This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 19 Februari 2012

Belajar Tentang Cinta

Setiap manusia mutlak memiliki rasa kasih dan sayang. Karena sejatinya kasih sayang tersebut merupakan fitrah manusia. Perwujudan kasih dan sayang tesebut akan bermuara pada cinta. Cinta akan memberikan warna keindahan bagi yang merasakannya. Cinta juga akan menumbuhkan rasa bahagia dalam diri yang merasakannya. Cinta memberikan kesejukan dalam hati, ketentraman dalam jiwa. Selanjutnya, cinta juga akan menumbuhkan hasrat dan keinginan bagi sang pecinta untuk senantiasa bersama dengan yang dicintainya. Cinta akan mengubah gelap menjadi terang, mengubah pahit menjadi manis, mengubah hambar menjadi berasa.

Begitu dalam makna cinta, sehingga banyak sekali penafsiran dan pemahaman manusia tentang cinta. Cinta adalah fitrah manusia yang tak terpisahkan dari kehidupannya. Cinta merupakan perasaan jiwa, getaran hati, serta pancaran naluri. Terpautnya hati sang pecinta terhadap orang yang dicintainya, dengan semangat yang menggelora dan wajah yang selalu ceria. Cinta yang seperti ini merupakan perasaan mendasar dalam diri manusia yang tidak dapat terlepas. Dalam banyak hal, cinta bermaksud untuk mengontrol keinginan kearah yang lebih baik dan positif. Hal semacam ini dapat terjadi jika sang pencinta menjadikan cintanya sebagai sarana untuk meraih hasil yang baik dan mulia guna meraih kehidupan, sebagaimana kehidupan orang-orang pilihan dan suci dan orang-orang yang bertaqwa yang selalu berbuat baik.

Nabi Muhammad SAW, idola ummat sepanjang zaman, menyebutkan bahwa orang yang sedang jatuh cinta cenderung selalu mengingat dan menyebut orang yang dicintainya (man ahabba syai'an katsura dzikruhu), orang juga bisa diperbudak oleh cintanya (man ahabba syai'an fa huwa `abduhu). Selanjutnya, Nabi Muhammad SAW menyebutkan ciri-ciri dari cinta, yaitu lebih suka berbicara dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain, lebih suka berkumpul dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain, dan lebih suka mengikuti kemauan yang dicintai dibanding kemauan orang lain/diri sendiri.

Islam memandang cinta sebagai proses penghambaan makhluq kepada sang Rabb. Cinta itu menempati keduduan yang tertinggi dalam Islam. Al-Quran merupakan pedoman manusia dalam melakukan berbagai hal. Selanjutnya, hal-hal yang belum dijelaskan dalam Al-Quran, disebutkan dalam Hadits Nabi Muhammad SAW dan ijtihad para ulama. Hal-hal tersebut menjadi petunjuk arah bagi manusia. Oleh karena itu, semua yang dilakukan oleh manusia, sejatinya harus senantiasa berlandaskan pada Al-Quran dan As-sunnah.

Al-Quran memandang beberapa pengertian tentang cinta yaitu pertama, cinta mawaddah adalah jenis cinta mengebu-gebu, membara dan "nggemesi". Orang yang memiliki cinta jenis mawaddah, maunya selalu berdua, enggan berpisah dan selalu ingin memuaskan dahaga cintanya. Ia ingin memonopoli cintanya, dan hampir tak bisa berfikir lain. Kedua, cinta rahmah adalah jenis cinta yang penuh kasih sayang, lembut, siap berkorban, dan siap melindungi. Orang yang memiliki cinta jenis rahmah ini lebih memperhatikan orang yang dicintainya dibanding terhadap diri sendiri. Baginya yang penting adalah kebahagiaan sang kekasih meski untuk itu ia harus menderita. Ia sangat memaklumi kekurangan kekasihnya dan selalu memaafkan kesalahan kekasihnya.

