Senin, 30 Januari 2012

PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN: DARI KAMPUS UNTUK INDONESIA


Oleh: Andhi Octadinata



Setiap orang adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya kelak di kemudian hari. Dalam konteks terkecil pun, ia adalah pemimpin bagi diri sendiri dan keluarganya. Bahkan ketika dalam perjalanan pun, hendaknya ada yang menjadi pemimpin dalam rombongan perjalanan tersebut. Begitulah ajaran yang bijak menyebutkan tentang pemimpin.

Sebuah amanah yang besar berada di pundak seorang pemimpin. Dan pemimpin harus mampu mengemban amanah tersebut dengan segala potensi yang dimiliki secara maksimal. Oleh karena itu, pendayagunaan potensi yang dimiliki pemimpin tersebut harus tereskplorasikan dengan baik. Janganlah bertindak dengan setengah-setengah, namun optimalkan semua daya upaya tersebut agar mampu menjalankan amanah yang diberikan dengan baik.


Seorang pemimpin harus memiliki jiwa kepemimpinan yang kompeten dan berwawasan. Ia harus pandai dalam me-manage seluruh sumber daya yang ada dalam naungan kepemimpinannya. Misalkan, dalam sebuah organisasi kemahasiswaan, ia harus mampu memposisikan sumber daya yang tepat pada porsi yang benar. Ketika dirasa seorang itu memiliki kemampuan dalam hal negosiasi maka ia dapat ditempatkan sebagai bagian public relation yang selalu berurusan dengan publik.

Kompetensi seorang pemimpin dapat dilihat pada track record kapasitas intelektualnya. Dan pun sepak terjak yang ia lakukan dalam memecahkan persoalan-persoalan yang timbul. Seorang pemimpin memandang sebuah konflik merupakan sebuah dinamika dalam sebuah organisasi, bukan untuk dihindari namun sebaliknya menjadikan konflik tersebut sebagai ramuan yang dinamakan stimulus sehingga akan terlihat dinamika yang terjadi. Dan itulah seninya dalam sebuah organisasi, dan seorang pemimpin memahami hal itu sebagai sebuah pendewasaan dalam berorganisasi.

Dengan dinamika yang timbul tersebut, akan memberikan dorongan bagi seorang pemimpin untuk menjadi optimis dalam segala hal. Seorang pemimpin itu optimis yang selalu melihat jawaban di setiap persoalan, bukan pesimis yang selalu melihat persoalan di setiap kesempatan. Intinya, seorang pemimpin memahami bahwa akan ada sebuah solusi dalam setiap persoalan yang timbul, bukan selalu diliputi masalah dalam setiap celah kesempatan.

Seorang pemimpin harus mempunyai landasan nilai dan integritas moral yang kokoh. Seorang pemimpin akan menjadi qudwah atau panutan dalam setiap apa yang diucapkan serta dalam segala tindakan yang dilakukan. Oleh karena itu, seorang pemimpin bukan hanya ‘berkicau’ saja, tanpa ada sebuah langkah nyata yang diwujudkan, melainkan ia akan memberikan contoh atau suri teladan yang baik bagi yang dipimpinnya.

Seorang pemimpin adalah visioner, yaitu memiliki sebuah cita-cita yang tinggi dalam pandangan strategis ke depan. Ia mempunyai geliat mimpi yang akan menjadi sumber motivasi dalam kinerjanya. Kenapa seorang pemimpin harus mempunyai mimpi? Karena mimpi merupakan tahapan awal seorang dalam menginginkankan sesuatu. Dan mimpi tersebut akan berubah menjadi visi yang nantinya akan seorang pemimpin ejawantahkan dalam program-program yang akan mewujudkan cita-citanya. Jangan takut bermimpi!

Hasan Al- Banna, seorang tokoh pergerakan Islam di Mesir menyatakan bahwa, “Kenyataan di hari ini adalah mimpi di hari kemaren. Kenyataan di hari esok adalah mimpi di hari ini.” Oleh karena itu, geliat mimpi yang dimiliki seorang pemimpin akan menjadi ‘pompa’ ataupun ‘bahan bakar’ bagi motivasinya dalam mewujudkan cita-cita besarnya.

