau jabatan
• Nama jalan dan alamat ditulis dengan jelas

Ykh. Ir. Fulan, M. Hum
Jalan Gatot Subroto No.7
Kab. OKU Prop. Sumsel 32112 atau

Ykh. Ketua FSLDK Baturaja
u.p. Ketua Biro Humas dan Media
Jalan Pangeran Hajib III No.15
Baturaja

Salam Pembuka dan Penutup
• Salam pembuka dan penutup harus sesuai
• Merupakan tanda hormat

Misal.
Dengan hormat maka ditutup dengan Hormat kami
Assalamualaikum Wr Wb ditutup dengan Wassalamualaikum Wr Wb

Isi Surat
Ada 3 bagian yaitu paragraf pembuka, paragraf isi dan paragraf penutup
o Cont. Paragraf pembuka
Segala puji bagi Allah SWT Rabb semesta alam atas limpahan karunia dan nikmat yang tiada terhitung. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada uswatun hasanah bagi umat manusia, Rasulullah SAW dan keluarganya.

o Cont. Paragraf Isi
Sehubungan dengan akan diadakannya kegiatan Festival 1 Muharram (F1M) yang insya Allah akan dilaksanakan pada 2 (Dua hari), yaitu :
Hari/tanggal : Sabtu - Minggu/ 17 – 18 Januari 2008
Waktu : 08.00 WIB s.d. selesai
Tempat : Kampus Karang Sari Universitas Baturaja
Maka melalui surat permohonan ini kami mohon bantuan Bapak untuk dapat memberikan bantuan dana demi terselenggaranya acara tersebut.

o Cont. Paragraf penutup
Atas perhatian saudara, kami ucapkan terima kasih

Tanda tangan dan stempel
o Diatas tanda tangan tercantum lembaga/pihak yang mengeluarkan surat
o Dibawah tanda tangan tercantum nama dan jabatan.

Tembusan-tembusan
o Ditempatkan sebelah kiri bawah surat
o Apabila lebih dari satu diberi nomor

Contoh :
Tembusan :
Ketua FSLDK OKU atau
Tembusan :
1. Ketua BEM UNBARA;
2. Ketua Rohis SMA N 4 OKU.

Sistem Administrasi Surat Dinas
Surat Masuk
Yaitu surat yang diterima oleh suatu lembaga/ organisasi yang berasal dari lembaga/organisasi/ perorangan
Tahap-tahap yang harus dilakukan dalam penanganan susuk

1. Penerimaan Surat
Surat yang diterima bisa dari jasa pos, jasa pengiriman, faksimil, kurir dan e-mail.
Surat yang diterima hendaknya oleh satu tangan (divisi kesekretariatan)
2. Pengagendaan Surat
No Tgl Masuk Tgl Surat No.Surat Dr Siapa Perihal Ditujukan kepada Keterangan
01 23Juli2008 25Juni2008 01/pb/KU/V/2001 HMI Undgn. PP.LDK KETUM
Seminar
3. Penyampaian kepada tujuan surat
Surat yang masuk setelah dibukukan dalam buku agenda disampaikan kepada yang dituju. Bisa untuk Ketua Umum atau Ketua Departemen/Biro
4. Tindak lanjut (disposisi)
Setelah dibaca hendaknya kemudian di-DISPOSISIkan berupa :
a) Pedomani dan diselesaikan oleh Ka. Departemen dan Ka. Biro
b) Tempelkan di papan pengumuman
c) Masukkan ke arsip
d) Dibuat surat balasan

Surat Keluar
Yaitu surat yang dikeluarkan oleh suatu lembaga/organisasi yang ditujukan kepada lembaga/organisasi/ perorangan

Langkah-langkah Surat Keluar

o Adanya permasalahan
o Pembahasan
o Pembuatan Surat (Konsep dan asli)
o Pengagendaan Surat
o Pengiriman dan pengarsipan

Agenda Surat Keluar
No Tgl Keluar No.Surat Dr Siapa Perihal Ditujukan kepada Keterangan
01 23Juli2008 01/M/KU PP LDK Ukhuwah Mandat Dept. Kaderisasi Ketua umum

Pengiriman dan Pengarsipan
 Surat dikirim melalui jasa pos, ekspedisi, e-mail, faksimil atau kurir
 Surat yang keluar wajib ada arsipnya, agar ketika diperlukan sekali waktu bisa disiapkan. Begitu juga bisa dicontoh untuk jenis surat yang sama

PENGARSIPAN
Berfungsi sebagai kontrol dan manajemen organisasi,
Tahapan-tahapan pengarsipan :
1. Memeriksa apakah surat/laporan sudah ditanggapi
2. Menentukan indeks atau dikelompokkan
3. Menyimpan

B. PROPOSAL
Definisi
“Proposal adalah penggambaran suatu kegiatan, acara atau pendirian lembaga yang akan dilaksanakan agar pembacanya mendapat kejelasan tentang acara, kegiatan atau lembaga tersebut”
Anggapan salah bahwa proposal hanya untuk mencari dana

Unsur-unsur Proposal

1. Pendahuluan/Pembukaan/Mukadimah/Latar Belakang
Merupakan pendahuluan dari penggambaran sebuah kegiatan. Bisa juga untuk menggambarkan latar belakang dari tujuan yang dimaksud dari proposal tersebut.

2. Nama dan Tema kegiatan
Nama dan Tema hendaknya dipisahkan, karena mempunyai unsur yang berbeda.
Nama merupakan sebutan dari kegiatan tersebut
Tema merupakan penjiwaan dari kegiatan tersebut

3. Tujuan kegiatan
Hendaknya disampaikan apa yang menjadi tujuan dari diselenggarakannya kegiatan/acara/lembaga yang dimaksudkan di dalam proposal secara rinci dan jelas serta konkrit

4. Waktu dan Tempat
Penjelasan waktu diperlukan guna mengetahui kapan diselenggarakannya acara/kegiatan tersebut
Sedangkan tempat untuk mengetahui lokasi kegiatan/acara

5. Hal-hal Lain spt Peserta, Kepanitiaan,
Informasi yang perlu disampaikan atau dicantumkan seperti peserta kegiatan : kuantitas, asal dan jenis. Kepanitiaan juga perlu dicantumkan : Penanggung jawab, SC (Panitia pengarah) dan OC (Panitia pelaksana). Dapat dicantumkan dalam lampiran

6. Jadwal Acara
Jadwal acara dicantumkan agar memberi informasi jalannya sebuah acara/kegiatan tersebut. Bisa juga dicantumkan dalam lampiran

7. Biaya
Rencana pemasukan dan pengeluaran perlu dicantumkan. Sedangkan perinciannya bisa dicantumkan dalam lampiran

8. Khatimah/Penutup
Penutup proposal biasanya menyebutkan ucapan terimakasih dan permohonan dukungan dari berbagai pihak. Juga menyebutkan permohonan maaf atas kekurangan yang ada dalam proposal

9. Lampiran-lampiran
• Rincian Biaya
• Susunan panitia
• Susunan Acara
• Dll yang perlu disampaikan

C. LAPORAN
I. Laporan Kegiatan
Merupakan pelaporan terhadap hasil sebuah kegiatan. Fungsinya :
a) Sebagai bahan evaluasi untuk perencanaan kegiatan selanjutnya
b) Laporan terhadap donatur dan sponsor
c) Sebagai dokumentasi
d) Tindak lanjut (follow up) kegiatan
e) Sebagai kontra proposal

Unsur-unsur Laporan Kegiatan
1. Pembukaan/Pendahuluan
Merupakan kata pembuka atau kata pengantar dari panitia
2. Landasan Pemikiran
Berisi landasan ideal dan operasional bisa berupa dalil-dalil atau pasal2 AD/ART
3. Kondisi Objektif/Umum
Berisi kondisi abstrak dari kegiatan yang telah dilaksanakan (cukup berhasil atau gagal)
4. Peserta kegiatan
Diuraikan mengenai jumlah, segmentasi, pencapaian target peserta dan daftar peserta biasanya dilampirkan
5. Waktu dan tempat kegiatan
Berisi waktu dan tempat kegiatan
6. Pendanaan
Diuraikan mengenai jumlah penerimaan dan pengeluaran atau bisa juga rinciannya dicantumkan dalam lampiran
7. Susunan Acara
Diuraikan schedule/jadwal kegiatan secara rinci atau bila banyak dicantumkan dalam lampiran
8. Evaluasi
Berisi uraian hal-hal yang perlu dibenahi, mis. Sarana air kurang, waktu yang molor dsb.
9. Penutup
Ucapan-ucapan terima kasih dan harapan kegiatan ke depan.
10. Lampiran
a) Dokumentasi
b) Susunan Acara
c) Penerimaan dan Pengeluaran Dana
d) Daftar sponsor dan donator
e) Daftar Peserta
f) Follow up kegiatan

II. Laporan Pertanggungjawaban pengurus

Merupakan laporan pengurus selama masa kepengurusan/periode jabatan yang akan dipertanggungjawabkan dalam forum musra

Fungsi :
1. Bahan pertanggungjawaban pengurus
2. Bahan evaluasi
3. Bahan rekomendasi dan pertimbangan-pertimbangan lainnya

Unsur-unsur LPJ
1. Pengantar
Kata pengantar dari ketua organisasi dan ucapan terima kasih kepada pengurus dan pihak-pihak lain
2. Daftar Isi
3. Kondisi Objektif
Berisi visi, misi kepengurusan. Fokus atau langkah kerja. Bisa juga diisi dengan SWOT
4. Susunan Kepengurusan
Susunan pengurus di awal dan di akhir kepengurusan
5. LPJ Keuangan Bendum
Penting disampaikan untuk mengetahui kondisi keuangan di akhir kepengurusan
6. LPJ masing-masing Departemen dan Biro
a) Pembukaan (visi, misi departemen/biro)
b) Pengurus Departemen/Biro dan amanah dalam dept/biro tsb, mis : divisi, sub dept
c) Gambaran Umum pengurus
d) Program kerja dan realisasinya
e) Penutup

