Selasa, 14 April 2009

Ma'rifatullah

MUQADIMAH
Mengenal Allah merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan
setiap insan. Karena dengan mengenal Allah, seseorang akan lebih dapat
mengenali dirinya sendiri. Dengan mengenal Allah seseorang juga akan dapat
memahami menegenai hakekat keberadaannya di dunia ini; untuk apa ia
diciptakan, kemana arah dan tujuan hidupnya, serta tanggung jawab yang
dipikulnya sebagai seorang insan di muka bumi. Dengan lebih mengenal Allah,
seseoran juga akan memiliki keyakinan bahwa ternyata hanya Allah lah yang Maha
Pencipta, Maha Penguasa, Maha Pemelihara, Maha Pengatur dan lain sebagainya.
Sehingga seseorang yang mengenal Allah, seakan-akan ia sedang berjalan pada
sebuah jalan yang terang, jelas dan lurus.
Sebaliknya, tanpa pengenalan terhadap Allah, manusia akan dilanda
kegelisahan dalam setiap langkah yang dilaluinya. Ia tidak dapat memahami
hakekat kehidupannya, dari mana asalnya, kemana arah tujuannya dan lain
sebagainya. Seakan akan ia sedang berjalan di sebuah jalan yang gelap, tidak
tentu dan berkelok. Dalam Al-Qu r ’ a n A l l a h S WT me n g g a mb a r k a n ( QS . 6 : 1 2 2 ) :
“ Da n a p a k a h o r a n g y a n g s u d a h ma t i k e mu d i a n d i a K a mi hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar daripadanya? Demikianlah Kami jadikan orang y a n g k a f i r i t u me ma n d a n g b a i k a p a y a n g t e l a h me r e k a k e r j a k a n . ”

URGENSI MA ’ R I F A T U L L A H
Sebagaimana disinggung di atas, bahwa orang yang mengenal Allah, ia akan
memahami hakekat kehidupannya. Oleh karenanya ia tidak akan mudah silau dan
tertipu oleh kemilaunya kehidupan dunia. Allah berfirman (QS. 51:56) mengenai
tujuan hidup manusia di dunia:
ِ Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.
Berikut adalah beberpa poin penting mengenai urgensi (baca; ahamiyah) ma’rifatullah :
1. Tidak akan tertipu oleh kemilaunya kehidupan dunia.
Allah berfirman (QS. 6 : 130):
“ H a i g o l o n g a n j i n d a n ma n u s i a , a p a k a h b e l u m d a t a n g k e p a d a mu r a s u l -rasul dari golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayat Ku dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini? Mereka berkata: "Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri", kehidupan dunia telah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang yang k a f i r . ”


2. Karena Allah SWT adalah Rab semesta alam.
Allah berfirman (QS. 13 : 16):
“ K a t a k a n l a h : " S i a p a k a h T u h a n l a n g i t d a n b u mi ? " J a wa b n y a : " A l l a h . " K a t a k a n l a h : " Ma k a patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri?". Katakanlah: "Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?" Katakanlah: "Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa".

3. Karena wujud (eksistensi) dan keberadaan Allah SWT didukung oleh dalil-dalil yang kuat:
a) Dalil Naqli (tekstual)
Allah berfirman (QS. 6 : 19):
“ K a t a k a n l a h : " S i a p a k a h y a n g l e b i h k u a t p e r s a k s i a n n y a ? " K a t a k a n l a h : " A l l a h . Di a menjadi saksi antara aku dan kamu. Dan Al Qur'an ini diwahyukan kepadaku supaya dengannya aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al Qur'an (kepadanya). Apakah sesungguhnya kamu mengakui bahwa ada tuhan-tuhan yang lain di samping Allah?" Katakanlah: "Aku tidak mengakui". Katakanlah: "Sesungguhnya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah)".
b) Dalil Akal
Allah berfirman (QS. 3 : 190):
“ S e s u n g g u h n y a d a l a m p e n c i p t a a n l a n g i t d a n b u mi , d a n s i l i h b e r g a n t i n y a ma l a m d a n siang terdapat tanda-tanda bagi orang-o r a n g y a n g berakal . ”

c) Dalil Fitrah
Allah berfirman (QS. 7 : 172):
“ Da n ( i n g a t l a h ) , k e t i k a T u h a n mu me n g e l u a r k a n k e t u r u n a n a n a k -anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",

