Selasa, 14 April 2009

Ma'ritfatul Quran

MUQADIMAH
Ketika manusia mencoba mengupas keagungan Al-Qur’ a n A l -Karim, maka ketika itu pulalah manusia harus tunduk mengakui keagungaan dan kebesaran Allah SWT. Karena dalam Al-Qu r ’ a n t e r d a p a t l a u t a n ma k n a y a n g t i a d a b a t a s , l a u t a n keindahan bahasa yang tiada dapat dilukiskan oleh kata-kata, lautan keilmuan yang belum terfikirkan dalam jiwa manusia dan berbagai lautan-lautan lainnya yang tidak terbayangkan oleh indra kita. Oleh karenanya, mereka-mereka yang
telah dapat berinteraksi dengan Al-Qu r ’ a n s e p e n u h h a t i , d a p a t me r a s a k a n ‘ g e t a r a n k e a g u n g a n ’ y a n g t i a d a b a n d i n g a n n y a . Mereka dapat merasakan sebuah keindahan yang tidak terhingga, yang dapat menjadikan orientasi dunia sebagai sesuatu yang teramat kecil dan sangat kecil sekali. Sayid Qutub, di dalam muqadimah Fi Dzilalil Qu r ’ a n n y amengungkapkan:
Hidup di bawah naungan Al-Qu r ’ a m me r u p a k a n s u a t u k e n i k ma t a n . K e n i k ma t a n yang tiada dapat dirasakan, kecuali hanya oleh mereka yang benar-benar telah merasakannya. Suatu kenikmatan yang mengangkat jiwa, memberikan
k e b e r k a h a n d a n me n s u c i k a n n y a …. Da n A l -H a md u l i l l a h … A l l a h t e l a h me mb e r i k a n kenikmatan pada diriku untuk hidup di bawah naungan Al-Qur ’ a n b e b e r a p a s a a t dalam perputaran zaman. Di situ aku dapat merasakan sebuah kenikmatan yang benar-benar belum pernah aku rasakan sebelumnya sama sekali dalam hidupku. Cukuplah menjadi bukti keindahan bahasa Al-Qu r ’ a n , ma n a k a l a d i r i wa y a t k a n o l e h Ibnu Ishaq dari Imam Zuhri (Abu Syahbah, 1996 : I/312): Bahwa suatu ketika, Abu Jahal, Abu Lahab dan Akhnas bin Syariq, yang secara sembunyi-sembunyi mendatangi rumah Rasulullah SAW pada malam hari untuk mendengarkan lantunan ayat-ayat Al-Qu r ’ a n y a n g d i b a c a o l e h Rasulullah SAW dalam shalatnya. Mereka bertiga memiliki posisi yang tersendiri, yang tidak diketahui oleh yang lainnya. Hingga ketika Rasulullah SAW usai melaksanakan shalat, mereka bertiga memergoki satu sama lainnya di jalan. Mereka bertiga saling mencela, dan membuat kesepakatan untuk tidak kembali mendatangi rumah Rasulullah SAW. Namun pada melam berikutnya, ternyata mereka bertiga tidak
kuasa menahan gejolak jiwanya untuk mendengarkan lantunan ayat-ayat tersebut. Mereka bertiga mengira bahwa yang lainnya tidak akan datang ke rumah Rasulullah SAW, dan mereka pun menempati posisi mereka masing-masing. Ketika Rasulullah SAW usai melaksanakan shalat, mereka pun memergoki yang lainnya di jalan. Dan terjadilah saling celaan sebagaimana yang kemarin mereka ucapkan. Kemudian pada malam berikutnya, gejolak jiwa mereka benar-benar tidak dapat dibendung lagi untuk mendengarkan Al-Qu r ’ a n , d a n me r e k a p u n me n e mp a t i p o s i s i sebagaimana hari sebelumnya. Dana manakala Rasulullah SAW usai melaksanakan shalat, mereka bertiga kembali memergoki yang lainnya. Akhirnya mereka bertiga membuat ‘ mu ’ a h a d a h ’(perjanjian) untuk sama-sama tidak kembali ke rumah Rasulullah SAW guna mendengarkan Al-Qu r ’ a n . Masing-masing mereka mengakui keindahan Al-Qu r ’ a n , n a mu n h a wa n a f s u mereka memungkiri kenabian Muhammad SAW. Selain contoh di atas terdapat juga ayat yang mengungkapkan keindahan Al-Qu r ’ a n . A l l a h me n g a t a k a n ( QS . 5 8 : 2 1 ) :
Kalau sekiranya Kami menurunkan Al Qur'an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.