Peran Mahasiswa Dalam Pembentukan Karakter Bangsa

Negara merupakan suatu wadah organisasi yang timbul dari kehendak elemen-elemen yang berdiam pada suatu wilayah tertentu. Elemen-elemen yang ada di dalam suatu negara salah satunya adalah bangsa. Bangsa merupakan sekelompok orang yang merasa senasib, karena memiliki kesamaan keturunan, adat, bahasa dan sejarah serta memiliki tujuan bersama dalam pemerintahan sendiri.
Perjuangan suatu bangsa tidak terlepas dari unsur-unsur yang ada di dalamnya. Ketika suatu bangsa menginginkan terbentuknya suatu negara berbagai macam peran yang dilakoni oleh unsur-unsur bangsa. Sebut saja masyarakat, uniknya perangkat di dalamnya yang tergabung dalam kelompok kaum muda (baca : pemuda) dan kaum tua begitu bersemangat untuk memperjuangkan nasib bangsanya. Kalaupun kita menengok ke masa lalu, bagaimana peran pemuda begitu penting dalam perjuangan bangsa Indonesia yang kita cintai ini.
Sebut saja mahasiswa yang merupakan sosok pemuda yang memiliki banyak potensi. Suatu elemen masyarakat yang unik, dengan jumlah yang tidak banyak. Namun sejarah mencatat bahwa dinamika bangsa ini tak terlepas dari campur tangan (baca : peran) mahasiswa. Walaupun jaman terus bergerak dan berubah, namun ada yang tidak berubah dalam diri mahasiswa, yaitu semangat dan idealisme.
Semangat-semangat yang berkobar dan terpatri dalam diri mahasiswa, semangat yang mendasari untuk melakukan perubahan-perubahan atas suatu kondisi atau keadaan yang tidak adil. Mimpi-mimpi besar akan bangsanya. Mahasiswa tahu, ia akan senantiasa melakukan yang terbaik untuk masyarakat, bangsa, dan negaranya. Intuisi dan hati kecilnya akan selalu menyerukan idealisme.
Sejarah terus mencatat, perjuangan mahasiswa dalam memerangi ketidakadilan. Sejarah juga mencatat bahwa perjuangan bangsa Indonesia tidak bisa lepas dari mahasiswa dan dari pergerakan mahasiswa akan muncul tokoh dan pemimpin bangsa. Kalaupun kita menengok ke belakang bagaimana sejarah telah mencatat prestasi-prestasi yang ditorehkan oleh pergerakan mahasiswa. Soekarno, Presiden pertama RI yang merupakan tokoh pergerakan mahasiswa pada zamanya telah menorehkan prestasi untuk memproklamasikan kemerdekaan RI.
Berkaca lagi dari sejarah, ketika pemerintahan Bung Karno labil karena situasi politik yang memanas pada tahun 1966. Lahirlah Pergerakan mahasiswa yang kita ketahui sebagai Angkatan 66. Mereka tampil ke depan memberikan semangat bagi pelaksanaan Tritura (Tri Tuntutan Rakyat) yang kemudian melahirkan orde baru. Demikian pula, ketika masa transisi orde baru yang dinilai merebaknya penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan orde baru. Berbagai macam Gerakan Mahasiswa, seperti Badan Eksekutif Mahasiswa, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia, Himpunan Mahasiswa Islam, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia, dan berbagai macam aliansi gerakan mahasiswa lainnya bersatu padu meyerukan untuk melengserkan Rezim orde baru, yang akhirnya melahirkan Jaman Reformasi.
Begitulah perjuangan mahasiswa dalam memperjuangkan idealismenya untuk mememerangi ketidakadilan. Walaupun terkadang mahasiswa selalu disebut sebagai temperamen jalanan, yang selalu menyerukan aspirasi melalui demonstrasi. Namun demikian, perjuangan mahasiswa belumlah berakhir. Masih banyak tugas mahasiswa yang senantiasa untuk menyelamatkan bangsa ini. Apalagi bangsa Indonesia sekarang yang sedang mengalami ’virus pemilu’ yang semestinya merangsang kepekaan mahasiswa untuk menyerukan kebenaran dan keadilan kepada masyarakat. Ini menunjukkan bahwa ada siklus yang tidak dapat dipisahkan antara negara, bangsa, dan masyarakat (baca : mahasiswa). Kesemuanya saling berhubungan satu sama lain.
Uniknya, virus pemilu yang baru diselenggarakan pada 9 April 2009 tersebut memberikan efek yang sangat besar bagi bangsa ini. Bagaimana tidak pra-pemilu telah terjadi kisruh tentang DPT (Daftar Pemilih Tetap). Ada yang ganda, tidak terdaftar, dan yang lebih parah lagi orang yang sudah meninggal termasuk di daftar. Disaat pemilu berlangsung masih banyak masyarakat yang tidak melaksanakan hak pilihnya dengan baik. Yang terjadi adalah masyarakat yang menggunakan hak pilihnya hanya 60 %-an, 4o %-nya Golput (Lembaga Survei). Setelah pelaksanaan pemilu, berbagai partai politik menyatakan ketidakpuasan atas pemilu tahun ini. Ada yang melakukan koalisi membentuk barisan sakit hati.
Hal-hal tersebut merangsang kepekaan mahasiswa untuk memberikan suatu yang terbaik untuk bangsa ini. Ini menuntut kembali potensinya sebagai mahasiswa. Dikarenakan bahwa arah pemilu legislatif 9 april kemarin adalah pemilu presiden bulan mei mendatang. Itulah hakikat yang sebenarnya. Mahasiswa sebagai agent of change (agen peubah) mampu memberikan perubahan terhadap keadaan suatu bangsa. Mahasiswa mampu melengserkan pemimpin bangsa yang tirani. Ia pun mampu mengubah peradaban bangsa ini dengan idealisme.
Sebagai agent of social control, mahasiswa mampu memberikan solusi yang ampuh untuk mengatasi siapa yang bakalan cocok menjadi pemimpin bangsa ini ke depan. Mahasiswa yang memiliki idealisme, daya analisis dan kritis dapat memberikan pencerahan kepada masyarakat tentang karakteristik seorang pemimpin bangsa yang baik.
Sebagai iron stock, mahasiswa merupakan generasi masa depan yang nantinya akan menggantikan para sesepuhya dalam pemerintahan. Mahasiswa bisa menjadi pemimpin di negara ini. Coba lihat, banyak aktivis mahasiswa yang terjun ke dunia perpolitikan. Menjadi anggota legislatif. Dengan seperti itu, ia mampu menyalurkan inspirasi dan aspirasinya. Sebut saja Hidayat Nurwahid (Ketua MPR RI), Akbar Tanjung (Mantan Ketua DPR), Amien Rais (Mantan Ketua MPR RI, Mustafa Kamal (Anggota DPR RI, Mahfuz Sidiq (Anggota DPR RI), Fahri Hamzah (Anggota DPR RI), Rama Pratama (Anggota DPR RI) dan masih banyak aktivis mahasiswa lainnya.
Akbar Tanjung, beliau merupakan fungsionaris Himpunan Mahasiswa Islam. Mustafa Kamal yang kerap aktif di masjid kampus UI (baca : LDK sekarang). Amien Rais yang aktif pada Ikatan Mahasiswa Muhamadiyah, dan beliaupun dikenal sebagai ikon reformasi pada 20 Mei 1998. Fahri Hamzah yang dikenal sebagai Ketua umum Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia Pusat yang pertama, yang terpilih pada Forum Aktivis Dakwah Kampus se- Indonesia di Universitas Muhamadiyah Malang pada 29 Maret 1998, yang dikenal dengan Deklarasi Malang. Dan itu merupakan cikal bakal terjadinya reformasi 1998. Rama Pratama yang merupakan Presiden Mahasiswa Universitas Indonesia.
Betapa peran mahasiswa bagi bangsa sangatlah besar. Dalam rangka pembentukan karakter bangsa, ia akan menunjukkan dan mengaktualisasikan potensi-potensinya yang luar biasa. Banyak aktivis Mahasiswa berani turun ikut dalam kancah perpolitikan, itu menunjukkan bahwa mereka dapat mengaplikasikan idealisme dan semangatnya untuk senantiasa menegakkan keadilan dan kebenaran pada bangsa ini.
Sebagai bagian dari bangsa ini, mahasiswa akan terus memberikan yang terbaik sebagai wujud idealismenya. Bukankah itu semua merupakan kewajiban bagi setiap insani bangsa Indonesia, termasuk di dalamnya adalah mahasiswa. Pembentukan karakter bangsa Indonesia akan terwujud ketika mahasiswa mampu mengaplikasikan dan mengaktualisasikan semua potensi yang dia memiliki dengan tepat dan benar. Sebagai wujud dari kecintaan terhadap negara yang dicintai ini. Identitas bangsa Indonesia yang katanya adalah budaya timur, yang kerap kali kental dengan nilai-nilai Ketuhanan (baca : Agamis) terkembalikan tanpa ada campur tangan dari pihak imperialisme.
Untuk itu mahasiswa harus memiliki yang namanya nilai-nilai Rabbani (Ketuhanan). Dalam artian mereka akan senantiasa menjunjung tinggi norma ketuhanan dibandingkan yang lain. Karena tidak ada kekuatan yang lebih besar dari kekuatan Tuhan. Coba kita renungkan kembali bagaimana Sirah Nabawaiyah dan Sahabat (Kisah Nabi dan sahabat) mewujudkan yang namanya Khilafah Islamiyah. Semuanya bermula ketika mereka berlandaskan bahwa apa yang mereka lakukan hanya untuk menggapai nilai-nilai Ketuhanan, Ridha-Nya Allah SWT. Dan itu terbukti Kepemipinan Islam sungguh luar biasa pada saat itu.
Begitupun perjuangan bangsa Indonesia ini dalam meraih kemerdekaan, tak terlepas dari peran serta pemuda yang senantiasa menggapai kemenangan di mata Allah SWT. Bung Tomo yang selalu meneriakkan Takbir ketika menyemangati para pejuang. Bukankah dalam Pembukaan UUD 1945 pada Alinea ke 2 dimaktubkan kata-kata ” Atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa...”, ini seakan membuktikan bahwa ada peran agama dalam perjuangan bangsa ini. Luar biasa betapa nilai-nilai Ketuhanan sangat berperan penting dalam perjuangan suatu bangsa. Dan nilai-nilai ini yang harus dimiliki oleh setiap mahasiswa.
Semangat, idealisme, nilai-nilai Ketuhanan dan semua potensi yang ada dalam diri mahasiswa akan terus melekat dan terpatri. Selama mahasiswa tersebut berada di dalam jalur kebenaran dan untuk menegakkan keadilan di bumi pertiwi ini. Dan tidak mustahil bangsa ini akan menjadi yang terdepan dan terbaik dibandingkan bangsa lain. Ingatlah kata-kata bung Karno,” Beri aku 1000 pemuda maka akan aku taklukkan dunia ”. Dan semua potensi yang ada pada pemuda dimiliki oleh mahasiswa.

Selasa, 14 April 2009

AKHLAQ ISLAMI

MUQADIMAH
Ketika Islam belum datang sebagai sebuah pedoman hidup bagi umat
manusia, bangsa Arab sangat dikenal dengan kejahiliyannya. Kejahiliyahan
tersebut akan sangat terasa benar, manakala kita mencoba melihatnya dari sisi
moralitas (baca; akhlak). Keburukan apakah yang dapat menandingi dengan moral
seorang ayah, yang dengan tega dan rasa jijik, mengubur hidup-hidup anaknya
sendiri. Kejelekan apa yang melebihi dari pada terjadinya perzinaan pada seorang
istri, atas perintah sang suaminya sendiri? Namun ternyata hal tersebut dianggap
merupakan sesuatu yang sangat wajar pada zamannya.
Di sinilah, Islam datang merubah kondisi yang sangat bejat, menjadi
berputar ke arah yang posistif seratus delapan puluh derajat. Karena sesungguhnya
Islam datang, memang membawa misi untuk merubah kondisi jahiliyah yang ada,
menjadi kondisi Islami. Adapun moralitas, adalah merupakan implementasi dari
kondisi mental seseorang atau masyarakat pada suatu waktu tertentu. Baik
buruknya moral seseorang, atau moral suatu bangsa, sangat terkait dengan mental
orang atau bangsa tersebut. Mengenai misi ini, Rasulullah SAW pernah
mengatakan:
Da r i A b u H u r a i r a h r a , R a s u l u l l a h S A W b e r s a b d a : “ B a h wa s a n y a aku diutus adalah untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak. (HR. Ahmad dan al-Bazar).
Sebagai seorang muslim, kitapun memiliki kewajiban untuk senantiasa
meningkatkan dan memperbaiki kualitas moral yang terdapat dalam diri kita. Dan
dalam Islam, akhlak memiliki dimensi yang luas dan universal. Mencakup akhlak
terhadap apapun dan siapapun yang ada di sekitar kita. Termasuk akhlak terhadap
lingkungan, terhadap alam, terhadap hewan, dan lain sebagainya. Namun dalam
pembahasan akhlak kita, akan terfokus pada hal-hal yang sangat urgen.
Diantaranya adalah; akhlak terhadap Allah SWT, akhlak seorang muslim terhadap
dirinya sendiri, akhlak terhadap orang tuanya, akhlak terhadap keluarga & kerabat,
akhlak terhadap saudara seiman, dan akhlak terhadap tetangga & masyarakatnya.
Akhlak Seorang Muslim Terhadap Allah SWT
Setiap muslim meyakini, bahwa Allah adalah sumber segala sumber dalam
kehidupannya. Allah adalah Pencipta dirinya, pencipta jagad raya dengan segala
isinya, Allah adalah pengatur alam semesta yang demikian luasnya. Allah adalah
pemberi hidayah dan pedoman hidup dalam kehidupan manusia, dan lain
sebagainya. Sehingga manakala hal seperti ini mengakar dalam diri setiap muslim,
maka akan terimplementasikan dalam realita bahwa Allah lah yang pertama kali
harus dijadikan prioritas dalam berakhlak.
Jika kita perhatikan, akhlak terhadap Allah ini merupakan pondasi atau dasar
dalam berakhlak terhadap siapapun yang ada di muka bumi ini. Jika seseorang
tidak memiliki akhlak positif terhadap Allah, maka ia tidak akan mungkin memiliki
akhlak positif terhadap siapapun. Demikian pula sebaliknya, jika ia memiliki akhlak
yang karimah terhadap Allah, maka ini merupakan pintu gerbang untuk menuju
kesempurnaan akhlak terhadap orang lain. Diantara akhlak terhadap Allah SWT
adalah:
1. Taat terhadap perintah-perintah-Nya.
Hal pertama yang harus dilakukan seorang muslim dalam beretika kepada Allah
SWT, adalah dengan mentaati segala perintah-perintah-Nya. Sebab bagaimana
mungkin ia tidak mentaati-Nya, padahal Allah lah yang telah memberikan
segala-galanya pada dirinya. Allah berfirman (QS. 4 : 65):
“ Ma k a d e mi R a b -mu, mereka pada hakekatnya tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemdian mrekea
tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap ptutusan yang kamu berikan, dan
me r e k a me n e r i ma d e n g a n s e p e n u h n y a . ”
Karena taat kepada Allah merupakan konsekwensi keimanan seoran muslim
kepada Allah SWT. Tanpa adanya ketaatan, maka ini merupakan salah satu
indikasi tidak adanya keimanan. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW juga
menguatkan makna ayat di atas:
“ R a s u l u l l a h S A W b e r s a b d a , “ T i d a k b e r i ma n s a l a h s e o r a n g d i a n t a r a k a l i a n , h i n g g a h a wa nafsunya (keinginannya) mengikuti apa yang telah datang dariku (Al-Qu r ’ a n d a n sunnah). (HR. Abi Ashim al-syaibani).