Termasuk dalam cinta rahmah adalah cinta antar orang yang bertalian darah, terutama cinta orang tua terhadap anaknya, dan sebaliknya. Dari itu maka dalam al Qur'an , kerabat disebut al arham, dzawi al arham, yakni orang-orang yang memiliki hubungan kasih sayang secara fitri, yang berasal dari garba kasih sayang ibu, disebut rahim (dari kata rahmah). Sejak janin seorang anak sudah diliputi oleh suasana psikologis kasih sayang dalam satu ruang yang disebut rahim. Selanjutnya, diantara orang-orang yang memiliki hubungan darah dianjurkan untuk selalu bersilaturrahim, atau silaturrahmi artinya menyambung tali kasih sayang. Suami isteri yang diikat oleh cinta mawaddah dan rahmah sekaligus biasanya saling setia lahir batin-dunia akhirat.

Ketiga, Cinta mail, adalah jenis cinta yang untuk sementara sangat membara, sehingga menyedot seluruh perhatian hingga hal-hal lain cenderung kurang diperhatikan. Cinta jenis mail ini dalam al Qur'an disebut dalam konteks orang poligami dimana ketika sedang jatuh cinta kepada yang muda (an tamilu kulla al mail), cenderung mengabaikan kepada yang lama. Keempat, Cinta syaghaf, adalah cinta yang sangat mendalam, alami, orisinil dan memabukkan. Orang yang terserang cinta jenis syaghaf (qad syaghafaha hubba) bisa seperti orang gila, lupa diri dan hampir-hampir tak menyadari apa yang dilakukan. Al Qur'an menggunakan kata syaghaf ketika mengkisahkan bagaimana cintanya Zulaikha, istri pembesar Mesir kepada bujangnya, Yusuf.

Kelima, Cinta ra'fah, yaitu rasa kasih yang dalam hingga mengalahkan norma-norma kebenaran, misalnya kasihan kepada anak sehingga tidak tega membangunkannya untuk shjalat, membelanya meskipun salah. Al Qur'an menyebut kata ini ketika mengingatkan agar janganlah cinta ra`fah menyebabkan orang tidak menegakkan hukum Allah, dalam hal ini kasus hukuman bagi pezina (Q/24:2). Keenam, Cinta shobwah, yaitu cinta buta, cinta yang mendorong perilaku penyimpang tanpa sanggup mengelak. Al Qur'an menyebut kata ini ketika mengkisahkan bagaimana Nabi Yusuf berdoa agar dipisahkan dengan Zulaikha yang setiap hari menggodanya (mohon dimasukkan penjara saja), sebab jika tidak, lama kelamaan Yusuf tergelincir juga dalam perbuatan bodoh, wa illa tashrif `anni kaidahunna ashbu ilaihinna wa akun min al jahilin (Q/12:33)

Ketujuh, Cinta syauq (rindu). Kata ini bukan dari Al Qur'an tetapi dari hadis yang menafsirkan Al Qur'an. Dalam surat Al `Ankabut ayat 5 dikatakan bahwa barangsiapa rindu berjumpa Allah pasti waktunya akan tiba. Kalimat kerinduan ini kemudian diungkapkan dalam doa ma'tsur dari hadis riwayat Ahmad, “Aku mohon dapat merasakan nikmatnya memandang wajah Mu dan nikmatnya kerinduan untuk berjumpa dengan Mu”.

Menurut Ibn al Qayyim al Jauzi dalam kitab Raudlat al Muhibbin wa Nuzhat al Musytaqin, Syauq (rindu) adalah pengembaraan hati kepada sang kekasih (safar al qalb ila al mahbub), dan kobaran cinta yang apinya berada di dalam hati sang pecinta, hurqat al mahabbah wa il tihab naruha fi qalb al muhibbi.

Kedelapan, Cinta kulfah. yakni perasaan cinta yang disertai kesadaran mendidik kepada hal-hal yang positip meski sulit, seperti orang tua yang menyuruh anaknya menyapu, membersihkan kamar sendiri, meski ada pembantu. Jenis cinta ini disebut Al Qur'an ketika menyatakan bahwa Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya, la yukallifullah nafsan illa wus`aha (Q/2:286).