T A ’ R I F .
Dari segi bahasa, Al-Qu r ’ a n b e r a s a l d a r i q a r a ’ a , yang berarti menghimpun dan menyatukan. Sedangkan Qi r a ’ a hberarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata yang satu dengan yang lainnya dengan susunan yang rapih. (Al-Qattan, 1995 : 20) Mengenai hal ini, Allah berfirman (QS. 75 : 17):
“ S e s u n g g u h n y a a t a s t a n g g u n g a n K a mi l a h me n g u mp u l k a n n y a ( d i d a d a mu ) d a n (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka i k u t i l a h b a c a a n n y a i t u . ”

Al-Qu r ’ a n j u g a d a p a t b e r a r t i b a c a a n , s e b a g a i ma s d a r dari k a t a q a r a ’ a . Da l a m a r t i seperti ini, Allah SWT mengatakan (QS. 41 : 3):
“ K i t a b y a n g d i j e l a s k a n a y a t -ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang me n g e t a h u i . ”

Adapun dari segi istilahnya, Al-Qu r ’ a n a d a l a h :
Al-Qu r ’ a n a d a l a h K a l a mu l l a h y a n g me r u p a k a n mu ’ j i z a t y a n g d i t u n u k a n k e p a d a n a b i Muhammad SAW, yang disampaikan kepada kita secara mutawatir dan dijadikan membacanya sebagai ibadah.

Keterangan dari definisi di atas adalah sebagai berikut:
1. Kalam Allah.
Bahwa Al-Qu r ’ an merupakan firman Allah yang Allah ucapkan kepada Rasulullah SAW melalui perantaraan malaikat Jibril as. Firman Allah merupakan kalam (perkataan), yang tentu saja tetap berbeda dengan kalam manusia, kalam hewan ataupun kalam para malaikat.
Allah berfirman (QS. 53 : 4) :
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).

2. Mu ’ j i z a t .
Kemu’jizaan Al-Qur’an merupakan suatu hal yang sudah terbukti dari s e me j a k zaman Rasulullah SAW hingga zaman kita dan hingga akhir zaman kelak. Dari segi susunan bahasanya, sejak dahulu hingga kini, Al-Qur’an dijadikan rujukan oleh para pakar-pakar bahasa. Dari segi isi kandungannya, Al-Qur’an juga sudah menunjukkan mu ’ j i z a t , me n c a k u p b i d a n g i l mu a l a m, ma t e ma t i k a , a s t r o n o mi b a h k a n j u g a ‘ p r e d i k s i ’ ( s e b a g a i ma n a y a n g t e r d a p a t d a l a m s u r a t A l –Rum mengenai bangsa Romawi yang mendapatkan kemenangan setelah kekalahan), dsb. Salah satu bukti bahwa Al-Qu r ’ a n i t u me r u p a k a n mu ’ j i z a t a d a l a h b a h wa A l -Qu r ’ a n s e j a k d i t u r u n k a n s e n a n t i a s a me mb e r i k a n t a n t a n g a n kepada umat ma n u s i a u n t u k me mb u a t s e mi s a l ‘ A l -Qu r ’ a n t a n d i n g a n ’ , j i k a me r e k a me mi l i k i keraguan bahwa Al-Qu r ’ a n me r u p a k a n k a l a mu l l a h . A l l a h S WT berfirman (QS.2:23 - 24):
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Qur'an yang Kami wahyukan kepada
hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Qur'an itu dan
ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. Maka
jika kamu tidak dapat membuat (nya) dan pasti kamu tidak akan dapat membuat (nya),
peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan
bagi orang-o r a n g k a f i r . ”
Bahkan dalam ayat lainnya, Allah menantang mereka-mereka yang ingkar terhadap Al-Qu r ’ a n u n t u k me mb u a t s e mi s a l A l -Qu r ’ a n , meskipun mereka mengumpulkan seluruh umat manusia dan seluruh bangsa jin sekaligus (QS. 17: 88):
“ Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang
serupa Al Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan
dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain".

3. Diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Bahwa Al-Qu r ’ a n i n i d i t u r u n k a n o l e h A l l a h S WT l a n g s u n g k e p a d a R a s u l u l l a h S A W melalui perantaraan malaikat Jibril as. Allah SWT menjelaskan dalam Al-Qu r ’ a n (QS. 26 : 192 - 195)
“ Da n s e s u n g g u h n y a A l Qu r ' a n i n i b e n a r -benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa A r a b y a n g j e l a s . ”

4. Diriwayatkan secara mutawatir.
Setelah Rasulullah SAW mendapatkan wahyu dari Allah SWT, beliau langsung menyampaikan wahyu tersebut kepada para sahabatnya. Diantara mereka terdapat beberapa orang sahabat yang secara khusus mendapatkan tugas dari Rasulullah SAW untuk menuliskan wahyu. Terkadang Al-Qu r ’ a n d i t u l i s d i p e l e p a h korma, di tulang-tulang, kulit hewan, dan sebagainya. Diantara yang terkenal sebagai penulis Al-Qu r ’ a n a d a l a h : A l i b i n A b i T h a l i b , Mu ’ a wi y a h , U b a i i b n K a ’ b dan Zaid bin Tsabit. Demikianlah, para sahabat yang lain pun banyak yang menulis Al-Qu r ’ a n me s k i p u n t i d a k me n d a p a t k a n i n s t r u k s i s e c a r a langsung dari Rasulullah SAW. Namun pada masa Rasulullah SAW ini, Al-Qu r ’ a n b e l u m terkumpulkan dalam satu mushaf sebagaimana yang ada pada saat ini. Pengumpulan Al-Qu r ’ a n p e r t a ma k a l i d i l a k u k a n p a d a ma s a K h a l i f a h A b u B a k a r Al-Shidiq, atas usulan Umar bin Khatab yang khawatir akan hilangnya Al-Qu r ’ a n , k a r e n a b a n y a k p a r a s a h a b a t d a n q a r i ’ y a n g g u g u r d a l a m p e p e r a n g a n Y a ma ma h . Tercatat dalam peperangan ini, terdapat tiga puluh sahabat yang syahid. Mulanya Abu Bakar menolak, namun setelah mendapat penjelasan dari Umar, beliaupun mau melaksanakannya. Mereka berdua menunjuk Zaid bin Tsabit, karena Zaid merupakan orang terakhir kali membacakan Al-Qu r ’ a n d i h a d a p a n Rasulullah SAW sebelum beliau wafat. Pada mulanya pun Zaid menolak, namun setelah mendapatkan penjelasan dari Abu Bakar dan Umar, Allah pun membukakan pintu hatinya. Setelah ditulis, Mushaf ini dipegang oleh Abu Bakar, kemudian pindah ke Umar, lalu pindah lagi ke tangan Hafshah binti Umar. Kemudian pada masa Utsman bin Affan ra, beliau memintanya dari tangan Hafsah. (Al-Qatthan, 1995 : 125 –126). Kemudian pada Utsman bin Affan, para sahabat banyak yang berselisih pendapat mengenai bacaan (baca; qiraat) dalam Al-Qu r ’ a n . A p a l a g i p a d a ma s a beliau kekuasan kaum muslimin telah menyebar sedemikian luasnya. Sementara para sahabat terpencar-pencar di berbagai daerah, yang masing-masing memiliki bacaan/ qiraat yang berbeda dengan qiraat sahabat lainnya. (Qiraat s a b ’ a h ) . K o n d i s i s e p e r t i i n i me mb u a t s u a s a n a k e h i d u p a n k a u m mu s l i mi n menjadi sarat dengan perselisihan, yang dikhawatirkan mengarah pada perpecahan. Pada saat itulah, Hudzifah bin al-Yaman melaporkan ke Utsman bin Affan, dan disepakati oleh para sahabat untuk mrnyslin mushaf Abu Bakar dengan bacaan/ qiraat yang tetap pada satu huruf. Utsman memerintahkan kepada ( 1 ) Zaid bin Tsabit, (2) Abdullah bin Zubair, (3) Sa’d bin ‘Ash, (4) Abdul Rahman bin Harits bin Hisyam untuk menyalin dan memperbanyak mushaf. Dan jika terjadi perbedaan diantara mereka, maka hendaknya Al-Qu r ’ a n d i t u l i s dengan logat Quraisy. Karena dengan logat Quraisylah Al-Qu r ’ a n d i t u r u n k a n . Setelah usai penulisan Al-Qu r ’ a n d a l a m b e b e r a p a mu s h a f , U t s ma n me n g i r i mk a n ke setiap daerah satu mushaf, serta beliau memerintahkan untuk membakar mushaf atau lembaran yang lain. Sedangkan satu mushaf tetap di simpan di Madinah, yang akhirnya dikenal dengan sebutan mushaf imam. Kemudian mushaf asli yang dipinta dari Hafsah, dikembalikan pada beliau. Sehingga jadilah Al-Qu r ’ a n d i t u l i s k a n p a d a ma s a U t s ma n d e n g a n s a t u h u r u f , y a n g s a mp a i pada tangan kita. (Al-Qatthan, 1995 : 128 –131)