4. Memiliki manfaat atau faidah yang banyak:
Dengan mengenal Allah secara baik dan benar, maka secara langsung atau
tidak langsung akan lebih mendekatkan diri kita kepada Allah SWT. Dan jika kita
dekat dengan Allah, maka Allah pun akan dekat pula dengan kita. Hal ini
merupakan hal yang paling pokok bagi seorang hamba. Karena bagi dirinya
orientasinya hanya lah Allah dan Allah. Tiada kebahagiaan hakiki baginya, selain
cinta Ilahi. Namun di samping itu terdapat hal-hal positif lainnya dengan adanya
ma ’ r i f a t u l l a hini, diantaranya adalah:
a) Kebebasan
Allah berfirman (QS. 6 : 82)21
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan
kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan
mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.
b) Ketenangan
Allah berfirman (QS. 13 : 28)
“ ( y a i t u ) o r a ng-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
t e n t e r a m. ”
c) Barakah
Allah berfirman (QS. 7 : 96):
“ J i k a l a u s e k i r a n y a p e n d u d u k n e g e r i -negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan p e r b u a t a n n y a . ”
d) Kehidupan yang baik
Allah berfirman (QS. 16 : 97)
“ B a r a n g s i a p a y a n g me n g e r j a k a n a ma l s a l e h , b a i k l a k i -laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka d e n g a n p a h a l a y a n g l e b i h b a i k d a r i a p a y a n g t e l a h me r e k a k e r j a k a n . ”
e) Syurga Allah berfirman (QS. 10 : 25-26)
“ B a g i o r a n g -orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan
tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula)
k e h i n a a n . Me r e k a i t u l a h p e n g h u n i s u r g a , me r e k a k e k a l d i d a l a mn y a . ”
f) Mardhatillah. Allah berfirman (QS. 98 : 8)
“ B a l a s a n me r e k a d i s i s i T u h a n me r eka ialah surga `Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi o r a n g y a n g takut k e p a d a T u h a n n y a . ”

CARA UNTUK MENGENAL ALLAH
Untuk menuju tujuan tertentu, tentulah diperlukan cara atau metode yang
telah tertentu pula. Metode yang baik dan benar akan dapat mengantarkan kita
pada hasil yang baik dan benar pula. Demikian juga sebaliknya, cara atau metode
yang salah, akan membawa kita pada hasil yang salah pula. Dan secara garis
besar, terdapat dua cara untuk mengenal Allah SWT. Pertama, melalui ayat-ayat
Allah yang bersifat qauliyah. Kedua, melalui ayat-ayat Allah yang bersifat kauniyah.
Pertama : Melalui ayat-ayat qauliyah.
Ayat-ayat qauliyah adalah ayat-ayat Allah SWT yang difirmankan-Nya dalam
kitab suci Al-Qu r ’ a n . A y a t -ayat ini menyentuh berbagai aspek yang dapat
menunjukkan kita untuk lebih mengenal dan meyakini Allah SWT. Sebagai contoh,
Allah SWT berfirman dalam (QS. 88: 17 –20), dimana Allah SWT memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang sangat menghujam lubuk hati seorang insan yang
paling dalam, untuk membenarkan keberadaan Allah Yang Maha Pencipta:
“ Ma k a a p a k a h me r e k a t i d a k me mp e r h a t i k a n u n t a b a g a i ma n a d i a d i c i p t a k a n , Da n l a n g i t , bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi baga i ma n a i a d i h a mp a r k a n ? ”
Contoh lain adalah bagaimana Allah SWT memberikan pertanyaan-pertanyaan yang
sesungguhnya tiada jawaban yang dapat mereka berikan melainkan hanya
kesaksian mengenai Keagungan, Kebesaran dan Kekuasaan Allah SWT. Allah
berfirman (QS. 27 : 60 –66)
“ Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah di samping Allah ada tuhan yang lain)? Bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran). Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengkokohkan) nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui. Atau siapakah yang memperkenankan (do`a) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdo`a kepada-Nya, dan yang
menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah
di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu
mengingati (Nya). Atau siapakah yang memimpin kamu dalam kegelapan di
daratan dan lautan dan siapa (pula) kah yang mendatangkan angin sebagai kabar
gembira sebelum (kedatangan) rahmat-Nya? Apakah di samping Allah ada tuhan
(yang lain)? Maha Tinggi Allah terhadap apa yang mereka persekutukan (dengan-
Nya). Atau siapakah yang menciptakan (manusia dari permulaannya), kemudian23
mengulanginya (lagi), dan siapa (pula) yang memberikan rezki kepadamu dari
langit dan bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)?. Katakanlah:
"Unjukkanlah bukti kebenaranmu, jika kamu memang orang-orang yang benar".
Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara
yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan
dibangkitkan. Sebenarnya pengetahuan mereka tentang akhirat tidak sampai
(kesana) malahan mereka ragu-ragu tentang akhirat itu, lebih-lebih lagi mereka
b u t a d a r i p a d a n y a . ”
Selain dua contoh di atas, masih banyak sekali contoh-contoh lain yang dapat
mengantarkan kita untuk dapat mengenal dan lebih mengenal Allah SWT lagi.