Selanjutnya, Al-Ghazali menyatakan bahwa ada tiga hal yang mendasari tumbuhnya cinta dan bagaimana kualitasnya. Tiga hal tersebut yaitu:

1. Cinta tidak akan terjadi tanpa proses pengenalan (ma’rifat) dan pengetahuan (idrak)

Manusia hanya akan mencintai sesuatu atau seseorang yang telah ia kenal. Karena itulah, benda mati tidak memiliki rasa cinta. Dengan kata lain, cinta merupakan salah satu keistimewaan makhluk hidup. Jika sesuatu atau seseorang telah dikenal dan diketahui dengan jelas oleh seorang manusia, lantas sesuatu itu menimbulkan kenikmatan dan kebahagiaan bagi dirinya, maka akhirnya akan timbul rasa cinta. Jika sebaliknya, sesuatu atau seseorang itu menimbulkan kesengsaraan dan penderitaan, maka tentu ia akan dibenci oleh manusia.

2. Cinta terwujud sesuai dengan tingkat pengenalan dan pengetahuan

Semakin intens pengenalan dan semakin dalam pengetahuan seseorang terhadap suatu obyek, maka semakin besar peluang obyek itu untuk dicintai. Selanjutnya, jika semakin besar kenikmatan dan kebahagiaan yang diperoleh dari obyek yang dicintai, maka semakin besar pula cinta terhadap obyek yang dicintai tersebut.

Kenikmatan dan kebahagiaan itu bisa dirasakan manusia melalui pancaindranya. Kenikmatan dan kebahagiaan seperti ini juga dirasakan oleh binatang. Namun ada lagi kenikmatan dan kebahagiaan yang dirasakan bukan melalui pancaindra, namun melalui mata hati. Kenikmatan rohaniah seperti inilah yang jauh lebih kuat daripada kenikmatan lahiriah yang dirasakan oleh pancaindra. Dalam konteks inilah, cinta terhadap Tuhan terwujud.

3. Manusia tentu mencintai dirinya

Hal pertama yang dicintai oleh makhluk hidup adalah dirinya sendiri dan eksistensi dirinya. Cinta kepada diri sendiri berarti kecenderungan jiwa untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan menghindari hal-hal yang bisa menghancurkan dan membinasakan kelangsungan hidupnya.

Selanjutnya al-Ghazali juga menguraikan lebih jauh tentang hal-hal yang menyebabkan tumbuhnya cinta. Pada gilirannya, sebab-sebab tersebut akan mengantarkan seseorang kepada cinta sejati, yaitu cinta kepada Tuhan Yang Maha Mencintai. Sebab-sebab itu adalah sebagai berikut:

1. Cinta kepada diri sendiri, kekekalan, kesempurnaan, dan keberlangsungan hidup

Orang yang mengenal diri dan Tuhannya tentu ia pun mengenal bahwa sesungguhnya ia tidak memiliki diri pribadinya. Eksistensi dan kesempurnaan dirinya adalah tergantung kepada Tuhan yang menciptakannya. Jika seseorang mencintai dirinya dan kelangsungan hidupnya, kemudian menyadari bahwa diri dan hidupnya dihasilkan oleh pihak lain, maka tak pelak ia pun akan mencintai pihak lain tersebut. Saat ia mengenal bahwa pihak lain itu adalah Tuhan Yang Maha Pencipta, maka cinta kepada Tuhan pun akan tumbuh. Semakin dalam ia mengenal Tuhannya, maka semakin dalam pula cintanya kepada Tuhan.

2. Cinta kepada orang yang berbuat baik

Pada galibnya, setiap orang yang berbuat tentu akan disukai oleh orang lain. Hal ini merupakan watak alamiah manusia untuk menyukai kebaikan dan membenci kejahatan. Namun pada dataran manusia dan makhluk umumnya, pada hakikatnya kebaikan adalah sesuatu yang nisbi. Karena sesungguhnya, setiap kebaikan yang dilaksanakan oleh seseorang hanyalah sekedar menggerakkan motif tertentu, baik motif duniawi maupun motif ukhrawi.