5.Membacanya sebagai ibadah.
Dalam setiap huruf Al-Qu r ’ a n y a n g k i t a b a c a , me mi l i k i n i l a i i b a d a h y a n g t i a d a terhingga besarnya. Dan inilah keistimewaan Al-Qu r ’ a n , yang t i d a k d i mi l i k i o l e h apapun yang ada di muka bumi ini. Allah berfirman (QS. 35 : 29 –39)
“ S e s u n g g u h n y a o r a n g -orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karuniaNya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Me n s y u k u r i . ”
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW juga pernah mengatakan:
Da r i A b d u l l a h b i n Ma s ’ u d r a , R a s u l u l l a h S A W b e r s a b d a , ‘ B a r a n g s i a p a y a n g me mb a c a satu huruf dari kitabullah (Al-Qur’an), ma k a i a a k a n me n d a p a t k a n s a t u k e b a i k a n . Da n satu kebaikan itu dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan bahwa Alif Lam Mim sebagai satu haruf. Namun Alif merupakan satu huruf, Lam satu huruf dan Mim juga satu huruf.”(HR. Tirmidzi)

KONSEKWENSI KEIMANAN TERHADAP AL-QU R ’ A N .
Sebenarnya Allah SWT tidak pernah memaksa umat manusia untuk menjadikan Al-Qu r ’ a n s e b a g a i p e d o ma n h i d u p mereka. Allah hanya memberikan yang terbaik dan yang lpaling sesuai dengan manusia dalam menapaki serta meniti jalan kehidupan ini agar mereka mendapatkan kebahagian hakiki baik di dunia maupun di akhirat. Hanya mereka-mereka yang dapat berfikir sehatlah, yang mau menjadikan Al-Qu r ’ a n s e b a g a i kitabul hidayah dalam segala aspek kehidupan mereka. Bagi mereka yang memiliki keimanan kepada Allah, terdapat beberapa hal yang menjadi konsekwensi keimanan mereka terhadap Al-Qu r ’ a n , y a i t u :
1. S e n a n t i a s a ‘ d e k a t ’ d e n g a n A l -Qu r ’ a n .
Dekat dengan Al-Qu r ’ a n ma k s u d n y a a d a l a h s e n a n t i a s a me mi l i k i k e i n g i n a n u n t u k berinteraksi secara dekat dengan Al-Qu r ’ a n . I n t e r a k s i i n i t e r g a mb a r k a n d a l a m dua hal:

