Minggu, 13 Maret 2011

Sugestopedia (Bahan Skripsi Ane..Semoga Berhasil)


Media Sugestopedia: Musik, Seni, Karya Satra, Drama dan Puisi

Keberadaan musik dalam pembelajaran sugestopedia adalah faktor yang penting. Menurut Lozanov ada dua alasan mengapa musik digunakan dalam pembelajaran metodenya. Pertama, musik sangat potensial menciptakan keadaan siap belajar dengan situasi longgar pada diri siswa, yang disebut psychoreleksasi.
Pada penelitiannya Lozanov menemukan ketika siswa menyesuaikan diri dengan musik, mereka merekam peningkatan gelombang alfa pada otak, dan penurunan gelombang beta otak, dan juga penurunan tekanan darah, dan lembutnya denyut nadi. Dengan ketertarikan dan rileksasi sangat berguna untuk menciptakan keadaan yang lebih baik.
Alasan kedua, dengan adanya musik, kedua belahan otak (kanan-kiri) akan digunakan secara utuh. Musik dalam pembelajaran merupakan penghantar untuk merangsang pengaktifan cadangan otak (kemampuan berpikir), digunakan untuk meningkatkan mental dan pembelajaran. Dengan musik akan tercipta keadaan rileksasi dan meningkatkan perhatian siswa, serta meningkatkan daya ingat siswa.
Pemilihan jenis musik, dan gaya musik untuk mengefektifkan belajar juga penting, karena antara orang satu dan yang lain memiliki perbedaan selera dan berkorelasi pada suasana hati. Ada beberapa gaya musik yang sering digunakan yaitu gaya musik abad 17, musik klasik, dan musik jazz. Akan tetapi, pemilihan jenis musik bukan hal yang ketat, tetapi lebih baik disesuaikan dengan musik untuk usia anak-anak dan siswa dewasa.
Selain musik, seni, karya sastra dan drama, dapat dijadikan media yang baik untuk menyampaikan pembelajaran. Seperti pada mata kuliah bahasa Jepang, pembelajar dapat membuat puisi Jepang seperti waka, menerjemahkan serta menganalisisnya. Drama pun baik dijadikan media eksplorasi dalam bahasa. Pembelajar dibawa ke dalam peran-peran yang menstimulus kemampuan bahasanya secara spontan.
Mengapa seni (art)? Dalam metode sugestopedia, seni dianggap media yang potensial karena mengandung muatan moral, sosial dan level budaya seseorang. Dengan memainkan peran, pembelajar tidak hanya diminta berbahasa, tetapi juga mencari padanan kata yang cocok dengan nuansa percakapan sesuai tema. Tidak hanya itu, pembelajar distimulasi atas peran yang dimainkan. Hal ini berarti, pembelajar harus mengetahui situasi atau latar cerita, bagaimana tokoh itu berperilaku dan belajar berkoordinasi dengan lawan main atau pembelajar lain. Jelas itu adalah metode yang lengkap dan komprehensif menggiring pembelajar pada situasi berbahasa sebenarnya http://web.archive.org/web/20021003040700/www.edc-ca.com/public/SuggestopediaMethodChildren.asp).

Tiga Filter dalam Sugestopedia
Melalui penelitian yang mendalam selama lebi
h dari dua puluh lima tahun di Sofia, Bulgaria, Georgi Lozanov menemukan bahwa manusia punya tiga jenis filter. Apabila kita mengerti cara kerja masing-masing filter ini maka kita dapat mengakses atau memasukkan berbagai sugesti atau program pikiran langsung ke pikiran bawah sadar tanpa mendapat perlawanan atau penolakan. Dengan teknik Suggestopedia yang Lozanov kembangkan, pengajar mampu mengajarkan kosa kata bahasa asing, kepada mahasiswanya sebanyak 1.200 kata per hari.
Filter sugesti yang dimaksud dikenal dengan nama anti-suggestive barrier.
Sesuai dengan namanya, filter ini justru berfungsi sebagai penghambat sugesti. Tanpa filter ini maka kita akan terlalu mudah terpengaruh dan terlalu mudah berubah. Hal ini justru akan sangat membahayakan diri kita. Filter ini berfungsi untuk melindungi kondisi status quo yang kita rasa atau pandang sebagai kondisi yang aman dan berharga. Filter ini berfungsi sebagai pelindung diri kita dari berbagai input yang mungkin akan mengakibatkan diterimanya kepercayaan baru.
Dengan kata lain, anti-suggestive barrier berfungsi untuk menolak input yang masuk ke dalam pikiran sadar yang tidak sejalan dengan data atau program yang telah berada di pikiran bawah sadar.