Untuk motif duniawi, hal itu adalah jelas bahwa kebaikan yang dilakukan tidaklah ikhlas. Namun untuk motif ukhrawi, maka kebaikan yang dilakukan juga tidak ikhlas, karena masih mengharapkan pahala, surga, dan seterusnya. Pada hakikatnya, ketika seseorang memiliki motif ukhrawi atau agama, maka hal itu juga akan mengantarkan kepada pemahaman bahwa Allah jugalah yang berkuasa menanamkan ketaatan dan pengertian dalam diri dan hatinya untuk melakukan kebaikan sebagaimana yang Allah perintahkan. Dengan kata lain, orang yang berbuat baik tersebut pada hakikatnya juga terpaksa, bukan betul-betul mandiri, karena masih berdasarkan perintah Allah.

Ketika kesadaran bahwa semua kebaikan berujung kepada Allah, maka cinta kepada kebaikan pun berujung kepada Allah. Hanya Allah yang memberikan kebaikan kepada makhluk-Nya tanpa pamrih apapun. Allah berbuat baik kepada makhluk-Nya bukan agar Ia disembah. Allah Maha Kuasa dan Maha Suci dari berbagai pamrih. Bahkan meskipun seluruh makhluk menentang-Nya, kebaikan Allah kepada para makhluk tetap diberikan. Kebaikan-kebaikan Allah kepada makhluk-Nya itu sangat banyak dan tidak akan mampu oleh siapa pun. Karena itulah, pada gilirannya bagi orang yang betul-betul arif, akan timbul cinta kepada Allah sebagai Dzat Yang Maha Baik, yang memberikan berbagai kebaikan dan kenikmatan yang tak terhitung jumlahnya.

3. Mencintai diri orang yang berbuat baik meskipun kebaikannya tidak dirasakan

Mencintai kebaikan per se juga merupakan watak dasar manusia. Ketika seseorang mengetahui bahwa ada orang yang berbuat baik, maka ia pun akan menyukai orang yang berbuat baik tersebut, meskipun kebaikannya tidak dirasakannya langsung. Seorang penguasa yang baik dan adil, tentu akan disukai rakyatnya, meskipun si rakyat jelata tidak pernah menerima langsung kebaikan sang penguasa. Sebaiknya, seorang pejabat yang lalim dan korup, tentu akan dibenci oleh rakyat, meski sang rakyat tidak mengalami langsung kelaliman dan korupsi sang pejabat.

Hal ini pun pada gilirannya akan mengantar kepada cinta terhadap Allah. Karena bagaimanapun, hanya karena kebaikan Allah tercipta alam semesta ini. Meski seseorang mungkin tidak langsung merasakannya, kebaikan Allah yang menciptakan seluruh alam semesta ini menunjukkan bahwa Allah memang pantas untuk dicintai. Kebaikan Allah yang menciptakan artis Dian Sastrowardoyo nan cantik jelita namun tinggal di Jakarta, misalnya, adalah kebaikan yang tidak langsung dirasakan seorang Iwan Misbah yang tinggal nun jauh di Ciwidey.

4. Cinta kepada setiap keindahan

Segala yang indah tentu disukai, baik yang bersifat lahiriah maupun batiniah. Lagu yang indah dirasakan oleh telinga. Wajah yang cantik diserap oleh mata. Namun keindahan sifat dan perilaku serta kedalaman ilmu, juga membuat seorang Imam Syafi’i, misalnya, dicintai oleh banyak orang. Meskipun mereka tidak tahu apakah wajah dan penampilan Imam Syafi’i betul-betul menarik atau tidak. Keindahan yang terakhir inilah yang merupakan keindahan batiniah. Keindahan yang bersifat batiniah inilah yang lebih kuat daripada keindahan yang bersifat lahiriah. Keindahan fisik dan lahiriah bisa rusak dan sirna, namun keindahan batiniah relatif lebih kekal.

Pada gilirannya, segala keindahan itu pun akan berujung pada keindahan Tuhan yang sempurna. Namun keindahan Tuhan adalah keindahan rohaniah yang hanya dapat dirasakan oleh mata hati dan cahaya batin. Orang yang betul-betul menyadari betapa Tuhan Maha Mengetahui, Maha Kuasa, dan segala sifat kesempurnaan melekat dalam Zat-Nya, maka tak ayal ia pun akan menyadari betapa indahnya Tuhan, sehingga sangat pantas Tuhan untuk dicintai.