a) Mempelajarinya.
Al-Qu r ’ a n i b a r a t l a u t a n yang sarat dengan mutiara-mutiara yang tiada terhingga jumlahnya. Dari sisi manapun kita membuka lembaran-lembaranya, akan kita jumpai hal-hal yang tidak pernah kita dapatkan sebelumnya di manapun. Oleh karena itulah, mempelajari Al-Qu r ’ a n merupakan satu hal yang teramat sangat penting dalam kehidupan manusia. Generasi awal umat ini dapat maju dan menjadi pemimpin dunia, adalah karena mereka benar-benar mempelajari Al-Qu r ’ a n u n t u k k e mu d i a n diamalkannya. Mempelajari Al-Qu r ’ a n mencakup beberapa aspek:
Dari sisi tilawahnya, mencakup tajwid, makharijul huruf, qiraah dan lain sebagainya.
Sehingga dirinya dapat membaca Al-Qu r ’ a n d e n g a n baik dan benar. Karena jika terdapat kesalahan dalam membaca, berakibat pada perubahan maknanya. Dalam sebuah hadits dikatakan:
Da r i A i s y a h r a , R a s u l u l l a h S A W b e r s a b d a , ‘ S e s e r o a n g y a n g ma h i r d a l a m membaca Al-Qu r ’ a n , k e l a k i a a k a n d i k u mp u l k a n b e r s a ma p a r a ma l a i k a t y a n g mulia dan suci. Dan orang yang masih terbata-bata membacanya lagi berat, maka ia akan mendapatkan pahala dua kali lipat. (HR. Muslim)

Dari sisi pemahamannya, mencakup masalah ibadah, muamalah, jihad, dan lain sebagainya.
Pemahaman sangat penting karena merupakan pijakan dalam mengaplikasikannya dalam kehidupan riil. Tanpa pemahaman yang baik, tentulah akan sulit dalam merealisasikan Al-Qu r ’ a n p a d a k e h i d u p a n n y a t a . A l l a h me n g g a mb a r k a n d a l a m A l -Qu r ’ a n mengenai mereka-mereka yang tidak mau memahami ayat-ayat Allah (QS. 7 : 179):
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.

Dari sisi perealisasiannya, mencakup bidang ekonomi, sosial,
politik dsb. Karena merealisasikan Al-Qu r ’ a n d a l a m k e h i d u p a n n y a t a merupakan perintah Allah kepada seluruh umat Islam. Artinya hal ini sebagai suatu kewajiban yang harus dilakukan. Allah berfirman (QS.5:44)
Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.
Dari sisi menghafal ayat-ayat dan surat-surat dalam Al-Qu r ’ a n .
Karena menghafal Al-Qu r ’ a n me mi l i k i k e i s t i me wa a n t e r s e n d i r i . Da h u l u para sahabat, kebanyakan dari mereka hafal Al-Qu r ’ a n . De mi k i a n j u g a para salafuna shaleh, serta para Imam-Imam kaum muslimin. Ahli Tafsir pun memberikan syarat kehursan hafal Al-Qu r ’ a n b a g i s i a p a s a j a y a n g ingin menjadi penafsirnya. Mengenai keutamaan penghafal Al-Qu r ’ a n Rasulullah SAW pernah bersabda:
Da r i A l i b i n A b i T h a l i b , r a , R a s u l u l l a h S A W b e r s a b d a , ‘ B a r a n g s i a p a y a n g membaca Al-Qu r ’ a n d a n me n g h a f a l n y a , ma k a A l l a h a k a n me ma s u k k a n n y a k e dalam surga dan memberinya hak syafaat untuk sepuluh anggota keluarganya yang telah ditetapkan masuk neraka. (HR. Ibnu Majah)