Seorang pemimpin merupakan seorang yang harus memiliki kedekatan dengan Tuhan-Nya. Sehingga apa yang ia ucapkan dan lakukan sesuai dengan apa yang Tuhan perintahkan. Karena sejatinya, pemimpin adalah wakil Tuhan di muka bumi ini. Bukankah manusia diciptakan ke dunia ini menjadi khalifah atau pemimpin di muka bumi ini? Dan sebagai amanah tersebut, manusia diwajibkan untuk selalu dekat dengan Tuhan, untuk mengabdi dan beribadah kepada-Nya. Dan seorang pemimpin memahami tentang hubungan vertikal yang terjalin antara manusia dan Tuhan-Nya.

Bila dikatakan seorang pemimpin adalah seorang yang humanis, maka ia akan mampu memanuasiakan manusia yang menjadi rekan atau mitra ataupun yang menjadi bawahannya. Dan ia adalah manusia yang beradab yang senantiasa menjunjung nilai-nilai peradaban manusia dan kemanuasiannya. Selanjutnya, adil senantiasa ada dalam diri seorang pemimpin. Perlu diingat, adil itu bukan membagi rata, tetapi proporsional. Ada yang mesti dibagi sedikit, ada yang mesti dibagi banyak sesuai dengan penilaian kebutuhannya.

Untuk mencapai tujuan atau cita-cita dari kepemimpinannya, seorang pemimpin harus bersikap dan berpikir integratif, bukan separatif. Ia tak kan menjadi ‘penjajah’ bagi bawahannya dengan menggunakan politik devide et impera, namun ia akan mempersatukan seluruh komponen yang ada agar saling mendukung, sehingga terciptalah sebuah sistem kesatuan yang utuh. Kebebasan berpikir, berkreativitas, dan berpendapat dari bawahannya akan melengkapi sistem kesatuan tersebut. Karena dengan hal tersebut ia dapat memanfaatkan segala potensi yang dimiliki oleh mitra maupun bawahannya.

Beberapa waktu yang lalu, Universitas Baturaja (UNBARA) menyelenggarakan perhelatan akbar, guna memilih Presiden Mahasiswa dan Wakil Presiden mahasiswa periode 2011-2012. Momen itu dinamakan Pemilu Raya. Seluruh mahasiwa/mahasiswi dari berbagai macam fakultas dan jurusan menyempatkan diri untuk memilih pemimpin mereka yang dinilai sesuai. Yang tinggal dalam bilik pencontrengan adalah hati nurani. Manakah yang akan dipilih? Si A atau si B? Karena ini akan menentukan kebijakan-kebijakan mahasiswa ke depannya dengan terpilihnya pemimpin mahasiswa tersebut.

Presiden mahasiswa dan wakil presiden mahasiswa merupakan pemimpin pada Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) yang menjadi eksekutor ataupun pelaksana kegiatan dalam rangka mewujudkan kampus yang ideal. Sejatinya, dalam tiap universitas, ada lembaga kemahasiswaan yang menjadi penyeimbang dalam siklus kehidupan kampus. Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak kampus - dalam hal ini yaitu rektorat, dekanat, program studi – akan sedikitnya membutuhkan sokongan dari mahasiswa yang sejatinya juga merupakan pelaku dalam siklus kehidupan kampus tersebut. Oleh karena itu, dibentuknya berbagai macam Lembaga Kemahasiswaan di kampus, seperti Badan Eksekutif Mahasiswa, Lembaga Dakwah Kampus, Mahasiswa Pencinta Alam, Komunitas Pencinta Seni, dan sebagainya. Dan pun kesemua lembaga kemahasiswaan tersebut juga dapat mengeksplorasi potensi yang dimiliki mahasiswa.

Bila bicara dalam kancah kepemimpinan mahasiswa di kampus - BEM – akan banyak hal menarik yang akan timbul. Mengingat mahasiswa yang merupakan cikal bakal yang akan menjadi generasi pemimpin masa depan. Dengan segenap potensi yang dimiliki, mahasiswa mampu menjadi agen perubahan. Ia mampu merubah kediktatoran suatu kekuasan pemerintahan menjadi bentuk pemerintahan yang lebih baik. Idealisme yang dimiliki oleh mahasiswa acapkali terserang ‘virus mematikan’ sehingga berubah haluan. Dan itu kita kenal dengan ‘politik praktis’ yang kerapkali menyerang aktivitas mahasiswa dalam kegiatan di kampus. Dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki ‘kaum elite’ ini, ‘orang yang berkepentingan’ tersebut menyerangnya dengan ‘virus’ yang akhirnya mengotori idealisme positif yang dimiliki mahasiswa.