5. Kesesuaian dan keserasian

Jika sesuatu menyerupai sesuatu yang lain, maka akan timbul ketertarikan antara keduanya. Seorang anak kecil cenderung lebih bisa akrab bergaul dengan sesama anak kecil. Seorang dosen tentu akan mudah berteman dengan sesama dosen daripada dengan seorang tukang becak. Ketika dua orang sudah saling mengenal dengan baik, maka tentu terdapat kesesuaian antara keduanya. Berangkat dari kesesuaian dan keserasian inilah akhirnya muncul cinta. Sebaliknya, jika dua orang tidak saling mengenal, kemungkinan besar karena memang terdapat perbedaan dan ketidakcocokan antara keduanya. Karena ketidakcocokan dan perbedaan pula akan muncul tidak suka atau bahkan benci.

Dalam konteks kesesuaian dan keserasian inilah, cinta kepada Tuhan akan muncul. Meski demikian, kesesuaian yang dimaksud ini bukanlah bersifat lahiriah seperti yang diuraikan di atas, namun kesesuaian batiniah. Sebagian hal tentang kesesuaian batiniah ini merupakan misteri dalam dunia tasawuf yang menurut al-Ghazali tidak boleh diungkapkan secara terbuka. Sedangkan sebagian lagi boleh diungkapkan, seperti bahwa seorang hamba boleh mendekatkan diri kepada Tuhan dengan meniru sifat-sifat Tuhan yang mulia, misalnya ilmu, kebenaran, kebaikan, dan lain-lain.

Terkait dengan sebab keserasian dan kecocokan ini, satu hal yang perlu digarisbawahi adalah bahwa Allah tidak akan pernah ada yang mampu menandingi atau menyerupainya. Keserasian yang terdapat dalam jiwa orang-orang tertentu yang dipilih oleh Allah, sehingga ia mampu mencintai Allah dengan sepenuh hati, hanyalah dalam arti metaforis (majazi). Keserasian tersebut adalah wilayah misteri yang hanya diketahui oleh orang-orang yang betul-betul mengalami cinta ilahiah.

Menilik pengertian cinta yang disiratkan dalam Al-Quran serta pemahaman cinta berdasarkan ahli Tassawuf, Al-Ghazali, sejatinya cinta hanyalah kepada Allah. Lalu apakah manusia tidak boleh mencintai makhluk Allah, misalnya orangtua, anak, suami, harta benda dll?. Boleh saja, tetapi cinta kepada makhluk Allah hanya sebatas melaksanakan perintah Allah, bukan malah menjadi perintang. Allah menciptakan segala yang ada di dunia ini dengan sangat indah. Dan manusia pun boleh mencintai makhluk Allah, selama tidak melebihi kecintaan kepada Allah dan RasulNya.

Katakanlah: “Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA”. dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.(Q.S. At-Taubah:24)

Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka. dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris-mewarisi) di dalam kitab Allah daripada orang-orang mukmim dan orang-orang Muhajirin, kecuali kalau kamu berbuat baik kepada saudara-saudaramu (seagama). adalah yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (Allah). (Q.S. Al-Ahzab:6)

Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badwi yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah (berperang) dan tidak patut (pula) bagi mereka lebih mencintai diri mereka daripada mencintai diri rasul. yang demikian itu ialah karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan dan kelaparan pada jalan Allah, dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal saleh. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik, (Q.S. At-Taubah:120)

Cinta kepada Allah tidaklah sama dengan cinta kepada selainNya. Allah tidak akan mau di duakan. Suatu hari Dzun Nun Al-Mishry bertemu dengan seorang rahib, lalu Dun Nun bertanya kepada rahib tersebut, “Apakah arti cinta sejati menurut pendapat Anda? Lalu rahib itu menjawab, “Cinta sejati tak mau dibelah dua. Kalau cinta telah tertumpah kepada Allah, tidak ada lagi cinta kepada selainNya. Dan jika cinta tertumpah kepada selain Allah, tidaklah mungkin dapat dipersatukan cinta itu dengan cinta kepada Allah. Oleh karena itu, renungkanlah siapa sebenarnya yang kau cintai”. Kemudian Dzun Nun bertanya lagi, “Lalu apakah sarinya cinta?”, Rahib itu menjawab, “ Akal pergi, airmata jatuh, mata tak mau terpejam, rindu dendam memenuhi kalbu, dan rela berbuat apapun yang dikehendakiNya”.