2. Memiliki rasa tanggung jawab atas amanah yang diembankan padanya.
Etika kedua yang harus dilakukan seorang muslim kepada Allah SWT, adalah
memiliki rasa tanggung jawab atas amanah yang diberikan padanya. Karena
pada hakekatnya, kehidupan inipun merupakan amanah dari Allah SWT. Oleh
karenanya, seorang mukmin senantiasa meyakini, apapun yang Allah berikan
padanya, maka itu merupakan amanah yang kelak akan dimintai pertanggung
jawaban dari Allah. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW pernah bersabda:
Da r i i b n u U ma r r a , R a s u l u l l a h S A W b e r s a b d a , ‘ S e t i a p k a l i a n a d a l a h p e mi mp i n , d a n setiap kalian bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya. Seorang amir (presiden/ imam/ ketua) atas manusia, merupakan pemimpin, dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang suami merupakan pemimpin bagi keluarganya, dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang wanita juga merupakan pemimpin atas rumah keluarganya dan juga anak-anaknya, dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang hamba adalah pemimpin atas harta tuannya, dan ia bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya. Dan setiap kalian adalah pemimpin, dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. (HR.Muslim)


3. Ridha terhadap ketentuan Allah SWT.
Etika berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah SWT,
adalah ridha terhadap segala ketentuan yang telah Allah berikan pada dirinya.
Seperti ketika ia dilahirkan baik oleh keluarga yang berada maupun oleh
keluarga yang tidak mampu, bentuk fisik yang Allah berikan padanya, atau hal-
hal lainnya. Karena pada hakekatnya, sikap seorang muslim senantiasa yakin
(baca; tsiqah) terhadap apapun yang Allah berikan pada dirinya. Baik yang
berupa kebaikan, atau berupa keburukan. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW
bersabda:
Rasulullah SAW bersabda, sungguh mempesona perkara orang beriman. Karena segala
urusannya adalah dipandang baik bagi dirinya. Jika ia mendapatkan kebaikan, ia bersyukur, karena ia tahu bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya. Dan
jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena ia tahu bahwa hal tersebut merupakan hal
terbaik bagi dirinya. (HR. Bukhari)
Apalagi terkadang sebagai seorang manusia, pengetahuan atau pandangan kita
terhadap sesuatu sangat terbatas. Sehingga bisa jadi, sesuatu yang kita anggap
baik justru buruk, sementara sesuatu yang dipandang buruk ternyata malah
memiliki kebaikan bagi diri kita.

4. Senantiasa bertaubat kepada-Nya.
Sebagai seorang manusia biasa, kita juga tidak akan pernah luput dari sifat lalai
dan lupa. Karena hal ini memang merupakan tabiat manusia. Oleh karena
i t u l a h , e t i k a k i t a k e p a d a A l l a h , ma n a k a l a s e d a n g t e r j e r u mu s d a l a m ‘ k e l u p a a n ’
sehingga berbuat kemaksiatan kepada-Nya adalah dengan segera bertaubat
kepada Allah SWT. Dalam Al-Qu r ’ a n A l l a h b e r f i r ma n ( QS . 3 : 1 3 5)
Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri
mereka sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa
mereka. Dan siapakah yang dapat mengampuni dosa selain Allah? dan mereka tidak
meneruskan perbuatan kejinya itu sedang mereka mengetahui.

5. Obsesinya adalah keridhaan ilahi.
Seseorang yang benar-benar beriman kepada Allah SWT, akan memiliki obsesi
dan orientasi dalam segala aktivitasnya, hanya kepada Allah SWT. Dia tidak
beramal dan beraktivitas untuk mencari keridhaan atau pujian atau apapun dari
manusia. Bahkan terkadang, untuk mencapai keridhaan Allah tersebut,
‘ t e r p a k a s a ’ h a r u s me n d a p a t k a n ‘ k e t i d a k s u k a a n ’ d a r i p a r a ma n u s i a l a i n n y a .
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW pernah menggambarkan kepada kita:
Rasulullah SAW bersabda, Barang siapa yang mencari keridhaan Allah de n g a n ‘ a d a n y a ’ kemurkaan manusia, maka Allah akan memberikan keridhaan manusia juga. Dan barang siapa yang mencari keridhaan manusia dengan cara kemurkaan Allah, maka Allah akan mewakilkan kebencian-Nya pada manusia. (HR. Tirmidzi, Al-Qa d h a ’ I d a n i b n u Asakir).
Dan hal seperti ini sekaligus merupakan bukti keimanan yang terdapat dalam
dirinya. Karena orang yang tidak memiliki kesungguhan iman, otientasi yang
dicarinya tentulah hanya keridhaan manusia. Ia tidak akan perduli, apakah Allah
menyukai tindakannya atau tidak. Yang penting ia dipuji oleh oran lain.

6. Merealisasikan ibadah kepada-Nya.
Etika atau akhlak berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap
Allah SWT adalah merealisasikan segala ibadah kepada Allah SWT. Baik ibadah
yang bersifat mahdhah, ataupun ibadah yang ghairu mahdhah. Karena pada
hakekatnya, seluruh aktiivitas sehari-hari adalah ibadah kepada Allah SWT.
Dalam Al-Qu r ’ a n A l l a h b e r b e r f i r ma n ( QS . 5 1 : 5 6 ) :
“ Da n t i d a k l a h A k u me nciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka beribadah kepada-K u . ”
Oleh karenanya, segala aktivitas, gerak gerik, kehidupan sosial dan lain
sebagainya merupakan ibadah yang dilakukan seorang muslim terhadap Allah.
Sehingga ibadah tidak hanya yang memiliki skup mahdhah saja, seperti shalat,
puasa haji dan sebagainya. Perealisasian ibadah yang paling penting untuk
dilakukan pada saat ini adalah beraktivitas dalam rangkaian tujuan untuk dapat
menerakpak hukum Allah di muka bumi ini. Sehingga Islam menjadi pedoman
hidup yang direalisasikan oleh masyarakat Islam pada khususnya dan juga oleh
masyarakat dunia pada umumnya.

7. Banyak membaca al-Qu r ’ a n .
Etika dan akhlak berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap
Allah adalah dengan memperbanyak membaca dan mentadaburi ayat-ayat,
yang merupakan firman-firman-Nya. Seseeorang yang mencintai sesuatu,
tentulah ia akan banyak dan sering menyebutnya. Demikian juga dengan
mukmin, yang mencintai Allah SWT, tentulah ia akan selalu menyebut-nyebut
Asma-Nya dan juga senantiasa akan membaca firman-firman-Nya. Apalagi
menakala kita mengetahui keutamaan membaca Al-Qu r ’ a n y a n g d mi k i a n
besxarnya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW mengatakan kepada kita:
R a s u l u l l a h S A W b e r s a b d a , ‘ B a c a l a h A l -Qu r ’ a n , k a r e n a s e s u n g g u h n y a A l -Qu r ’ a n i t u d a p a t memberikan syafaat di hari kiamat kepada para pembacanya. (HR. Muslim)
Adapun bagi mereka-mereka yang belum bisa atau belum lancar dalam
membacanya, maka hendaknya ia senantiasa mempelajarinya hingga dapat
membacanya dengan baik. Kalaupun seseorang harus terbata-bata dalam
membaca Al-Qu r ’ a n t e r s e b u t , ma k a A l l a h p u n a k a n me mb e r i k a n p a h ala dua kali
lipat bagi dirinya. Dalam hadits lain, Rasulullah SAW bersabda:
R a s u l u l l a h S A W b e r s a b d a , Or a n g ( mu ’ mi n ) y a n g me mb a c a A l -Qu r ’ a n d a n i a l a n c a r dalam membacanya, maka ia akan bersama para malaikat yang mulia lagi suci. Adapun o r a n g mu ’ mi n y a n g me mb a c a A l-Qu r ’ a n , s e d a n g i a t e r b a t a -bata dalam membacanya, lagi berat (dalam mengucapkan huruf-hurufnya), ia akan mendapatkan pahala dua kali lipat. (Mutafaqun Alaih)

AKHLAK SEORANG MUSLIM TERHADAP DIRINYA SENDIRI
Paling tidak, seorang muslim adalah pemimpin bagi dirinya sendiri. Siapapun dia, seorang muslim tentu akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang telah diperbuat terhadap dirinya sendiri. Oleh karena itulah, Islam memandang bahwa setiap muslim harus menunaikan etika dan akhlak yang baik terhadap dirinya sendiri, sebelum ia berakhlak yang baik terhadap orang lain. Dan ternyata hal ini sering dilalaikan oleh kebanyakan kaum muslimin. Secara garis besar, akhlak seorang muslim terhadap dirinya dibagi menjadi tiga bagian; terhadap fisiknya, terhadap akalnya dan terhadap hatinya. Karena memang setiap insan memiliki tiga komponen tersebut, dan kita dituntut untuk memberikan hak kita terhadap diri kita sendiri dalam ketiga unsur yang terdapat dalam dirinya tersebut:
1. TERHADAP FISIKNYA
Setiap insan, Allah berikan anugerah berupa fisik yang sempurna. Kesempurnaan fisik manusia ini, Allah katakan sendiri dalam Al-Qu r ’ a n (QS.95:4)
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
Kesempurnaan fisik ini, merupakan sesuatu yang harus disyukuri. Karena Allah hanya memberikannya pada manusia. Adapun salah satu cara dalam mensyukurinya adalah dengan menunaikan hak yang harus diberikan pada fisik kita tersebut, yang sekaligus merefleksikan etika kita terhadap fisik kita sendiri.
Diantara hal tersebut adalah:
a. Seimbang dalam mengkonsumsi makanan.
Hak yang harus kita penuhi terhadap fisik kita adalah dengan memberikan makanan dan minuman yang baik dan sehat, sehingga fisik kita pun dapat tumbuh dan bekerja dengan baik dan sehat pula. Seorang muslim sangat menyadari hal ini, dan oleh karenanya ia tidak akan menkonsumsi makanan yang akan memberikan madharat terhadap dirinya tersebut. Dan termasuk dalam kategori yang memberikan mudharat adalah mengkonsumsi makanan secara berlebihan. Islam sendiri telah memberikan larangan kepada para pemeluknya untuk berlebihan dalam menkonsumsi makanan. Allah berfirman (QS. 7 : 31)
“ Ma k a n d a n mi n u ml a h k a l i a n , d a n j a n g a n l a h k a l i a n b e r l e b i h -lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-l e b i h a n . ”
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bahkan memberikan rincian batasan dalam masalah mengkonsumsi makanan. Beliau mengatakan:
Janganlah seseorang itu mengisi perutnya sesuatu yang buruk baginya. Dan apabila tidak menyulitkan baginya hendaknya ia mengisi sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannnya dan sepertiga lagi untuk dirinya. (HR. Ahmad & Turmudzi)

b. Membiasakan diri untuk berolah raga & hidup teratur.
Islam sangat menginginkan terciptanya kondisi yang baik dan teratur bagi
para pemeluknya. Bekerja teratur, makan teratur, tidur teratur, belajar
teratur dan juga berolah raga secara teratur. Sebagai contoh menyegerakan
t i d u r d a n j u g a me n y e g e r a k a n b a n g u n . T i d a k t i d u r b a ’ d a s u b u h , t i d a k t i d u r
b a ’ d a ashar dan lain sebagainya.
Di samping itu, Islam juga menganjurkan pada pemeluknya untuk menjaga
f i s i k d e n g a n me mb i a s a k a n d i r i b e r o l a h r a g a . A g a r d i r i s e o r a n g mu ’ mi n
menjadi kuat dan sehat. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW mengatakan
kepada kita:
S e o r a n g mu ’ mi n y a n g k u a t , l e b i h b a i k d a n l e b i h d i c i n t a i A l l a h d a r i p a d a s e o r a n g mu ’ mi n y a n g l e ma h . ( HR . Mu s l i m)
Jika fisik kaum muslimin kuat, tentulah hal ini akan dapat menggetarkan
para musuh-musuh Islam, yang tiada henti-hentinya membuat makar
terhadap agama Allah ini. Oleh karenanya kita melihat betapa Allah
memerintahkan kita untuk mempersiapkan kekuatan kita. Dan olah raga
merupakan salah satu cara untuk mempersiapkan kekuatan tersebut. Allah
berfirman (QS. 8 : 60)
Dan persiapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang, yang dapat menggentarkan musuh Allah , musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, sedang Allah mengetahuinya.

c. Tidak melakukan hal-hal yang memberikan madharat bagi fisik dan kesehatannya.
Terkadang manusia senang untuk melakukan hal-hal tertentu yang terlihat
menyenangkan dan mengenakkan meskipun hal tersebut akan menimbulkan
madharat terhadap dirinya sendiri. Diantara tersebut antara lain, berlebihan
dalam menkonsumsi kopi atau teh, tidur terlalu larut malam dan merokok.
Hal yang terakhir disebut (yaitu rokok) bahkan sudah seperti menjadi
“ k e b i a s a a n wa j i b ” b a g i o r a n g t e r t e n t u . S e me n t a r a j i k a d i l i h a t d a r i a s p e k s y a r ’ i n y a , r o k o k me r u p a k a n s e s u a t u y a n g me l a n g g a r s y a r ’ i d a n h u k u mn y a haram, kecuali menurut sebagian ulama di Indonesia yang cenderung berfatwa bahwa hukumnya adalah makruh. Hal ini bisa dimaklumi karena sebagaian besar ulama di Indonesia masih belum mampu meninggalkan kebiasaan rokoknya.
Terdapat beberapa tinjauan dalam menegaskan bahwa rokok secara hukum
adalah haram. Diantaranya adalah :
a). Merokok merusak kesehatan (Yadhurru Linafsih)
Semua orang sepakat, bahwa rokok akan memiliki dampak negatif
terhadap fisik manusia. Terlebih-lebih jika ditinjau dari segi ilmu
kesehatan atau kedokteran, rokok memiliki dampak yang begitu besar
dalam diri insan yang akan menyebabkan berbagai penyakit. Perokok
sendiri akan mengakui hal tersebut. Dan jika demikian, seseorang ketika
ia merokok berarti ia memberikan kemadharatan atau merusak bagi
dirinya sendiri. Sementara Allah SWT berfirman (QS. 4 : 29)
“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”
b). Merokok mendzolimi orang lain (Dzalim)
Selain merusak atau merugikan terhadap diri sendiri, rokok juga dapat
merugikan atau mendzalimi orang lain yang tidak merokok. Sebab asap
rokok yang dihisap perokok tentu akan dikeluarkan lagi. Dan asap inilah
yang memiliki potensi untuk dihisap secara langsung melalui nafas orang
lain (baca; perokok pasif) yang berada di sekitarnya, yang bisa jadi akan
menimbulkan penyakit-penyakit tertentu. Jika hal ini terjadi, berarti
p e r o k o k ‘ me n d z l i mi ’ o r a n g l a i n y a n g t i d a k me r o k o k . Da n A l l a h s a n g a t
membenci orang-orang yang dzalim. Allah SWT berfirman (QS. 42 : 40)
"Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barangsiapa
mema`afkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim."
c). Merokok memiliki unsur menghambur-hamburkan harta (Tabdzir)
Selain dua tinjauan di atas, rokok juga mengandung unsur menghambur-
h a mb u r k a n u a n g ( b a c a ’ tabdzir). Hampir semua kalangan sepakat, bahwa
rokok merupakan salah satu bentuk perbuatan yang mubadzir, karena
banyak hal yang lebih bermanfaat dari pada digunakan untuk rokok,
seperti membantu fakir miskin, shadaqoh kepada kerabat, atau
digunakan untuk membeli makanan yang menambah kesehatan, seperti
susu, buah-buahan dan lain sebagainya. Dan jika merokok merupakan
salah satu perbuatan tabdzir, maka alangkah kerasnya Allah SWT
menegur orang-orang yang menghambur-hamburkan uang. Allah
berfirman (QS. 17 : 27 ) :
“ Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.”

