Minggu, 13 Maret 2011

Bintang Keabadian

Lirih angin malam berhembus, menembus cakrawala malam.

Tak tampak lagi bintang yang bersinar itu, tertutup kelapnya malam.

Langkah gontai seorang muda terseret, tertatih2 di ujung jalan yang gelap.

Emosi bercampur rinai air yang berisi dari pelopok mata si pencari jati diri.

Berharap bintang kan menjelma menjadi tongkat kehidupan.

Ah, itu tak mungkin. bintangpun tak menampakkan batang hidungnya, mana mungkin menjadi tongkat khidupan. biarkanlah ia menjadi secercah cahaya terang yang menyinari hati sang muda yang kelam.

Sang mudapun memaksakan diri untuk berlari. ia malu kepada anjing malam yang sedang menyanyikan nyanyian malam.

Ia malu pada para kunang yang memperhatikan tingkah lakunya.

Berlari dan terus berlari.

Terjatuh dan terjatuh.

Jalan yang penuh batu kerikil tajam, menjadi saksi akan kegigihannya.

Siulan burung malam, bersahutan dengan nyanyian sang anjing malam menghadirkan nada kematian.

Ah, sang muda itu kuat.

Aelah bermil-mil ia berlari.

Tak kunjung jua menemukan apa yang ia cari.

Ia pun berlirih, ayo bintang tampakkan dirimu! berikan aku cahaya agar mampu kutemukan apa yang ku cari.

Bintang itupun menampakkan dirinya tanpa ragu2, menantang kelam malam.

Sang muda tersenyum, dan berkata, akan kujaga kau BINTANG KEABADIAN dengan sepenuh hatiku, agar kau senantiasa menerangi jalanku.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More