Beberapa tahun kemudian, Dzun menunaikan haji. Ketika berada di Mekah, beliau bertemu dengan rahib tersebut, yang ternyata juga sama-sama sedang menunaikan ibadah haji. Rahib itu berkata, “Hai Abul Faidh! Janji perdamaian telah ditanda tangani, pintu pun telah terbuka. Allah telah menganugerahiku jalan Islam. Sebab apa yang kukatakan kepadamu beberapa tahun yang lalu, adalah kata-kata yang tidak dapat dipikul oleh langit dan bumi, hanya dapat dipikul oleh orang yang tabah!”.

Rasulullah sawpernah bersabda:

Dari Anas r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya:“Ada tiga perkara, barangsiapa yang tiga perkara itu ada di dalam diri seseorang, maka orang itu dapat merasakan manisnya keimanan iaitu: jikalau Allah dan RasulNya lebih dicintai olehnya daripada yang selain keduanya, jikalau seseorang itu mencintai orang lain dan tidak ada sebab kecintaannya itu melainkan kerana Allah, dan jikalau seseorang itu membenci untuk kembali kepada kekafiran setelah diselamatkan oleh Allah dari kekafiran itu, sebagaimana bencinya kalau dilemparkan ke dalam api neraka.” (Muttafaq ‘alaih) [Riyadhus shalihin hadits ke 374]

Patutlah kita mencontoh pribadi Rasulullah SAW dengan mencintai Allah sebagai wujud rasa syukur beliau terhadap-Nya. Rasulullah SAW yang telah di-maqsum oleh Allah, yaitu dosa beliau yang telah lalu, yang hari ini dan akan datang telah dihapuskan oleh Allah, memberikan bentuk rasa cinta yang luar biasa. Pernah suatu ketika, Aisyah Ra, memergoki Rasulullah SAW tengah asyik masygul menunaikan Shalat Malam, hingga kaki Rasul mengalami bengkak. Sang ummul mukminin menangis ketika melihat kaki Rasul mengalami kebengkakan. Beliau bertanya kepada Rasul sambil berurai airmatanya. ‘Ya Amirul mukminin, suamiku, bukankah Allah telah menghapuskan dosa-dosamu yang telah lalu, hari ini dan yang akan datang, wahai suamiku? Namun, mengapa Engkau tiada henti-hentinya bersujud hingga kakimu mengalami kebengkakan?’ Rasul menjawab, ‘Ya khumairah, istriku, aku hanya ingin menjadi hamba yang senantiasa bersyukur terhadap apa yang Allah berikan, sebagai wujud rasa cintaku kepada-Nya’.

Subhanallah, bahkan seorang Nabi Muhammad SAW pun, menempatkan cinta kepada Allah pada tingkatan tertinggi. Lalu, bagaimanakah dengan kita? Terkadang hati kita masih diliputi pada rasa cinta yang semu. Astagfirullah, bahkan terkadangpun kita sering kali melandaskan cinta berdasarkan cinta kepada-Nya, namun hakikatnya kita sering memunafikkan diri bahwa sejatinya cinta yang terjalin itu melebihi cinta kita kepada Allah.

Mari sahabat kita rajut kembali benang-benang cinta dengan penuh tulus dan kejujuran hati nurani yang paling dalam bahwa sejatinya cinta kita senantiasa bermuara kepada-Nya. Cinta yang selain-Nya merupakan sarana untuk senantiasa meningkatkan derajat cinta kita kepada-Nya. Jangan menyatakan setuju pada perihal cinta yang berkedok ‘cinta palsu’ yang menyiratkan bahwa cinta itu adalah cinta sejati. Karena sejatinya cinta itu bukan dari dorongan nafsu, melainkan perihal akhlaq yang mulia.