d. Bersih fisik dan pakaian.
Etika seorang muslim terhadap dirinya yang berikutnya adalah
membersihkan fisik dan juga pakaiannya. Karena fisik kita memiliki hak
untuk dibersihkan dan memakai pakaian yang bersih. Dalam masalah bersih
fisik, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a) Bersih mulut dan gigi.
Islam sangat menganjurkan kebersihan gigi dan mulut. Karena kedua hal
ini merupakan hal yang akan sangat berkaitan dengan orang lain. Ketika
gigi dan mulut kita tidak bersih bahkan bau, maka pasti akan memiliki
pengaruh negatif terhadap orang yang menjadi lawan bicaranya. Oleh
karena itulah, Rasulullah SAW mengatakan kepada kita:
“ S e k i r a n y a t i d a k me mb e r a t k a n b a g i u ma t k u , s u n g g u h a k a n a k u p e r i n t a h k a n mereka untuk bersiwak setia p k a l i h e n d a k s h a l a t .”(HR.Bukhari Mu s l i m) .
Bahkan dalam hadits lain, Rasulullah SAW menerangkan mengenai
dampak negatif yang ditimbulkan dari ketidak bersihan mulut dan gigi.
Beliau mengatakan:
R a s u l u l l a h S A W b e r s a b d a , “ B a r a n g s i a p a y a n g me ma k a n b a wa n g me r a h , b a wa n g putih dan yang sebangsa bawang, maka hendaknya mereka jangan mendekati mas j i d k a mi i n i . K a r e n a s e s u n g g u h n y a p a r a ma l a i k a t ‘ t e r g a n g g u ’ d e n g a n b a u n y a t e r s e b u t , s e b a g a i ma n a t e r g a n g g u n y a a n a k c u c u a d a m. ” ( H R . Mu s l i m)
b) Bersih rambut.
Selain mulut dan gigi, Islam juga menganjurkan kita agar senantiasa
membersihkan rambut. Karena rambut juga memiliki hak untuk
dibersihkan. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah S A W b e r s a b d a , ‘ B a r a n g s i a p a y a n g me mi l i k i r a mb u t , ma k a h e n d a k l a h i a me mu l i a k a n r a mb u t n y a t e r s e b u t . ” ( H R . A b u Da u d )
Adapun cara untuk memuliakan rambut, diantaranya adalah dengan
senantiasa membersihkannya, menyisirnya yang rapi serta merawatnya.
Dalam sebuah riwayat Imam Malik, Rasulullah SAW suatu ketika sedang
berada dalam masjid. Kamudian tiba-tiba masuklah seorang pemuda
yang rambut dan jenggotnya acak-acakan. Kemudian Rasulullah SAW
memerintahkannya dengan isyarat agar ia membersihkan rambut dan
jenggotnya tersebut. Pemuda itupun kembali pulang, lalu kembali ke
masjid dalam keadaan rambut dan jenggotnya yang telah tersisir rapi.
Me l i h a t h a l t e r s e b u t R a s u l u l l a h S A W me n g a t a k a n , ‘ bukankah y a n g demikian lebih baik, dari pada seseorang datang ke masjid dalam kondisi
rambut dan jenggotnya acak-a c a k a n , s e p e r t i s y a i t a n ? ’
c) Bersih badan.
Hal ini terbukti dengan diperintahkannya kita untuk senantiasa
membersihkan diri kita dengan mandi. Dalam sebuah hadits, Rasulullah
SAW berasbda:
R a s u l u l l a h S A W b e r s a b d a , ‘ Ma n d i l a h k a l i a n p a d a h a r i j u m’ a t . B e r s i h k a n l a h k e p a l a kalian, meskipun tidak sedang junub. Dan sentuhlah dengan wewangian. (HR.Bukhari)
d) Bersih pakaian.
Jasad atau fisik kita, juga memiliki hak untuk mendapatkan pakaian yang
bersih dan sehat. Pakaian disamping untuk menutupi aurat, namun juga
menjaga dirinya dari penyakit-penyakit yang terkait dengan pakaian,
seperti gatal-gatal, jamur dan lain sebagainya.
Dari Jabir ra, beliau berkata, suatu ketika rasulullah SAW berziarah mengunjungi
kami. Lalu beliau melihat seseorang yang memakai pakaian yang kotor. Beliau
b e r k a t a , ‘ T i d a k k a h a d a y a n g d a p a t me n y u c i k a n b a j u n y a ? ’ ( H R . A h ma d d a n N a s a ’ I )
e) Berpenampilan rapi
Berpenampilan rapi juga merupakan salah satu sunnah Rasulullah SAW.
Sehingga seseorang akan terlihat terhormat di mata orang lain. Dalam
sebuah riwayat dikisahkan ketika Rasulullah SAW dan para sahabatnya
sedang berpergian mendatangi saudara mereka, Rasulullah SAW
mengatakan:
Kalian akan tiba mendatangi saudara kalian. Oleh karena itu, rapikanlah bawaan
kalian dan rapikanlah pula pakaian kalian. (HR. Abu Daud)
Berpenampilan rapi seperti ini juga merupakan sunnah para sahabat.
Bahkan terkadang ada diantara mereka yang membeli pakaian yang
relatif mahal, untuk kemudian digunakannya. Seperti Ibnu Abbas pernah
membeli pakaian seharga seribu dirham, lalu beliau mengenakannya.
( Hi l y a t u l A u l i a ’ I / 3 2 1 ) . De mi k i a n j u g a d e n g a n A b d u r r a h ma n b i n A u f , y a n g
pernah memakai burdah seharga lima ratus atau empat ratus (Thabaqat
I b n u S a ’ d I I I/131). Dan berpenampilan rapi serta mengenakan paiakan
yang baik, sesungguhnya tidak identik dengan kesombongan. Karena
kesombongan adalah mengingkari kebenaran dan meremehkan manusia.

2. TERHADAP AKALNYA.
Sebagaimana fisik, akal memiliki hak yang harus kita tunaikan. Akal juga
me mb u t u h k a n ‘ ma k a n a n ’ , s e b a g a i ma n a f i s i k me mb u t u h k a n n y a . Na mu n
kebutuhan tersebut jelas berbeda dengan kebutuhan fisik. Oleh karenanya, kita
perlu memberikan porsi kepada kita, sebagaimana kita memberikannya pada
fisik. Berikut adalah diantara hal-hal yang harus kita tunaikan terhadap akal
kita:
1). Menuntut ilmu sebagai kewajiban dan kemuliaan bagi setiap muslim
Hal pertama yang harus kita lakukan bagi setiap muslim terhadap akalnya
adalah dengan mengisinya dengan ilmu pengetahuan yang bermanfaat.
Karena disamping sebagai suatu kewajiban, belajar juga merupakan
kemuliaan tersendiri bagi dirinya. Karena Allah SWT senantiasa akan
mengangkat derajat orang-orang yang berilmu. Dalam Al-Qu r ’ a n A l l a h
mengatakan (QS. 35 : 28) :
“ B a h wa s a n y a o r a n g -orang yang takut kepada Allah, hanyalah para ulama (orang y a n g b e r i l mu ) ”
Kemuliaan ini juga telah terwujud, meskipun ketika ia baru dalam proses
belajar guna menuntut ilmu sendiri. Dalam sebuah riwayat dikisahkan:
“ S u a t u k e t i k a S a f wa n b i n A s s a l a l -Maradi mendatangi Rasulullah SAW yang sedang berada di masjid. Safwan berkata, Ya Rasulullah SAW, aku datang untuk menuntut i l mu . R a s u l u l l a h S A W me n j a wa b , ‘ s e l a ma t d a t a n g p e n u n t u t i l mu . S e s u n g g u h n y a orang yang menuntut ilmu akan dikelilingi oleh para malaikat dengan sayap-sayapnya. Kemudian mereka berbaris, sebagian berada di atas sebagian malaikat lainnya, hingga sampai ke langit dunia, karena kecintaan mereka terhadap penuntut i l mu . ” ( H R . A h ma d , T a b r a n i , I b n u H i b a n d a n A l -Hakim)
2). Menuntut ilmu hingga akhir hayat.
Terkadang manusia sering puas, manakala telah mencapai tingkatan tertentu
dalam dunia pendidikan. Padahal sesungguhnya dalam Islam bahwa proses
belajar mengajar merupakan proses yang tiada mengenal kata henti. Karena
pada hakekatnya semakin seseorang mendalami ilmu pengetahuan, maka
semakin pula ia merasa kurang dan kurang. Salah seorang salafuna shaleh
bernama ibnu Abi Gassan –sebagaimana diriwayatkan oleh ibnu Abdil Bar –
berkata :
Engkau akan tetap menjadi orang yang berilmu, manakala senantiasa masih mencari
ilmu. Namun apabila engkau telah merasa cukup, maka jadilah dirimu orang yang b o d o h . ”
3). Yang harus dipelajari oleh setiap muslim.
Minimal sekali, setiap muslim perlu mempelajari hal-hal yang memang
sangat urgen dalam kehidupannya. Menurut Dr. Muhammad Ali Al-Hasyimi
(1993 : 48), hal-hal yang harus dikuasai setiap muslim (yang bukan s p e s i a l i s a s i s y a r i ’ a h ) a d a l a h : A l -Qu r ’ a n , b a i k d a r i s e g i b a c a a n , t a j wi d d a n
tafsirnya; kemudian ilmu hadits; sirah dan sejarah para sahabat; fikih
terutama yang terkait dengan permasalahan kehidupan, dan lain sebagainya.
4). Spesialisasi.
Namun demikian, setiap muslim juga harus memiliki bidang spesialisasi yang
harus ditekuninya. Spesialisasi ini tidak harus bersifat ilmu syariah, namun
bisa juga dalam bidang-bidang lain, seperti ekonomi, tehnik, politik dan lain
sebagainya. Dalam sejarahnya, banyak diantara generasi awal kaum
muslimin yang memiliki spesialisasi dalam bidang tertentu.
5). Mempelajari bahasa asing
Mempelajari bahasa asing juga merupakan suatu kebutuhan yang penting.
Apalagi manakala bahsa tersebut merupakan bahasa resmi dalam ilmu
pengetahuan seperti bahasa Inggris dan bahasa Arab, untuk bidang
keislaman. Dalam sebuah riwayat dikisahkan:
Da r i Z a i d b i n T s a b i t r a , b a h wa R a s u l u l l a h S A W b e r k a t a p a d a n y a , ‘ Wa h a i Zaid, pelajarilah untukku tulisan Yahudi. Karena sesungguhnya aku demi Allah tidak yakin t u l i s a n k u p a d a o r a n g y a h u d i . ’ Z a i d me n g a t a k a n , l a l u aku mempelajarinya. Dan belum genap setengah bulan berlalu, aku telah dapat menguasai bahasa Yahudi. Aku senantiasa menulis surat Rasulullah SAW, ketika beliau ingin menujukannya pada mereka. Akupun membacakan surat mereka pada Rasulullah SAW. (HR. Turmudzi)