b) Mengajarkannya pada orang lain.
Sebagai seorang muslim yang baik, tidak akan merasa cukup dengan mempelajarinya saja untuk kemudian dijadikan bekal bagi dirinya sendiri. Namun lebih dari itu, setiap muslim memiliki kewajiban untuk mengajarkannya kepada orang lain. Bahkan dalam sebuah hadits Rasulullah SAW mengatakan bahwa pengajar Al-Qu r ’ a n a d a l a h s e b a i k -b a i k mu ’ mi n :
Da r i U t s ma n r a , R a s u l u l l a h S A W b e r s a b d a , ‘ S e b a i k -baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya). (HR.Bukhari)
Mengajarkan Al-Qu r ’ a n k e p a d a o r a n g l a i n j u g a me n c a k u p e mp a t h a l d a l a m mempelajarinya, yaitu, dari segi tilawah, pemahaman, pengaplikasian dan penghafalannya.

2. Mentarbiyah diri dengan Al-Qu r ’ a n .
Al-Qu r ’ a n me r u p a k a n Kitabul Hidayah, yang dapat merubah suatu kondisi
masyarakat dari kejahiliyahan menuju masyarakat Islam. Rasulullah SAW telah
membuktikannya dengan merubah kondisi bangsa Arab yang suka peperangan,
perampasan hak, kedustaan, khomer, perzinaan, pembunuhan, riba dan lain
sebagainya menjadi masyarakat yang cinta perdamaian, persamaan hak,
kejujuran, kasih sayang, keadilan dan lain sebagainya. Kesemuanya dapat
dilakukan karena Al-Qu r ’ a n me r u p a k a n kitabul hidayah; memberikan hidayah
kepada manusia dari kegelapan menuju cahaya Islam yang terang benderang.
Al-Qu r ’ a n b a n y a k s e k a l i me n g u n g k a p k a n me n g e n a i f u n g s i A l -Qu r ’ a n s e b a g a i
kitabul hidayah, diantaranya adalah:
“ A l i f L a a m Mi i m. K i t a b ( A l Qu r ' a n ) i n i t i d a k a d a k e r a g u a n p a d a n y a ; p e t u n j u k b a g i me r e k a y a n g b e r t a k wa . ”

3. Menerima sepenuh hati segala hukum yang terdandung di dalamnya.
Jika kita memahami bahwa bahwa Al-Qu r ’ a n me r u p a k a n K a l a m A l l a h y a n g diwahyukan kepada Rasulullah SAW, tentulah kita akan dengan segera melaksanakan isi kandungan dari Al-Qu r ’ a n . K a r e n a s e g a l a p e r i n t a h , l a r a n g a n , pesan atau apapun yang terdapat di dalamnya, merupakan perintah, larangan, pesan dari Allah SWT. Dan di sinilah keimanan kita akan diuji oleh Allah SWT. Orang yang beriman, ia akan dengan segera melaksanakan perintah Allah dan
menjauhi larangan-Nya. Allah berfirman (QS. 33 : 36)
“ Da n t i d a k l a h p a t u t b a g i l a k i -laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-N y a ma k a s u n g g u h l a h d i a t e l a h s e s a t , s e s a t y a n g n y a t a . ”