Oleh karena itu, setiap pemimpin dalam Lembaga Kemahasiswaan harus memiliki ‘imunitas’ yang kokoh, sehingga ‘virus’ tersebut tidak akan mencampuri kesucian idealisme mahasiswa.

Lembaga kemahasiswaan adalah lembaga yang ‘netral’ yang akan hanya memihak pada keadilan dan kebenaran saja. Ketika ada yang berambisi untuk melenyapkan asas-asas tersebut, maka dengan segenap tenaga dan pikiran, mahasiswa memblokade asas-asas tersebut jangan sampai luntur.

Pemimpin mahasiswa di kampus – Presma dan Wapresma – memahami akan pentingnya keberadaannya selaku pimpinan tertinggi mahasiswa, yang akan menjadi eksekutor dari segenap hal yang dinginkan oleh masyarakat kampus. Ia adalah pemegang kebijakan tertinggi di kalangan mahasiswa, sehingga apa yang diucapkan dan segala yang dilakukan akan memberikan dampak terhadap masyarakat kampus.

Oleh sebab itu, ia akan menjadi teladan yang baik bagi masyarakat kampus. Ia akan menunjukkan sikap kepemimpinan yang baik sehingga ia akan menjadi contoh yang baik bagi masyarakat kampus. Bayangkan ketika sebuah pemerintahan terjalin dengan adanya hubungan keharmonisan dan keselarsan yang baik antara Pemimpin dan masyarakatnya, apa yang akan tercipta? Sebuah pemerintahan atau Negara yang beradab. Tak kan ada lagi jerit tangis rakyatnya, karena pemimpinnya telah memberikan pelayanan kesejahteraan yang baik.

Selanjutnya, ia memiliki wawasan berpikir yang luas. Dengan ditandai jejak rekam intelektualnya yang mampu memberikan smart solution terhadap suatu permasalahan yang timbul di masyarakat kampus. Misalnya, ketika masyarakat kampus sedang ingin membutuhkan sebuah media informasi yang dapat menyalurkan informasi seputar dunia kampus baik di dalam maupun di luar. Seorang pemimpin harus cepat tanggap, dengan mengusulkan kepada pihak rektorat untuk diciptakannya Radio Kampus, atau mungkin diciptakannya Koran Kampus sebagai pusat informasi.

Akan tetapi yang perlu disadari oleh seorang pemimpin, ketika ia telah terpilih menjadi pemimpin, maka ia merupakan adalah pemimpin dari seluruh masyarakat kampus, bukan hanya dari kelompok atau golongan mana ia berasal. Oleh karena itu, pemimpin mahasiswa harus memiliki jiwa adil terhadap masyarakatnya, dan tidak memihak pada suatu kelompok atau golongan. Kemudian, ia harus bijaksana dalam menyikapi suatu persoalan. Ia adalah hakim yang baik ketika memutuskan suatu perkara. Sehingga tidak akan ada yang merasa dirugikan terhadap keputusan yang telah ditetapkan.

Point yang paling penting adalah, pemimpin mahasiswa harus memiliki jiwa yang visioner. Ia memiliki cita-cita yang besar ke depannya, serta untuk membawa kepemimpinannya kepada arah yang lebih baik pula sehingga terwujudnya kampus yang madani. Kampus madani adalah kampus yang di dalamnya tercipta lingkungan yang religious, harmonis, penuh dengan nilai estetis yang kesemua aspek dapat diseleraskan dan diberdayagunakan dengan optimal. Dengan segenap potensi pemuda yang ia miliki, ia akan mampu membawa hal tersebut ke arah yang ia inginkan sesuai dengan visinya.

Maka takkan salah ketika disiratkan bahwa mahasiswa adalah iron stock. Ia adalah cadangan pemimpin masa depan. Wujudkanlah masyarakat kampus yang ideal dengan tampuk kepemimpinan yang diamanahkan. Ingatlah, itu adalah amanah, maka laksanakan dengan segenap potensi yang dimiliki.

Jadi benarlah adanya bahwa pergerakan dari kampus menuju Indonesia. Dengan pergerakan mahasiswa di kampus akan memberikan dampak yang relevan terhadap negeri ini. Karena mahasiswa pun merupakan agent of social control, yang menjadi keterwakilan pemenuhan aspirasi rakyat kecil. Mulai sekarang, canangkan dalam tiap diri pemimpin mahasiswa sebagai visi dan mottonya, “DARI KAMPUS UNTUK INDONESIA”. □

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More