3. TERHADAP HATINYA/ RUHIYAHNYA.
Hati juga merupakan unsur penting dalam diri setiap insan, yang memiliki hak
yang sama sebagaimana akal dan fisik. Hati membutuhkan makanan
sebagaimana akal dan fisik membutuhkannya. Oleh karena itulan, setiap
muslim dituntut untuk memberikan porsi yang sama terhadap ruhiyahnya
sebagaimana ia telah memberikan pada fisik dan akalnya. Berikut adalah
beberapa hal yang patut direalisasikan seorang muslim terhadap ruhiyahnya.
a. Mengisi ruhiyahnya dengan ibadah.
Ibadah merupakan makanan pokok bagi hati dan ruhiyah kita. Bahkan
makanan ruhiyah ini tidak memiliki batasan kuantitas. Semakin banyak
ibadah seseorang, semakin ia rindu untuk melaksanakan ibadah lainnya.
Semakin ia dekat dengan Allah, semakin ia ingin lebih dekat dan dekat lagi.
Berbeda dengan makanan fisik, dimana paling banyak seseorang dapat
memakan dua sampai tiga piring untuk sekali makannya. Makanan ruhiyah
ini akan dapat membersihkan hati dan menentramkan jiwa. Seseorang yang
memiliki kualitas ibadah yang baik, ia akan senantiasa merasa tenang, sejuk
dan damai. Ibadah-ibadah yang harus dilakukannya, selain yang wajib
adalah yang sunnah. Diantaranya adalah, memperbanyak membaca dan
mentadaburi Al-Qu r ’ a n , s h a l a t l a i l , s h a d a q a h , me n d a t a n g i ma j l i s -majlis ilmu,
tafakur alam dan lain sebagainya.
b. Mengikatkan diri dengan tempat-tempat dan teman yang menambah keimanan.
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW pernah mengatakan, bahwa kadar keislaman seseorang itu, seperti kadar keislaman teman akrabnya. Maka h e n d a k l a h s e s e o r a n g me mp e r h a t i k a n s i a p a y a n g a k a n d i j a d i k a n t e ma n n y a . ” (HR. Turmudzi & Abu Daud). Karena teman dan lingkungan memiliki pengaruh yang tidak sedikit terhadap kadar keimanan seseorang. Orang yang bergaul dengan teman-temannya yang shaleh, maka sedikit banyak akan mempengaruhi dirinya untuk menjadi orang shaleh. Demikian juga sebaliknya, jika ia berteman dengan mereka-mereka yang suka mabok-
mabokan, judi dan lain sebagainya, maka sedikit banyak ia akan terpengaruh
dan akan terbawa pada kebiasaan teman-temannya. Dalam Al-Qu r ’ a n A l l a h
berfirman (QS. 18 : 28) :
“ Da n b e r s a b a r l a h k a mu b e r s a ma -sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan menharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia; dan janganlah kamu mengkuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu me l e wa t i b a t a s . ”
c. Memperbanyak dzikir kepada Allah SWT.
Dzikir merupakan penguat ruhiyah seorang muslim yang sangat efektif.
Dzikir juga secara langsung dapat menentramkan jiwa pembacanya. Bahkan
dengan dzikir inilah, yang membedakan apakah hati seseorang itu hidup atau
mati. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:
Da r i A b u Mu s a r a , R a s u l u l l a h S A W b e r s a b d a , ‘ P e r u mp a ma a n o r a n g y a n g b e r d z i k i r kepada Allah dengan orang yang tidak berdzikir adalah seumpama orang yang hidup dan orang yang mat i . ” ( H R . B u k h a r i )
Oleh karenanyalah, setiap muslim seyogyanya senantiasa membiasakan diri dengan dzikir kapanpun dan dimanapun mereka berada. Minimal sekali, dzikir-dzikir pengiring aktivitas tertentu, seperti dzikir hendak makan, sesudah makan, mau tidur, ke kamar mandi dan lain sebagainya. Dzikir akan lebih baik lagi manakala kita membiasakan membaca dzikir-dzikir pagi dan petang, sebagaimana yang sering dibaca oleh Rasulullah SAW.


AKHLAK SEORANG MUSLIM TERHADAP ORANG TUANYA
Orang tua merupakan orang yang paling dekat dan paling prioritas kita
perlakukan secara baik di dunia ini. Apalagi jika kita ingin mencoba untuk
mengupas satu persatu kebaikan mereka, tentulah kita akan sulit untuk
membalasnya. Oleh karena itulah, pengorbanan yang demikian besarnya dari orang
tua, hendaknya kita balas dengan akhlak dan etika yang baik terhadap mereka.
Jangan sampai sebagai seorang anak, kita durhaka kepada mereka. Apalagi jika
kita mengingat bahwa durhaka kepada orang tua merupakan dosa kedua terbesar
dalam Islam.
Berikut adalah berapa moralitas seorang muslim yang harus dipenuhi dalam
berinteraksi terhadap kedua orangtuanya:
1. Berbuat baik terhadap kedua orang tua.
Diantara sifat utama seorang muslim adalah berbuat baik terhadap kedua orang
tuanya. Karena berbakti terhadap orang tua merupakan salah satu sifat yang
paling diperhatikan oleh Islam. Hal ini terbukti bahwa Islam menjadikan durhaka
kepada kedua orang tua sebagai dosa terbesar setelah menyekututkan Allah.
Oleh karena itulah, setiap muslim mendapatkan perintah Allah untuk berbuat
baik kepada kedua orang tuanya. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman: (QS.4:36)
“ Dan sembahlah Allah , dan janganlah k a mu me mp e r s e k u t u k a n -Nya dengan sesuatu a p a p u n . Da n b e r b u a t b a i k l a k k e p a d a d u a o r a n g i b u b a p a k . . ”

2. Me n g e t a h u i ‘ k e u t a ma a n ’ me r e k a b e r d u a , s e r t a a p a y a n g wa j i b d i l a k u k a n terhadap mereka berdua.
Karena sesungguhnya Islam mengangkat derajat kedua orang tua pada tingkatan yang sangat tinggi dalam sejarah kehidupan manusia. Dimana Allah menjadikan berbuat baik terhadap mereka berdua sebagai derajat tertinggi dalam beribadah, setelah ibadah kepada Allah SWT.
Dalam Al-Qu r ’ a n A l l a h b e r f i r ma n ( QS . 1 7 : 2 3 )
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di atantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan pada keduanya p e r k a t a a n “ a h ” d a n j a n g a n l a h k a mu me mb e n t a k me r r e k a d a n u c a p k a n l a k h k e p a d a mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan pneuh kesangayanga d a n u c a p k a n l a h , ‘ Wa h a i T u h a n k u , k a s i h i l a h me r e k a k e d u a n y a , s e b a g a i ma n a me r r e k a b e r d u a t e l a h me n d i d i k a k u wa k t u k e c i l . ”
Ayat di atas sangat jelas memberikan batasan kepada kita, bagaimana
seharusnya berinteraksi dengan kedua orang tua. Terutama pada saat-saat
mereka telah memasuki usia lanjut, yang terkadang segala tindakan mereka
menyebabkan munculnya kejengkelan terhadap mereka. Namun Islam dengan
tegas memberikan perintah untuk tetap harus berbuat baik terhadap mereka
berdua. Bahkan Islam melarang, wala u p u n u n t u k s e k e d a r me n g a t a k a n “ a h ” ,
kepada meraka berdua. Islam memerintahkan untuk menggunakan tutur kata
yang baik dan sopan kepada keduanya, apapun kondisinya.

3. Berbuat baik terhadap orang tua, meskipun mereka bukan muslim.
Bahkan sekiranya kita memiliki orang tua yang bukan muslim sekalipun, kita
tetap harus menunaikan kewajiban kita terhadap mereka berdua. Tetap harus
berbuat baik kepada mereka, harus bertutur kata yang sopan santun dan penuh
kelembutan dan juga harus tetap taat kepada mereka berdua, selagi tidak
dalam perbuatan melanggar perintah Allah SWT. Dalam sebuah riwayat
dikatakan:
Da r i A s ma ’ b i n t i A b u B a k a r r a , b e l i a u b e r k a t a , ‘ I b u k u d a t a n g k e p a d a k u , d a n d i a ma s i h seorang yang musyrik pada zaman Rasulullah SAW. Lalu ku bertanya pada Rasulullah S A W, ‘ Wa h a i R a s u l u l l a h S A W, i b u k u d a t a n g k e p a d a me n g h a r a p k a n s e s u a t u d a r i k u , apakah aku harus berbuat baik kepadanya, sedangkan ia masih musyrik? Rasulullah SAW menjawab, ya , b e r b u a t b a i k l a h k e p a d a n y a . ”(HR. Bukhari & Muslim)
Beginilah Islam memperlakukan orang tua, meskipun orang tua kita berada
dalam agama lain yang bukan Islam. Namun Islam memerintahkan untuk
berbuat baik kepadanya. Meskipun demikian, Islam tetap memiliki rambu-rambu
dalam berbuat baik kepada orang tua yang tidak muslim. Dalam Al-Qu r ’ a n A l l a h
mengatakan (QS. 31 : 15)
“ Da n j i k a keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengkuti keduanya, dan p e r g a u l i l a h k e d u a n y a d i d u n i a d e n g a n b a i k . ”

4. Tidak durhaka kepada kedua orang tuanya.
Selain memerintahkan untuk berbuat baik terhadap keduanya, Islam juga
melarang kita untuk berbuat durhaka kepada orang tua. Karena durhaka
terhadap orang tua merupakan dosa terbesar dalam Islam, setelah
menyekutukan Allah. Dalam sebuah riwayat disebutkan:
Dari Abu Bakrah N u f a i ’ b i n a l -H a r i t s , b a h wa R a s u l u l l a h S A W b e r s a b d a “ Ma u k a h k a l i a n a k u b e r i t a h u t e n t a n g d o s a y a n g p a l i n g b e s a r ? ” K a mi me n j a wa b , “ T e n t u wa h a i R a s u l u l l a h S A W. ” B e l i a u b e r k a t a ,“Menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua.” (Mutafaqun Alaih)

5. Mendahulukan ibu, kemudian ayah.
Bagaimanapun juga, seorang ibu lebih memiliki peran yang besar dalam diri
kita. Ibu kitalah yang telah mengandung kita selama sembilan bulan,
melahirkan kita dengan susah payah, membesarkan, merawat dan mendidik kita
hingga dewasa seperti saat ini. Meskipun dalam hal tersebut peran bapak juga
besar, namun tidak sedominan peranan ibu. Oleh karena itulah, Islam
menjadikan berbakti kepada ibu, lebih prioritas dibandingkan dengan berbakti
kepada bapak. Dalam sebuah riwayat dikemukakan:
Dari Abu Hurairah ra, bahwa seseorang datang kepada rasulullah SAW, lalu bertanya,
wahai rasulullah, siapakan orang yang paling berhak aku berbuat baik kepadanya?
Rasulullah menjawab, ibumu. Lalu ia bertanya lagi, kemudian siapa wahai rasulullah ?
Beliau menjawab ibumu. Kemudian ia bertanya lagi, lalu siapa wahai rasulullah? Beliau menjawab, ibumu. Lalu ia bertanya lagi, kemudian siapa wahai rasulullah? Beliau menjawab, bapakmu. (Mutafaqun Alaih)

6. Berbuat baik terhadap orang yang dicintai orang tua.
Sekiranya pun orang tua kita telah tiada, kita masih memiliki kewajiban
sekaligus menunjukkan etika kita kepada kedua orang tua kita, yaitu dengan
menyambung tali persaudaraan dengan orang-orang yang dicintai orang tua
kita, apakah famili, kerabat, teman dan lain sebagainya. Dalam sebuah riwayat
digambarkan:
Da r i i b n u U ma r r a , R a s u l u l l a h S A W b e r s a b d a , “ S e b a i k -baik perbuatan baik terhadap orang tua adalah mernyambung persaudaraan terhadap orang-orang yang cintai orang t u a n y a . ” ( H R . Mu s l i m)
Dalam riwayat lain, digambarkan :
Seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW, wahai Rasulullah, apakah masih tersisa
kewajibanku untuk berbuat baik kepada kedua orangtuaku, apakah aku masih harus
berbakti kepada keduanya? Rasulullah SAW menjawab, Ya. Ada empat hal yang harus
dilakukan: Mendoakan dan memohon ampunkan bagi keduanya, merealisasikan janji/
keinginan mereka berdua, memuliakan teman-teman mereka berdua dan menyambung
tali persaudaraan yang engkau tidak memiliki hubungan lagi dengan mereka kecuali
melalui kedua orang tuamu. (HR. Bukhari dalam Adab Mufrad)

7. Diantara cara berbuat baik terhadap orang tua.
Pada dasarnya, dalam kondisi apapun juga, kita diperintahkan oleh Allah dan
Rasulullah SAW untuk selalu berbuat baik kepada orang tua dan
menghormatinya dengan penghormatan yang mulia. Berikut merupakan
beberapa hal yang posisitf yang seyogyanya dilakukan seorang muslim:
a) Berdiri untuk menyambutnya, menakala mereka tiba di tempat kita berada.
b) Mencium tangan kedua orang tua, ketika akan pergi atau tiba dari orang tua.
c) Mengecilkan volume suara kita dihadapan orang tua kita, sebagai penghormatan terhadapnya.
d) Senantiasa berusaha menyenangkan hati keduanya.
e) Menggunakan cara dan bahasa yang lembut ketika berbicara pada keduanya.
f) Tidak menampakkan sikap negatif dari diri kita, manakala kita mendapatkan hal yang kurang menyenangkan yang berasal dari orang tua kita.