Ketiga anti-suggestive barrier ini adalah

1.
logical barrier,
2.
intuitive (affective) barrier,
3.
ethical barrier.
Logical barrier
akan melakukan cross check data sesungguhnya dengan mengakses data yang ada di pikiran bawah sadar, dan membandingkan dengan data baru yang baru kita dapatkan atau pelajari. Hal yang sama dengan analogi sebagai berikut. Misalnya ketika kita memotivasi pembelajar atau siswa kita yang mempunyai nilai jelek, dengan berkata, “Kamu anak pintar.” Saat pikiran sadar si anak menerima sugesti ini, sebelum diteruskan ke pikiran bawah sadar, maka logical barrier akan bekerja dan melakukan pengujian atau validasi apakah data ini sejalan dengan yang tersimpan di data base. Setelah diperiksa kebenaran datanya maka di pikiran si anak akan muncul pertanyaan, “Lho, kalau saya pintar lalu mengapa nilai ujian saya selalu jelek?” Dengan demikian sugesti ini pasti ditolak.
Intuitive/affective barrier
berfungsi melindungi individu dengan cara menolak setiap sugesti, suasana, situasi, atau tindakan yang dirasa atau dipandang oleh si individu, akan mengancam atau merugikan keselamatan fisik, mental dan emosi, dan atau yang akan melukai harga dirinya. Dalam dunia pendidikan, analoginya sebagai berikut. Apabila seorang siswa berkali-kali gagal dalam bidang studi tertentu, misalnya kanj, imaka saat harus belajar kanji, ia akan merasa tidak nyaman. Mengapa? Karena ia ”tahu” bahwa ia tidak mampu dan tidak bisa. Karena ujian nilainya pasti dan selalu jelek. Kalau nilainya jelek berarti ia anak yang bodoh. Perasaan bodoh dan tidak mampu ini merupakan beban mental dan emosi yang berat. Dan kita tahu tidak ada seorang pun di dunia ini yang mau dikatakan sebagai orang bodoh. Jadi, saat kita berkata,”Bahasa Jepang gampang kok.” Si anak pasti menolak sugesti ini.
Ethical barrier
berfungsi melindungi individu dengan cara menolak semua sugesti yang bertentangan dengan nilai-nilai akan hal yang benar dan salah. Semakin keras kerjanya maka suksesnya akan semakin bermakna.

Pemanfaatan Metode Sugestopedia
Salah satunya adalah dengan menerapkan SALT (Suggestive Accelerated Learning and Teaching). SALT adalah bentuk advance
dari Genius Learning Strategy dan murni menggunakan teknik Suggestopedia Lozanov (Gunawan, 2004: 309). Dengan teknik SALT, pembelajar dapat menerima proses pembelajaran dengan hati riang gembira, stress free, sehingga tingkat penyerapan materi yang sangat cepat dan tentu saja dengan level pemahaman yang sangat baik.