4. B e r d a ’ wa h ( me n g a j a k ) o r a n g l a i n k e p a d a A l -Qu r ’ a n .
Karena kita meyakini bahwa hanya Al-Qu r ’ a n l a h s a t u -satunya pedoman hidup
yang dapat membahagiakan manusia baik di dunia maupun di akhirat. Hanya Al-Qu r ’ a n l a h y a n g d a p a t me mb e r i k a n k e t e d u h a n , k e tenangan dan kesejukan dalam tiap diri insan. Al-Qu r ’ a n t e l a h t e r b u k t i me n j a d i k a n u ma t I s l a m ma mp u menjadi pemimpin dunia dalam kurun waktu yang relatif lama. Al-Qu r ’ a n j u g a mampu merubah kondisi suatu bangsa dari jurang kebobrokan menuju puncak kemuliaan. Oleh karena itulah, salah satu konsekwensi keimanan kita kepada Al-Qu r ’ a n a d a l a h me n g a j a k me r e k a d e n g a n c a r a y a n g b i j a k u n t u k b e r s a ma -sama menjadikan Al-Qu r ’ a n s e b a g a i p e d o ma n h i d u p . A l l a h S WT me n g a t a k a n (QS. 16 : 125)
“ S e r u l a h ( ma n u s i a ) k e p a d a j a l a n T u h a n mu d e n g a n h i k mah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-o r a n g y a n g me n d a p a t p e t u n j u k . ”

5. Menegakkannya di muka bumi.
Allah SWT telah menuntut pada kaum-kaum yang terdahulu untuk menegakkan
agama-Nya di muka bumi, maka demikian pula halnya dengan umat Islam.
Allah menuntut pada kita untuk menegakkan agama-Nya, dengan menegakkan
Al-Qu r ’ a n . Me n e g a k k a n A l -Qu r ’ a n a d a l a h d e n g a n me n e g a k k a n h u k u m-
hukumnya di muka bumi yang menjadi hukum seluruh umat manusia di manapun mereka berada. Allah SWT berfirman (QS. 42 : 13)
“ Di a t e l a h me n s y a r i ` a t k a n k a mu t e n t a n g a g a ma a p a y a n g t e l a h d i wa s i a t k a n –Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama) -Nya orang yang kembali (kepada-N y a ) . ”
Karena sesungguhnya Allah SWT telah memberikan janji untuk menegakkan agama ini sebagaimana telah ditegakkan oleh umat-umat sebelum kita. Bagaimanapun kondisinya, suatu ketika Al-Islam akan menjadi pedoman hidup dan hukum yang menjadi acuan bagi kehidupan seluruh umat manusia. Allah mengatakan (QS. 24 : 55)
َ“ Da n A l l a h t e l a h b e r j a n j i k e p a d a o r a n g -orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang y a n g f a s i k . ”

AL-QU R ’ A N S E B A G A I MINHAJUL HAYAH.
Konsepsi inilah yang pada akhirnya dapat mengeluarkan umat manusia dari kejahiliyahan menuju cahaya Islam. Dari kondisi tidak bermoral menjadi memiliki moral yang sangat mulia. Dan sejarah telah membuktikan hal ini terjadi pada sahabat Rasulullah SAW. Sayid Qutub mengemukakan (1993 : 14) :
“ B a h wa s e b u a h g e n e r a s i t e l a h t e r l a h i r d a r i d a ’ wa h –yaitu generasi sahabat –yang memiliki keistimewaan tersendiri dalam sejarah umat Islam, bahkan dalam sejarah umat manusia secara keseluruhan. Generasi seperti ini tidak muncul kedua kalinya k e a t a s d u n i a i n i s e b a g a i ma n a me r e k a … Me s k i p u n t i d a k d i s a n g k a l a d a n y a beberapa individu yang dapat menyamai mereka, namun tidak sama sekali sejumlah besar sebagaimana sahabat dalam satu kurun waktu tertentu, s e b a g a i a ma n a y a n g t e r j a d i p a d a p e r i o d e a wa l d a r i k e h i d u p a n d a ’ wa h i n i …”
Cukuplah kesaksian Rasulullah SAW menjadi bukti kemulyaan mereka, manakala
beliau mengatakan dalam sebuah haditsnya:
“ Da r i I mr a n b i n H u s h a i n r a , R a s u l u l l a h S A W b e r s a b d a : ‘ S e b a i k -baik kalian adalah generasi y a n g a d a p a d a ma s a k u ( p a r a s a h a b a t ) , k e mu d i a n g e n e r a s i y a n g b e r i k u t n y a ( t a b i ’ i n ) , k e mu d i a n g e n e r a s i y a n g b e r i k u t n y a l a g i ( a t b a ’ u t t a b i i n ) . ( H R . B u k h a r i ) ”