AKHLAK SEORANG MUSLIM TERHADAP KERABAT KELUARGANYA
Sebagai seorang muslim, kita juga memiliki etika sekaligus kewajiban
terhadap kerabat keluarga kita, dengan berbuat ihsan terhadap mereka. Karena
berbuat baik, dalam Islam tidak hanya ditujukan kepada orang tua saja. Namun
lebih jauh dari itu, terhadap seluruh kerabat keluarga kita secara keseluruhan.
Kerabat keluarga adalah mereka-mereka yang jika ditinjau dari segi nasab
keturunan, masih memiliki hubungan kekeluargaan dengan kita. Baik yang satu ahli
waris, atau pun yang diluar ahli waris. Dan ternyata Islam memiliki perhatian yang
cukup besar dalam masalah hubungan seseorang dengan kerabat keluarganya.
Sebagai contoh, Allah berfirman dalam Al-Qu r ’ a n ( QS . 4 : 3 6 )
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepad dua orang ibu bapak, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga0banggakan diri.
Dalam ayat di atas, Allah menjadikan urutan berbuat baik kepada kerabat, setelah
keharusan berbuat baik kepada kedua orang tua. Hal ini menunjukkan betapa
berbuat baik dan menyambung tali persaudaraan terhadap kerabat merupakan hal
yang sangat penting. Dalam hadits Rasulullah SAW mengatakan:
Dari Abu Ayub al-Anshari ra, bahwa seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW, wahai Rasulullah, beritahukan padaku akan amalan yang dapat memasukkan ku ke dalam surga. R a s u l u l l a h S A W me n j a wa b , ‘ Me n y e mb a h A l l a h d a n me n y e k u t u k a n n y a p a d a a p a p u n j u g a , menegakkan shalat, menunaikan zakat dan menyambung tali persaudaraan. (Mutafaqun Alaih)
Oleh karena itulah, seorang muslim juga harus memiliki akhlak yang baik terhadap
kerabat keluarganya, sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Diantara akhak
terhadap kerabat keluarga adalah :
1. Larangan untuk memutuskan tali persaudaraan.
Di samping memerintahkan untuk menyambung persaudaraan terhadap kerabat
keluarga, Islam juga secara tegas memberikan larangan untuk memutuskan tali
persaudaraan. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:
R a s u l u l l a h S A W b e r s a b d a , ‘ T i d a k a k a n ma s u k surga orang yang memutuskan p e r s a u d a r a a n . ’ ( Mu t t a f a q u n A l a i h )
2. Seorang muslim menyambung tali persaudaraan berdasarkan petunjuk Islam.
Karena seorang muslim yang baik, ia akan senantiasa menyambung tali
persaudaraan terhadap siapapun, apalagi terhadap mereka yang memiliki
hubungan kekeluargaan. Namun dalam menyambung tali persaudaraan
tersebut, haruslah dengan memberikan skala prioritas dalam berbuat baik
kepada mereka. Pertama-tama harus dimulai dari yang terdekat, kemudian
yang dekat. Dalam hal ini dimulai dari ibu, bapak, baru kerabat terdekat
lainnya. Disamping itu menyambung tali persaudaraan kepada mereka, dengan tujuan
meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah SWT. Sehingga ma n a k a l a k i t a me l i h a t a d a n y a f a k t o r y a n g j u s t r u ‘ me mb a h a y a k a n ’ k e i manan kita, maka kita perlu memberikan batasan dalam menyambung tali
persaudaraan tersebut.

3. Menyambung tali persaudaraan, meskipun terhadap kerabat yang bukan muslim.
Karena pada hakekatnya mereka secara nasab, masih memiliki hubungan
dengan kita. Oleh karena itulah, kita diperintahkan untuk senantiasa berbuat
baik kepada mereka. Dalam sebuah riwayat digambarkan:
Dari Abdillah bin Amru bin Ash ra, aku mendengar Rasulullah SAW dengan suara keras, t i d a k d e n g a n s u a r a p e l a n b e r s a b d a : “ S e s u n g g u h n y a k e l u a r g a A b u F u l a n b u k a n l a h t e r ma s u k ‘ p e n o l o n g k u ’ . K a r e n a p e n p l o n g k u h a n y a l a h A l l a h d a n k a u m mu s l i mi n y a n g shaleh. Namun terhadap mereka aku memiliki kekerabatan yang aku menyambung tali persaudaraan dengan berbuat baik yang layak terhadap mereka. (Mutafaqun Alaih)

4. Memahami hakekat silaturahim dengan makna yang lebih luas
Dalam artian bahwa menyambung silaturahim dengan seluruh kerabat keluarga
kita, tidak hanya dalam skup materi saja, namun juga harus dalam hal-hal yang
lebih luas dari sekedar materi, seperti dengan silaturahim mengunjungi
rumahnya, mempererat hubungan dengan memperdalam rasa cinta, saling
memberikan nasehat, ungkapan-ungkapan yang baik, dan dalam hal-hal positif
lainnya. Dalam sebuah riwayat Rasulullah SAW bersabda:
Da r i i b n u A b b a s r a , R a s u l u l l a h S A W b e r s a b d a “ B e r b u a t b a i k l a h t e r h a d a p k e r a bat kalian, wa l a u p u n s e k e d a r me n g u c a p k a n s a l a m. ” ( H R . A l -Bazar)

5. Menyambung tali persaudaraan, sekalipun terhadap kerabat yang tidak mau menyambungnya.
Sebagai manusia biasa, terkadang terhadap kerabat keluarga sekalipun dapat
terjadi perselisihan yang mengakibatkan retaknya hubungan. Bahkan tidak
jarang, sikap satu pihak terhadap pihak yang lainnya cenderung untuk tidak menegur, tidak menyapa dan tidak mau menyambung lagi talipersaudaraannya. Namun sebagai agama yang penuh dengan nilai-nilai rahmat,
Islam melarang seseorang untuk berbuat seperti itu. Dalam sebuah riwayat dikatakan:
Rasulullah SAW besabda, Bukanlah orang yang (dinamakan) menyambung persaudaraan dengan berupa balasan (menyambung jika kerabat kita menyambungnya). Namun orang yang menyambung persaudaraan adalah yang senantiasa menyambungnya meskipun mereka memutuskan persaudaraannya. (HR.Bukhari)

AKHLAK SEORANG MUSLIM TERHADAP TETANGGA & MASYARAKATNYA.
Tetangga dan masyarakat sekitar tempat kita tinggal merupakan kumpulan
dari manusia-manusia yang terdekat dengan kehidupan kita. Keberadaan mereka
merupakan sesuatu yang sangat penting, apalagi manakala kita mencoba
merenungkan bahwa sesungguhnya Islam merupakan agama sosial. Karena Islam
sangat memperhatikan masalah sosial, serta menjadikan kehidupan sosial sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dari ajaran-ajarannya. Oleh karena itulah, kita akan
banyak menemukan, baik dalam Al-Qu r ’ a n ma u p u n d a l a m S u n n a h , a j a r a n –ajaran yang sangat bersinggungan dengan masalah sosial.
Berikut adalah beberapa etika seorang muslim terhadap masyarakat dan tetangganya, diantaranya adalah:
1. Memuliakan tetangganya.
I s l a m b a h k a n me n j a d i k a n ‘ me mu l i a n ’ t e t a n g g a s e b a g a i s a l a h s a t u s y a r a t
u n t u k d a p a t me wj u j u d k a n ‘ k e s e mp u r n a a n i ma n ’ . K a r e n a o r a n g mu s l i m y a n g
memiliki kesempurnaan iman, segala perbuatannya akan
mengimplementasikan nilai-nilai keimanan dalam dirinya, termasuk
diantaranya adalah memuliakan tetangganya. Dalam sebuah hadits,
Rasulullah SAW bersabda:
R a s u l u l l a h S A W b e r s a b d a , “ B a r a n g s i a p a y a n g b e r i ma n k e p a d a A l l a h d a n h a r i k i a ma t , maka hendaklah ia berbuat baik kepada tetangganya, barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia memuliakan tamunya, dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia bertutur kata yang baik atau hendaknya ia diam. (Mutafaqun Alaih)

2. Pemaaf dan pemurah terhadap tetangga.
Tetangga kita adalah juga merupakan manusia biasa biasa yang terkadang berbuat kesalahan terhadap kita. Namun sebagai seorang muslim yang baik yang memahami hal ini, akan memiliki rasa pemaaf dan pemurah terhadap mereka. Dalam sebuah riwayat disebutkan:
Rasulullah SAW bersabda, hendaklah seseorang jangan melarang tetangganya ketika
menancapkan sepotong kayu pada dinding (rumahnya) (Mutafaqun Alaih)

3. Mencintai mereka sebagaimana mencintai diri kita sendiri.
Bahkan hal ini sudah menjadi sesuatu yang harus dilakukan terhadap
siapapun yang masih memiliki ikatan akidah yang sama. Dalam sebuah hadits
Rasulullah SAW mengatakan:
Tidak beriman salah seorang diantara kalian, hingga ia mencintai saudaranya sendiri
sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. (Mutafaqun Alaih)
Dan salah satu bentuk kecintaan kita kepada mereka adalah dengan memiliki
kepedulian terhadap sesuatu yang menimpa mereka. Rasulullah SAW
bersabda:
R a s u l u l l a h S A W b e r s a b d a , ‘ T i d a k b e r i ma n s e s e o r a n g k e p a d a k u , s i a p a s a j a y a n g t i d u r dalam keadaan kenyang, sementara tetangga yang berada di sisinya kelaparan dan ia mengetahui hal tersebut. (HR. Tabrani)

4. Berbuat baik kepada tetangga, baik yang muslim atau yang non muslim.
Kendatipun tetangga kita ada yang bukan muslim, namun kita masih memiliki
kewajiban untuk berbuat baik kepada mereka. Dalam sebuah riwayat
digambarkan, bahwa Abdullah bin Amru bin Ash suatu ketika menyembelih
seokor kambing, lalu memberikannya pada tetangganya yang Yahudi. Ketika
d i t a n y a , b e l i a u me n j a wa b a k u me n d e n g a r R a s u l u l l a h SAW b e r s a b d a , ‘ B a h wa Jibril senantiasa memberikan wasiat kepadaku untuk berbuat baik kepada tetangga, sampai aku mengiranya bahwa beliau akan memberikan warisan k e p a d a t e t a n g g a n y a . ” ( HR . B u k h a r i Mu s l i m)

5. Memprioritaskan perbuatan ihsan, terhadap yang terdekat kemudian yang dekat.
Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Aisyah ra ketika bertanya kepada
Rasulullah SAW:81
Da r i A i s y a h r a , b e l i a u b e r t a n y a k e p a d a r a s u l u l l a h S A W, ‘ Wa h a i r a s u l u l l a h , a k u memiliki dua tetangga, kepada yang manakah aku mengirimkan hadiah? Rasulullah menjawab, kepada yang paling dekat pintunya dari umahmu. (HR. Bukhari)

6. Muslim terbaik adalah yang terbaik bagi tetangganya.
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW mengatakan :
Sebaik-baik tetangga di sisi Allah, adalah sebaik-baik mereka bagi tetangganya. (HR.Bukhari dalam Al-Adab al-Mufrad)
7. Tetangga yang buruk.
Islam bahkan melarang seseorang untuk menjadi tetangga yang tidak baik bagi tetangganya yang lain. Bahkan Rasulullah SAW menyebutkan sebagai seseorang yagn tidak beriman kepada Allah. Rasulullah SAW mengatakan:
R a s u l u l l a h b e r s a b d a “ De mi A l l a h t i d a k b e r i ma n , d e mi A l l a h t i d a k b e r i ma n , d e mi A l l a h t i d a k b e r i ma n ” , k e mu d i a n d i t a n y a k a n s i a p a wa h a i r a s u l u l l a h ? B e l i a u me n j a wa b , y a n g tidak memberikan rasa aman pada tetangganya dari kejelekan-k e j e l e k a n d i r i n y a . ” (Mutafaqun Alaih)

8. Menjaga untuk tidak terjerumus pada perbuatan salah terhadap tetangganya.
Karena kesalahan yang paling besar adalah kesalahan yang dilakukan
seseorang terhadap tetangganya. Dalam sebuah hadtis disebutkan
Rasulullah bersabda, bahwa zinanya seseorang terhadap sepuluh wanita, itu lebih
ringan dari pada zinanya seseorang terhadap wanita tetangganya. (HR. Ahmad)

9. Sabar terhadap keburukan tetangga dan masyarakatnya.
Karena bagaimanapun juga, tidak semua orang memiliki sifat yang baik.
Adakalanya kita harus berhadapan dengan tetangga yang buruk perangainya,
atau senantiasa berbuat kemaksiatan kepada Allah SWT. Mengenai hal ini,
Rasulullah SAW mengatakan kepada kita:
R a s u l u l l a h S A W b e r s a b d a , “ S e o r a n g mu ’ mi n y a n g b e r i n t e r a k s i d e n g a n ma s y a r a k a t n y a d a n b e r s a b a r a t a s k e b u r u k a n me r e k a , l e b i h b a i k d a r i p a d a s e o r a n g mu ’ mi n y a n g t i d a k berinteraksi dengan mereka serta tidak sabar atas keburukan mereka. (HR. Tabrani)