Mari kita perbaharui niat. Tancapkan dalam hati kita bahwa cinta kita karena Allah ta’ala, bukan karena jabatan, tahta atau hartanya, bukan karena kecantikan atau ketampanannya, akan tetapi karena Allah semata. Buanglah cinta yang berlandaskan nafsu, karena cinta nafsu merupakan cinta dusta. Kuburlah ia pada lubang yang sangat dalam, sehingga ia takkan mampu merogoti sucinya cinta yang sebenarnya.

Kuburlah juga anggapan bahwa berpegangan tangan, berpelukan, berciuman merupakan tanda cinta pada lubang yang sangat dalam, hingga sang binatang tanah memakannya, agar ia pun tak bisa meluluhkan bentuk cinta yang murni. Karena itu pun adalah dusta belaka. Hanyalah orang yang penuh nafsu setanlah yang mengatakan demikian. Oleh karena itu, jagalah kesucian cinta kita yang sejatinya hanyalah terpatri untuk sang Illahi. Dan inilah tanda cinta yang hakiki.

Binalah cinta yang berhulu iman dan bermuara taqwa. Cinta yang mengubur nafsu pada lubang yang sangat dalam. Cinta yang menempatkan aspek Allah pada setiap aktivitas yang kita lakukan. Cinta yang senantiasa mengingatkan pada kebaikan dan kebenaran. Cinta yang senantiasa mengajak pada yang baik dan mencegah pada yang munkar. Cinta yang di dalamnya mengalir kedamaian dan ketentraman jiwa bagi sang pecinta. Cinta yang memahami hakikat dari cinta itu sendiri, yaitu cinta yang tertinggi, cinta Allah SWT.

Insyaallah, mari senantiasa kita bina cinta yang seperti ini. Cinta yang berhulu iman dan bermuara taqwa. Mari kita jadikan dunia sebagai ladang kita untuk mempersiapkan bekal-bekal cinta kita kepada Allah nanti kelak di akhirat. Sebenarnya mencintai itu sah-sah saja, tidak ada larangan dalam Agama. Asalkan kita mampu membina cinta tersebut menjadi cinta yang diridhai oleh Allah SWT. bukan cinta yang dimurkai oleh Allah SWT. Semoga Allah selalu memberikan perlindungan kepada kita semua, sehingga kita terjaga dari cinta yang dimurkai Allah SWT. dan semoga kita mampu membina cinta kita menjadi cinta yang suci. Amien.

Sabtu, 11 Februari 2012


SRIWIJAYA BOOK FAIR 2012

PAMERAN BUKU TERBESAR DAN TERMURAH PERTAMA DI BATURAJA
BERTEMPAT DI : AUDITORIUM UNIVERSITAS BATURAJA
TANGGAL : 11 - 25 FEBRUARI 2012

ANDA AKAN MENDAPAT BERBAGAI MACAM BUKU, YAITU:
  • BUKU ANAK-ANAK
  • BUKU MOTIVASI
  • BUKU AGAMA
  • NOVEL
  • BUKU PERKANTORAN
  • BUKU PENDIDIKAN
  • BUKU MANAJEMEN
  • DAN MASIH BANYAK LAGI YANG LAINNYA
JANGAN LEWATKAN KESEMPATAN INI!!
HADIRILAH BERAMAI-RAMAI!!
HARGA BERVARIASI DARI Rp 6.000-Rp 50.000
DARI BERBAGAI MACAM PENERBIT YANG ADA DI INDONESIA

DIMERIAHKAN JUGA:
  • TRAINING MOTIVASI
  • PREVIEW TRAINING ESQ
  • LOMBA KREASI
  • LOMBA KEPENULISAN
AYO BURUAN!!!
SEGERA HADIR!!
AJAK SEMUA KELUARGA, SAUDARA, KOLEGA, TEMAN SEKOLAH, DAN SEMUANYA!!
JANGAN LEWATKAN KESEMPATAN INI!

MARI BERSAMA KITA GALAKKAN
"OKU MEMBACA"


Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More