DIAGRAM: Lingkungan Pembelajaran
Diagram di atas menyatakan asumsi konvensional mengenai alur pembelajaran. Yakni kondisi yang menyatakan apabila ada guru mengajar makan diasumsikan pada saat itu siswa belajar. Dalam metode yang dicermati Lozanov, stress dapat direduksi dengan baik. Bukan lagi cara yang tepat menstimulus siswa dengan tantangan seperti, “kamu pasti bisa” atau “begini saja tidak bisa”. Bukannya terstimulus, siswa cenderung menutup diri.
Gunawan (2004: 10) mengungkapkan perlunya membedakan antara tantangan dan stres. Stres meliputi rasa takut dan khawatir yang berawal dari keinginan untuk menghentikan atau melarikan diri dari sesuatu yang diasumsikan negatif atau mengancam (Cholid, 2004: 32). Rasa takut dan khawatir ini bisa berasal dari suasana kelas dan keadaan kelas yang tidak kondusif, rasa takut terhadap sikap dan perilaku pengajar, rasa malu akan kegagalan dan rasa takut akan dimarahi.
Ciri belajar dengan metode sugestopedia mengutamakan perasaan gembira dan menyenangkan. Ketika kita senang dan menikmati belajar, kita akan belajar lebih baik. Bagaimana kita menjadikan belajar itu menyenangkan dan berhasil?
  1. Menciptakan lingkungan tanpa stres (rileks), lingkungan yang aman untuk melakukan kesalahan.
  2. Menjamin bahwa subyek pelajaran adalah relevan. Belajar ketika melihat manfaat dan pentingnya pelajaran.Belajar secara emosional adalah positif
  3. Melibatkan secara sadar semua indera dan juga pikiran otak kiri dan otak kanan.
  4. Menantang otak agar dapat berpikir jauh ke depan dan mengekplorasi apa yang sedang dipelajari dengan sebanyak mungkin mengikutsertakan kecerdasan yang relevan untuk memahami subyek pelajaran.
  5. Mengkonsolidasi bahan yang dipelajari, dengan meninjau ulang periode-periode waspada yang rileks.
Dalam Sugestopedia, ada enam langkah dasar, yakni (Arends, 2007: 256):
1. Motivating Your Mind (Memotivasi Pikiran)
Punya keinginan untuk memperoleh ketrampilan/pengetahuan baru, dan yakin bahwa informasi yang kita dapatkan mempunyai dampak bermakna badi kehidupan.
2. Acquiring The Information (Memperoleh Informasi)
Mengidentifikasi diri pada kekuatan visual, auditori, dan kinestetis, kita mampu memainkan berbagai strategi yang menjadikan pemerolehan informasi lebih mudah daripada sebelumnya.
3. Searching Out The Meaning (Menyelidiki Makna)
Mengubah fakta ke dalam makna pribadi, dimana kedelapan kecerdasan kita berperan aktif. Setiap jenis kecedasan adalah sumber daya yang bisa diterapkan ketika mengekplorasi dan menginterpretasi fakta-fakta dari subyek pelajaran.
4. Trigering The Memory (Memicu Memori)
Pastikan bahwa pelajaran terpatri dalam memori jangka panjang, sehingga dapat membuka dan mengambilnya saat diperlukan. Adapun beberapa strategi yang dapat dipakai sangat efektif menurut para ahli memori, antara lain : pemakaian asosiasi, kategorisasi, mendongeng, akronim, kartu pengingat, peta konsep, musik, dan peninjauan.
5. Exhibiting What You Know (Memamerkan Apa yang Diketahui)
Coba siapkanlah dan latihkan pengetahuan yang telah anda peroleh dengan rekan anda. Jika dapat mengajarkan kerpada orang lain berarti anda betul-betul telah paham dengan pelajaran tersebut.
6. Reflecting How You’ve learned (Merefleksikan Bagaimana Anda Belajar)
Refleksikan pengalaman belajar. Bukan hanya pada apa yang telah kita pelajari, melainkan bagaimana kita mempelajari. Ini adalah langkah terakhir, dengan manfaat menganalisa diri dapat dimulai cara belajar yang lainnya.
Kesimpulan
Secara garis besar, metode sugestopedia bisa diujicobakan ke dalam praktek pengajaran kelas bahasa, tidak terkecuali bahasa Jepang. Pemanfaatan metode ini memang harus didukung oleh kemampuan pengajar terhadap metode ini. Oleh karena itu, seorang pengajar layaknya terus melakukan perbaikan konstruktif pada cara ajarnya. Salah satunya dengan banyak membaca literatur pengajaran dan menambah skill competencenya terus menerus. Tempat bernaung pengajar dan pembelajar, dalam hal ini sekolah, lembaga atau universitas, sepatutnya membekali pengajarnya dengan menyelenggarakan pelatihan-pelatihan metodologi.
Metode sugestopedia ini meskipun masih jarang dieksplorasi langsung dalam pengajaran Bahasa Jepang, tanpa sadar nuansa sugestopedia sudah tidak asing digunakan di dalam kelas. Hal ini terlihat dari cara pengajar membuat game-game di tengah pengajaran yang otomatis menyulut suasana menyenangkan dan rileks. Bermain peran serta menggunakan lagu sebagai sarana memperkaya kosakata sudah sangat sering kita perbuat bukan? Sehingga di masa datang akan banyak penelitian-penelitian ke arah efektifnya implementasi penggunaan metode sugestopedia sebagai alternatif metode yang disarankan.
Kesimpulan
Secara garis besar, metode sugestopedia bisa diujicobakan ke dalam praktek pengajaran kelas bahasa, tidak terkecuali bahasa Jepang. Pemanfaatan metode ini memang harus didukung oleh kemampuan pengajar terhadap metode ini. Oleh karena itu, seorang pengajar layaknya terus melakukan perbaikan konstruktif pada cara ajarnya. Salah satunya dengan banyak membaca literatur pengajaran dan menambah skill competencenya terus menerus. Tempat bernaung pengajar dan pembelajar, dalam hal ini sekolah, lembaga atau universitas, sepatutnya membekali pengajarnya dengan menyelenggarakan pelatihan-pelatihan metodologi.
Metode sugestopedia ini meskipun masih jarang dieksplorasi langsung dalam pengajaran Bahasa Jepang, tanpa sadar nuansa sugestopedia sudah tidak asing digunakan di dalam kelas. Hal ini terlihat dari cara pengajar membuat game-game di tengah pengajaran yang otomatis menyulut suasana menyenangkan dan rileks. Bermain peran serta menggunakan lagu sebagai sarana memperkaya kosakata sudah sangat sering kita perbuat bukan? Sehingga di masa datang akan banyak penelitian-penelitian ke arah efektifnya implementasi penggunaan metode sugestopedia sebagai alternatif metode yang disarankan.

(http://web.archive.org/web/20021003040700/www.edc-ca.com/public/SuggestopediaMethodChildren.asp)


0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More