10. Tidak membalas kejelekan tetangganya dengan yang serupa
Karena pada dasarnya Islam tidak mengizinkan untuk berbuat buruk kepada
orang yang juga berbuat buruk kepada kita. Kita justru diminta untuk
senantiasa tetap berbuat baik kepada mereka meskipun mereka terkadang
tidak baik terhadap kita. Dalam sebuah hadits digambarkan:
Suatu ketika Abdullah bin Salam ra mendatangi Rasulullah SAW lalu berkata, wahai rasulullah, sesungguhnya tetanggaku menyakitiku. Rasulullah SAW bersabda, bersabarlah. Kemudian beliau pulang, lalu kembali pada Rasulullah SAW untuk kedua kalinya dan berkata, wahai Rasulullah SAW. Tetanggaku menuyakitiku. Rasulullah SAW menjawab, bersabarlah. Kemudian ia pulang lalu kembali mendatangi Rasulullah SAW untuk yang ketiga kalinya, dan berkata, wahai Rasulullah SAW, tetanggaku menyakitiku. Beliau menjawab, kalau demikian peganglah barang-barangmu, lalu lemparkan ke jalan. Dan apabila ada seseorang yang mendatagimu, katakalnlah
(bahwa hal ini dilakukan) karena tetanggaku menyakitiku, hingga ia akan mendapatkan laknat. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir hendaklah ia memuliakan tetagganya. (Hayatus Shahabah III/50)
PENUTUP
Pada dasarnya, ketika kita ingin mengupas secara lebih teliti mengenai etika
atau akhlak dalam Islam, kita akan mendapatkan, betapa Islam merupakan agama
yang penuh dengan nilai-nilai budi pekerti yang mulia. Karena memang Islam
diturunkan oleh Allah adalah untuk memperbaiki tatanan moralitas yang telah
rusak yang terjadi pada masyarakat dunia. Rasulullah SAW sendiri mengatakan
bahwa beliau diutus dalam rangka untuk memperbaiki budi pekerti atau akhlak
masyarakat dunia, dari kondisi yang buruk menjadi kondisi yang baik. Adapun
gambaran mengenai akhlak dan etika di atas, barulah merupakan sekelumit ajaran
Islam mengenai tatacara berakhlak, baik terhadap Allah ataupun terhadap manusia
lainnya.
Namun ketika kita mempelajari akhlak islami, bukanlah semata-mata hanya
sebagai bahan atau obyek dalam bidang keilmuan. Namun lebih dari itu, bahwa
akhlak haruslah merupakan sesuatu yang mengakar dan tertancap dalam jiwa
setiap muslim. Sehingga dimanapun ia berada, senantiasa mencerminkan sebagai
seorang muslim sejati, kendatipun ia hidup ditengah-tengah masyarakat jahiliyah.
Wa l l a h u A ’ l a m B i s S h a wa b

UKHUWAH ISLAMIYAH

MUQADIMAH
Ukhuwah merupakan anugrah Allah yang tiada terhingga yang Allah limpahkan hanya kepada hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya saja. Ukhuwah juga merupakan kenikmatan yang tidak dapat diukur oleh materi apapun yang ada di dunia ini. Bahkan kendatipun seluruh manusia sepakat untuk mengumpulkan semua kekayaan mereka, namun itu semua tidak dapat digunakan untuk membeli ‘ ukhuwah’. Karena ukhuwah tumbuh dan lahir dari cahaya keimanan yang membara dalam sanubari seorang hamba. Allah SWT mengatakan dalam Al-Qur’an (QS. 8 : 63) :
“ Da n ( A l l a h lah) Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha P e r k a s a l a g i Ma h a B i j a k s a n a . ”
Itulah ukhuwah Islamiyah, yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Dan banyak pula diamalkan oleh generasi berikutnya hingga pada masa kita sekarang ini. Walaupun seolah dengan berlalunya zaman, berlalu pula ruh ukhuwah dari dalam jiwa kaum muslimin. Bahkan jika kita perhatikan kondisi kontemporer kaum muslimin, kita mendapatkan terjadinya perpecahan yang tiada berkesudahan. Padahal, perpecahan merupakan sesuatu yang sangat dilarang dalam Islam. Allah SWT berfirman (QS. 3 : 103) :
“ Da n b e r p e g a n g t e g u h l a h k a l i a n p ada tali Allah (Al-Islam) dan janganlah kalian berpecah belah. Dan ingatlah oleh kalian akan nikmat Allah yang diberikan pada kalian, ketika dahulu kalian saling bermusuhan lalu Allah satukan diantara hati kalian. Dan jadilah kalian atas kenikmatan Allah te r s e b u t me n j a d i b e r s a u d a r a …”
Mereka menjalin persaudaraan yang demikian eratnya, bahkan lebih erat dari persaudaraan yang terlahir karena adanya garis nasab. Oleh karena itulah, Allah menggambarkan hal ini sebagai suatu kenikmatan yang tidak dapat diukur dengan ukuran materiil, sebesar apapun materi tersebut.

MAKNA UKHUWAH
Dari segi bahasa, ukhuwah merupakan bentuk mashdar (baca; infinitif) dari kata ‘Akha’ yang berarti bersaudara. Sedangkan ukhuwah berarti persaudaraan. Adapun dari segi istilahnya, para ulama memiliki definisi yang beragam. Diantaranya adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh Dr. Abdullah Nasih Ulwan : (1997 : 5)
Ukhuwah merupakan kekuatan iman yang melahirkan perasaan kasih sayang yang mendalam, cinta, penghormatan dan rasa saling tisqah (baca; salinng percaya), terhadap seluruh insan yang memiliki ikatan aqidah Islamiyah yang sama dan juga yang memiliki cahaya keimanan dan ketaqwaan. Jadi, ukhuwah merupakan sesuatu yang terlahir dari keimanan yang mendalam, dan juga merupakan buah dari ketaqwaan kepada Allah SWT. Oleh karena itulah, ulama mengatakan, bahwa tidak ada iman tanpa ukhuwah, sebagaimana tidak ada ukhuwah tanpa adanya pondasi iman. Membenarkan hal tersebut, firman Allah SWT (QS. 49 : 10)
“ S e s u n g g u h n y a o r a n g -orang mu'min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua s a u d a r a mu d a n b e r t a k wa l a h k e p a d a A l l a h s u p a y a k a mu me n d a p a t r a h ma t . ”
Adapun mengenai ukhuwah sebagai buah dari ketaqwaan, sekaligus menafikan tentang persahabatan tanpa adanya ketaqwaan (QS. 43 : 67) :
“ T e ma n -teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-o r a n g y a n g b e r t a k wa . ”
Dari sini kita juga dapat mengambil kesimpulan, bahwa seorang yang beriman apabila tidak memiliki rasa ukhuwah terhadap sesama muslim lainnya, hal ini menunjukkan bahwa imannya belum sempurna. Dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda :
Da r i Qa t a d a h r a , R a s u l u l l a h S A W b e r s a b d a , ‘ T i d a k b e r i ma n s a l a h s e o r a n g diantara kalian, hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai d i r i n y a s e n d i r i . ’ ( H R . B u k h a r i )

KEUTAMAAN UKHUWAH
Di luar keutamaan yang terkandung dalam ukhuwah, sesungguhnya sebelum segala-galanya, ukhuwah merupakan perintah Allah SWT. Perhatikan firman Allah berikut (QS. 3 : 103)
“ Da n b e r p e g a n g l a h k a mu s e mu a n y a k e p a d a t a l i ( a g a ma ) A l l a h , d a n j a n g a n l a h k a mu bercerai berai, dan ingatlah akan ni`mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni`mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-N y a k e p a d a mu , a g a r k a mu me n d a p a t p e t u n j u k . ”
Ayat di atas melarang kita untuk bercerai berai. Sedangkan bercerai berai merupakan lawan dari persatuan, yang menjadi salah satu komponen mendasar ukhuwah islamiyah. Namun demikian, disamping sebagai kewajiban, ukhuwah memiliki keutamaan yang cukup banyak, diantaranya adalah:
1. Wajah orang yang berukhuwah akan bersinar.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:
Dari Umar bin Khatab ra, Rasulullah SAW mengatakan kepadaku, ‘ s e s u n g g u h n y a d i a n t a r a h a mb a -hamba Allah terdapat sekelompok orang yang mereka ini bukan para nabi dan bukan pula orang yang mati syahid, namun posisi mereka di sisi Allah membuat para nabi dan orang yang mati syahid menjadi iri. Para sahabat bertanya, beritahukan kepada kami, siapakah me r e k a i t u y a R a s u l u l l a h ? B e l i a u me n j a wa b , ‘ mereka adalah sekelompok orang yang saling mencintai karena Allah SWT, meskipun diantara mereka tiada ikatan persaudaraan dan tiada pula kepentingan materi yang memotivasi mereka. Demi Allah, wajah mereka bercahaya, dan mereka berada di atas cahaya. Mereka tidak takut manakala manusia takut, dan mereka tidak b e r s e d i h h a t i ma n a k a l a ma n u s i a b e r s d i h h a t i . ’Lalu R a s u l u l l a h S A W membacakan ayat ‘Sesungguhnya wa l i -wali Allah itu, mereka tidak takut dan t i d a k p u l a b e r s e d i h h a t i . ” (HR. Abu Da u d )

2. Tidak takut dan tidak bersedih hati.
(sebagaimana di gambarkan dalam hadits di atas)

3. Akan diampuni dosa-dosanya.
Rasulullah SAW bersabda:56
Dari Salman al-F a r i s i r a , R a s u l u l l a h S A W b e r s a b d a , ‘ S e s u n g g u h n y a s e o r a n g muslim, apabila ia bertemu dengan saudaranya muslim yang lainnya, kemudian ia menjabat tangannya, maka akan berguguranlah dosa keduanya sebagaimana bergugurannya dedaunan dari sebuah pohon yang telah kering di hari angin bertiup sangat kencang. Atau kalau tidak, dosa keduanya akan diampuni, meskipun sebanyak buih di lautan. (HR. Imam Tabrani dalam Al- Mu ’ j a m a l -K a b i r V I / 2 5 6 , dan Imam Baihaqi dalam syu’ab al-Iman VI/ 437)

4. Me n d a p a t k a n ‘ n a u n g a n ’ A l l a h , d i h a r i t i a d a n a u n g a n s e l a i n n a u n g a n -Nya.
Rasulullah SAW bersabda:
َ Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda, bahwa Allah berfirman pada h a r i k i a ma t . ‘ Di ma n a k a h o r a n g -orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku.? Pada hari ini Aku akan menaungi mereka di hari tiada naungan selain naungan-Ku. (HR. Muslim)

5. Mendapatkan cinta Allah.
Rasulullah SAW bersabda:
Dari Abu Hurairah ra, bahwa seorang pemuda mengunjungi saudaranya di kota lain. Di tengah perjalanannya, Allah mengutuskan padanya seorang malaikat ( y a n g me n y a ma r ) . K e t i k a ma l a i k a t t i b a p a d a n y a , b e r k a t a , ‘ Wa h a i p e mu d a , e n g k a u h e n d a k k e ma n a ? ’ I a me n j a wa b , ‘ a k u i n g i n b e r s i l a turahim ke tempat s a u d a r a k u d i k o t a i n i . ’ Ma l a i k a t b e r t a n y a l a g i , ‘ A p a k a h ma k s u d k e d a t a n g a n mu a d a k e p e n t i n g a n d u n i a wi y a n g i n g i n k a u c a r i ? ’ I a me n j a wa b , ‘ T i d a k , s e l a i n h a n y a k a r e n a a k u me n c i n t a i n y a k a r e n a A l l a h S WT . ’ K e mu d i a n ma l a i k a t b e r k a t a , ‘ s e s u n g g u h n y a aku adalah utusan Allah kepadamu, diperintahkan untuk menyampaikan kepadamu bahwa Allah telah mencintaimu, sebagaimana kamu mencintai saudaramu tersebut. (HR. Muslim)
6. Dapat merasakan manisnya iman.
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:
Da r i A n a s b i n Ma l i k r a , R a s u l u l l a h S A W b e r s a b d a , ‘ada tiga hal, yang a p a b i l a ketiganya terdapat dalam diri seseorang, maka ia akan dapat merasakan manisnnya iman. (1) Lebih mencintai Allah dan rasul-Nya dari pada apapun selain keduanya. (2) Mencintai seseorang semata-mata hanya karena Allah SWT. (3) Tidak menyukai kembali pada kekafiran, sebagaimana ia benci jika dilemparkan ke dalam api neraka. (HR. Bukhari)

SYARAT DALAM BERUKHUWAH
Untuk melaksanakan kewajiban dalam berukhuwah dan juga untuk dapat menggapai seluruh keutamaan yang terkandung dalam ukhuwah, seroang muslim harus dapat merealisasikan syarat-syarat dalam berukhuwah. Diantara syarat-syaratnya adalah:

1. Ikhlas.
Ukhuwah seorang muslim terhadap muslim lainnya, haruslah dilandasi dengan keikhlasan kepada Allah SWT. Ukuhwah yang terlahir bukan karena sesuatu yang bersifat keduniaan, atau karena termotivasi oleh kepentingan tertentu. Karena apabila ukhuwah telah tercampur dengan ketidak ikhlasan, maka sudah menjadi hak Allah apabila tidak menerima ukhuwah yang seperti itu. Kisah yang terdapat dalam hadits, yang menceritakan seorang pemuda yang ingin me n g u n j u n g i ‘ s a u d a r a s e i ma n n y a ’ ( l i h a t h a d i t s keutamaan ukhuwah no. 5 dalam makalah ini) menunjukkan bahwa ukhuwah itu harus ikhlas semata-mata cintanya hanya karena Allah. Dan ukhuwah seperti inilah yang akan membuahkan mendapatkan cinta dari Allah SWT.