I ma m Na wa wi s e c a r a j e l a s me n g e mu k a k a n b a h wa y a n g d i ma k s u d d e n g a n ‘ g e n e r a s i pada ma s a k u ’ a d a l a h s a h a b a t R a s u l u l l a h S A W. Da l a m h a d i t s l a i n , R a s u l u l l a h S A W juga mengemukakan mengenai keutamaan sahabat:
Dari Ab u S a ’ i d a l -K h u d r i r a , R a s u l u l l a h S A W b e r s a b d a , ‘ J a n g a n l a h k a l i a n me n c e l a s a h a b a t -sahabatku. Karena sekiranya salah seorang diantara kalian menginfakkan emas sebesar gunung uhud, niscaya ia tidak akan dapat menyamai keimanan mereka, bahkan menyamai setengahnya pun tidak. (HR. Bukhari).
Sayid Qutub mengemukakan (1993 : 14 – 23) , terdapat tiga hal yang melatar belakangi para sahabat sehingga mereka dapat menjadi khairul qurun, yang tiada duanya di dunia ini. Secara ringkasnya adalah sebagai berikut:
pertama, karena mereka menjadikan Al-Qur'an sebagai satu-satunya sumber
petunjuk jalan, guna menjadi pegangan hidup mereka, dan mereka membuang
jauh-jauh berbagai sumber lainnya.
Kedua, ketika mereka membacanya, mereka tidak memiliki tujuan untuk tsaqofah,
pengetahuan, menikmati keindahannya dan lain sebainya. Namun mereka
membacanya hanya untuk mengimplementaikan apa yang diinginkan oleh Allah
dalam kehidupan mereka.
Ketiga, mereka membuang jauh-jauh segala hal yang berhubungan dengan masa
lalu ketika jahiliah. Mereka memandang bahwa Islam merupakan titik tolak
perubahan, yang sama sekali terpisah dengan masa lalu, baik yang bersifat
pemikiran maupun budaya.
Dengan ketiga hal inilah, generasi sahabat muncul sebagai generasi terindah
yang pernah terlahir ke duni a i n i . Di s e b a b k a n k a r e n a ‘ k e t o t a l i t a s a n ’ me r e k a k e t i k a berinteraksi dengan Al-Qu r ’ a n , y a n g d i l a n d a s i s e b u a h k e y a k i n a n y a n g s a n g a t mengakar dalam lubuk sanubari mereka yang teramat dalam, bahwa hanya Al-Qu r ’ a n l a h s a t u -satunya pedoman hidup yang mampu mengantarkan manusia pada kebahagiaan hakiki baik di dunia maupun di akhirat.

PENUTUP
Tinggallah dua pilihan masih ternganga di hadapan kita; antara jaya dengan Al-Qu r ’ a n , a t a u b i n a s a d e n g a n me n i n g g a l k a n n y a . S e j a r a h t e l a h b e r b i c a r a s e b a g a i fakta abadi; bahwa umat ini dapat memperoleh izzahnya dengan Al-Qu r ’ a n . Da n merekapun Allah kerdilkan karena meninggalkan Al-Qu r ’ a n . Da l a m s e b u a h h a d i t s Rasulullah SAW mengatakan:
Da r i U ma r b i n K h a t a b r a . R a s u l u l l a h S A W b e r s a b d a : “ S e s u n g g u h n y a A l l a h S WT a k a n mengangkat derajat suatu kaum dengan kitab ini (al-Qu r ’ a n ) , d e n g a n d e n g a n n y a p u l a A l l a h a k a n me r e n d a h k a n k a u m y a n g l a i n . ” ( H R . Mu s l i m)
Wa l l a h u A ’ l a m B i s S h a wa b .

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More