2. Dilandasi dengan iman dan ketaqwaan.
Karena hanya iman dan ketaqwaan sajalah, yang mampu menjadikan ukhuwah tetap bersih, sebagaimana yang diinginkan oleh Islam. Allah menggambarkan dalam Al-Qur’an (QS.43:67) :
“ T e ma n -teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-o r a n g y a n g b e r t a k wa . ”

3. Komitmen dengan adab Islam.
Ukhuwah tidak akan pernah terajut, apabila kedua orang yang saling berukhuwah tidak mengimplementasikan adab dan perilaku islami. Dan hal seperti inilah, yang maknanya terkandung dalam salah satu sabda Rasulullah SAW :
…d a n d u a o r a n g p e mu d a , y a n g s a l i n g me n c i n t a i k a r e n a A l l a h . Me r e k a b e r t e mu k a r e na A l l a h d a n me r e k a p u n b e r p i s a h k a r e n a Allah S WT … ( H R . Mu s l i m)

4. Berlandaskan pada prinsip saling menasehati kerena Allah.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW mengatakan bahwa:
Da r i A b u H u r a i r a h r a , R a s u l u l l a h S A W b e r s a b d a , ‘ S e o r a n g mu ’ mi n me r u p a k a n c e r mi n b a g i mu ’ mi n l a i n n y a , y a n g a p a b i l a i a me l i h a t p a d a a i b p a d a diri saudaranya, ia memperbaikinya. (HR. Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad)

5. Saling tolong menolong dalam kesenangan dan kesusahan.
Hal ini digambarkan Allah dalam Al-Qu r ’ a n ( QS . 5 : 2 )58
“ Da n t o l o n g me n o l o n g l a h k a l i a n d a l a m k e b a i k a n d a n ketaqwaan , d a n j a n g a n l a h k a l i a n s a l i n g t o l o n g menolong dalam perbuatan dosa d a n p e r mu s u h a n . ”
Tolong menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan merupakan perintah Allah
SWT, baik dalam kondisi suka maupun duka. Bahkan dalam sebuah hadits,
Rasulullah SAW mengungkapkan :
Da r i N u ’ ma n b i n B a s y i r r a , R a s u l u l l a h S A W b e r s a b d a , ‘ P e r u mp a ma a n o r a n g -o r a n g mu ’ mi n d a l a m h a l k e c i n t a a n dan kasih sayang diantara mereka adalah laksana satu tubuh, yang apabila terdapat salah satu anggota tubuhnya yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan merasakan sakit, dengan tidak dapat tidur d a n d e ma m. ’ ( H R . Mu s l i m)

CARA UNTUK MEMPERERAT TALI UKHUWAH
Terdapat beberapa cara untuk dapat menumbuhkan serta mempererat jalinan tali ukhuwah yang terajut diantara kaum muslimin. Diantara caranya adalah:
1. Memberitahukan rasa ‘cinta’nya kepada saudaranya.
Hal ini sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW:
Dari Al-Mi q d a m b i n Ma ’ d i K a r i b , R a s u l u l l a h S A W b e r s a b d a , ‘ A pabila seorang mu ’ mi n me n c i n t a i s a u d a r a n y a s e s a ma mu’min, maka beritahukanlah b a h wa i a mencintainya (karena Allah SWT) (HR. Abu Daud)
Dalam riwayat lain, dikisahkan :
Dari Anas bin Malik ra, bahwa seorang pemuda ada di samping Rasulullah SAW, kemudian tidak lama kemudian, lewatlah seseorang melalui mereka. K e mu d i a n p e mu d a i n i me n g a t a k a n , ‘ Y a R a s u l u l l a h , s u n g g u h a k u me n c i n t a i orang itu ( k a r e n a A l l a h ) . ’ K e mu d i a n R a s u l u l l a h S A W b e r t a n y a , ‘sudahkah e n g k a u me mb e r i t a h u k a n p a d a n y a ? ’ I a me n j a wa b , ‘ b e l u m. ’ R a s u l u l l a h S A W me n g a t a k a n , k a l a u d e mi k i a n b e r i t a h u k a l a h p a d a n y a . ’ L a l u p e mu d a i n i me n g i k u t i o r a n g t e r s e b u t d a n me n g a t a k a n p a d a n y a , ‘ a k u me n cintaimu karena A l l a h . ’ Or a n g t e r s e b u t me n j a wa b , ‘ S e mo g a A l l a h me n c i n t a i mu seperti engkau mencintaiku karena-N y a . ’ ( H R . A b u Da u d )
2. Mendoakan saudaranya
Dalam sebuah riwayat dikisahkan:
Dari Umar bin Khattab ra, aku meminta izin kepada Rasulullah SAW untuk perg i u mr a h . K e mu d i a n R a s u l u l l a h S A W me n g i z i n k a a k u d a n b e r k a t a , ‘ j a n g a n lupa wahai saudaraku doanya. Beliau mengucapkan sebuah kalimat yang teramat membahagiakan, seakan aku memiliki dunia. (HR. Abu Daud)

3. Memberikan senyuman.
Da r i A b u Dz a r r a , R a s u l u l l a h S A W me n g a t a k a n k e p a d a k u , ‘ j a n g a n l a h k a l i a n menganggap remeh satu perbuatan baik sedikitpun, meskipun hanya memberikan senyuman (wajah yang ramah) kepada kepada saudaramu. (HR.Muslim)

4. Menjabat tangan.
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW mengatakan:
Dari Salman al-F a r i s i r a , R a s u l u l l a h S A W b e r s a b d a , ‘ S e s u n g g u h n y a s e o r a n g muslim, apabila ia bertemu dengan saudaranya muslim yang lainnya, kemudian ia menjabat tangannya, maka akan berguguranlah dosa keduanya sebagaimana bergugurannya dedaunan dari sebuah pohon yang telah kering di hari angin bertiup sangat kencang. Atau kalau tidak, dosa keduanya akan diampuni, meskipun sebanyak buih di lautan. (HR.Imam Tabrani dalam Al- Mu ’ j a m a l -K a b i r V I / 2 5 6 , dan Imam Baihaqi dalam syu’ab al-Iman VI/ 437)

5. Bersilaturahim.
R a s u l u l l a h S A W b e r s a b d a , b a h wa A l l a h b e r f i r ma n , ‘ C i n t a -Ku wajib diberikan kepada orang yang saling mencintai karena-Ku, kepada yang saling dudukm karena-Ku, kepada yang saling mengunjungi (bersilaturahim) karena-Ku, dan yang saling berlomba untuk berkorban karena-K u . ” ( H R . A h ma d b i n H a mb a l )

6. Mengucapkan selamat pada moment tertentu.
Da r i A n a s b i n Ma l i k r a , R a s u l u l l a h S A W b e r s a b d a , ‘ B a r a n g s i a p a y a n g b e r t e mu dengan saudaranya yang muslim dengan sesuatu yang menyenangkannya untuk membahagiakannya, maka sungguh Allah akan membahagiakannya p a d a hari kiamat. (HR . T a b r a n i d a l a m Mu ’ j a m S h a g h i r , I I / 2 8 8 )

7. Memberikan hadiah.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW mengemukakan:
Saling mencintai dan saling memberi hadiahlah kalian (HR. Baihaqi & Tabrani)

8. Memberikan perhatian penuh pada kebutuhan saudaranya.
Da r i Abu Hurairah r a , R a s u l u l l a h S A W b e r s a b d a , ‘ B a r a n g s i a p a y a n g me l a p a n g k a n k e s e mp i t a n d u n i a s e o r a n g mu ’ mi n , ma k a A l l ah a k a n me l a p a n g k a n baginya kesempitan pada hari kiamat. Dan barang siapa yang mempermudah kesulitan seseorang, maka Allah akan mempermudahnya dalam kehidupan dunia dan akhirat. Barang siapa yang menutupi sela seorang muslim, maka Allah akan menutupi celanya di dunia dan di akhirat. Dan Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya, selagi hamba-Nya tersebut menolong saudaranya. (HR. Muslim)

9. Melaksanakan semua hak-hak ukhuwah.
Terdapat beberapa hal, yang menjadi hak seorang muslim dengan muslim lainnya dalam berukhuwah yang harus ditunaikan oleh setiap muslim. Hak-hak tersebut akan dibahas dalam pembahasan berikut:
Hak-Hak Dalam Berukhuwah
Dalam ukhuwah terdapat hak-hak yang mesti dilaksanakan oleh sesama muslim yang saling bersaudara karena Allah SWT. Diantara hak-hak tersebut adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah haditsnya:
Da r i A b u H u r a i r a h r a , R a s u l u l l a h S A W b e r s a b d a , ‘ H a k s e o r a ng muslim dengan mu s l i m l a i n n y a a d a e ma n . P a r a s a h a b a t b e r t a n y a , ‘ A p a i t u wa h a i R a s u l u l l a h S A W? B e l i a u me n j wa b , ‘ a p a b i l a e n g k a u b e r t e mu d e n g a n n y a u c a p k a n l a h s a l a m, apabila ia mengundangmu penuhilah, apabila ia minta nasehat darimu nasehatilah, apabila ia bersin doakanlah, apabila ia sakit tengoklah, dan apabila i a me n i n g g a l d u n i a maka ikutilah jenazahnya.” ( H R . Mu s l i m)
Dari hadits di atas, dapat kita petik kesimpulan, bahwa diantara hak ukhuwah seorang muslim terhadap muslim lainnya adalah:
1. Mengucapkan salam.
2. Memenuhi undangannya.
3. Memberikan nasehat.
4. Mendoakan ketika bersin.
5. Menengok ketika sakit.
6. Mengikuti jenazahnya ketika meninggal dunia.

Selain keenam hak ini, juga masih terdapat hak lainnya, yaitu sebagaimana yang
terdapat dalam sebuah hadits:
Da r i A b u H u r a i r a h r a , R a s u l u l l a h S A W b e r s a b d a , ‘Barang siapa yang me l a p a n g k a n k e s e mp i t a n d u n i a s e o r a n g mu ’ mi n , ma k a A l l a a k a n me l a p a n g k a n b a g i n y a kesempitan pada hari kiamat. Dan barang siapa yang mempermudah kesulitan seseorang, maka Allah akan mempermudahnya dalam kehidupan dunia dan akhirat. Barang siapa yang menutupi sela seorang muslim, maka Allah akan menutupi celanya di dunia dan di akhirat. Dan Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya, selagi hamba-Nya tersebut menolong saudaranya. (HR. Muslim)

Dari hadits ini dapat di ambil beberapa poin penting, bahwa hak seorang muslim
terhadap muslim lainnya adalah :
7. Memperhatikan dan peduli terhadap kebutuhan dan kesusahannya.
8. Menutupi aib atau kekurangan yang dimilikinya.

BUAH LAIN DARI UKHUWAH
Selain berbagai keistimewaan yang telah digambarkan di atas, ukhuwah memilki nilai positif lain yang sangat luas, yaitu akan dapat mewujudkan al-wihdah al-islamiyah (baca; persatuan umat). Karena dengan adanya ukhuwah, setiap muslim tidak akan memandang seseorang dari sukunya, bahasanya, negaranya, warna kulitnya, warna rambutnya, organisasinya, partainya dan lain sebagainya. Namun ia akan melihat seseorang dari segi aqidahnya. Siapapun ia, jika ia mentauhidkan Allah, beragamakan Islam, bermanhajkan Al-Qu r ’ a n , b e r k i b l a t k a n a ’ b a h , b e r s u n a h k a n s u n a h R a s u l u l l a h S A W, ma k a i a a d a l a h s a u d a r a n y a Sehingga ia akan memandang bahwa di setiap daerah, setiap wilayah atau bahkan di negara manapun yang di sana terdapat orang-orang yang memperjuangkan kalimatullah, maka itu adalah negrinya. Dan setiap muslim memiliki kewajiban untuk senantiasa menolong saudaranya di jalan Allah SWT. Atau paling tidak, harus memiliki kepedulian terhadap kebutuhan dan kesusahan yang dialami saudaranya.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda :
Da r i H u d z a i f a h b i n Y a ma n r a , R a s u l u l l a h S A W b e r s a b d a , “Barang s i a p a y a n g t i d a k p e d u l i terhadap urusan kaum muslimin, maka bukanlah ia termasuk golongan mereka (kaum mu s l i mi n ) . ” ( H R . T a b r a n i )

Adapun pada zaman sekarang ini, berangkat dari ketiadaan ukhuwah, maka seolah tiada pula persatuan dan kesatuan di kalangan umat Islam. Hampir setiap organisasi, kelompok, partai berpecah belah satu dengan yang lainnya. Ini masih dalam satu negara, maka apatah lagi jika sudah berbeda negara, berbeda warna kulit dan lain sebagainya. Kondisi seperti ini diperparah lagi dengan adanya konspirasi kaum barat yang berusaha untuk memecah belah kaum muslimin. Sehingga saat ini dapat dikatakan tidak ada satu negara muslim pun yang secara politiknya mencoba untuk merealisasikan ukhuwah dalam politik luar negrinya terhadap negara muslim lainnya. Padahal ukhuwah merupakan bagian terpenting dari keimanan. Karena tiada kesempurnaan iman tanpa adanya ukhuwah.





PENUTUP
Inilah sekelumit bahasan tentang ukhuwah, yang tentunya kita semua harus berusaha untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam skala individu, sosial, nasional, bahkan internasional. Karena kita akan lemah tanpa adanya ukhuwah, sebaliknya kita akan dapat kuat dan besar dengan merealisasikan ukhuwah dalam jiwa kita. Sementara, ukhuwah merupakan buah dan konsekwensi logis dari keimanan kepada Allah SWT. Dalam artian, bahwa khuwah mustahil direalisasikan tanpa memperdalam dan memperkokoh keimanan.
Jadi, jalan yang harus ditempuh oleh setiap muslim adalah memperkokoh keimanan dan mempertebal ketakwaan kepada Allah SWT. Karena hal tersebut me r u p a k a n ‘ p o n d a s i ’ d a r i u k h u wa h , u n t u k k e mu d i a n me n c o b a me n g a ma l k an kiat-kiat Rasulullah SAW dalam mempertebal rasa ukhuwah dalam diri kita masing-masing. Dan akhirnya, semoga Allah SWT menjadikan kita sebagai orang-orang yang senantiasa dikuatkan keimanannya, dipererat ukhuwahnya dan dijadikan sebagai hamba-hamba yang berhak mendapatkan sorga dari-Nya. Amin..
Wa l l a h u A ’ l a m B i s S h a wa b .

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More