Kedua : Melalui ayat-ayat kauniyah
Ayat-ayat kauniyah adalah tanda-tanda kebesaran Allah yang terdapat pada
ciptaan-Nya, baik yang berada di dalam diri manusia, di alam, di angkasa, di dalam
lautan, di jagad raya dan lain sebagainya. Karena pada hekekatnya, ketika manusia
merenungkan segala ciptaan Allah yang Maha Sempurna ini, akan membawa pada
pengenalan dan pengesaan (baca; pentauhidan) terhadap Allah SWT. Allah
berfirman dalam QS. 67 : 3 –4:
“ Y a n g t e l a h me n c i p t a k a n t u j u h l angit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat d a n p e n g l i h a t a n mu i t u p u n d a l a m k e a d a a n p a y a h . ”
Bahkan dalam ayat lain, Allah seolah memberikan tantangan kepada orang yang
tidak mengakui ciptaan-Nya, untuk menunjukkan ciptaan-ciptaan selain-Nya. Allah
mengatakan (QS. 31 : 11)
“ I n i l a h c i p t a a n A l l a h , ma k a p e r l i h a t k a n l a h o l e h mu k e p a d a k u a p a y a n g t e l a h d i c i p t a k a n o l e h sembahan-sembahan (mu) selain Allah. Sebenarnya orang-orang yang zalim itu berada di d a l a m k e s e s a t a n y a n g n y a t a . ”
Pada intinya adalah bahwa sesungguhnya segala apa yang ada di bumi, di langit, di
jagad raya, juga di dalam diri kita sendiri, merupakan tanda-tanda kebesaran Allah
SWT. Tanda-tanda tersebut demikian banyaknya hingga dapat dikatakan tak
terbilang. Hanya karena keterbatasan kitalah, kita tidak mampu untuk menghitung
ayat-ayat Allah tersebut. Berikut adalah diantara ayat-ayat kauniyah yang dapat
mengenalkan kepada Allah SWT:
1. Fenomena adanya alam.
Jika terdapat sesuatu yang sangat indah dan mempesona, maka pastilah ada
yang membuatnya. Sebagai contoh, ketika kita melihat ada sebuah rumah yang
sangat bagus dan indah. Tentulah rumah tersebut ada yang membangunnya.
Karena tidak mungkin, rumah itu ada dan berdiri sendiri dengan kebetulan,
tanpa ada yang menciptakannya. Demikian juga dengan alam yang sangat
indah ini, dengan berbagai siklus alamnya yang demikian sempurna. Ada sinar
matahari yang tidak membakar kulit, ada oksigen yang kadar dan komposisinya
sangat sesuai dengan manusia, ada air yang merupakan sumber kehidupan, ada
pepohonan, ada hewan, ada bakteri dan demikian seterusnya. Sesungguhnya hal seperti itu merupakan tanda-tanda yang jelas mengenai Allah SWT. Bila ciptaan-Nya saja begitu indah dan sempurna, maka apatah lagi dengan Penciptanya.? Mengenai hal ini, Allah berfirman (QS. 3 : 190):
“ S e s u n g g u h n y a d a l a m p e n c i p t a a n l a n g i t d a n b u mi , d a n s i l i h b e r g a n t i n y a ma l a m d a n siang terdapat tanda-tanda bagi orang-o r a n g yang berakal.”
Kita dapat membayangkan, sekiranya dunia ini tidak diselimuti oleh atmosfer,
atau tiada pepohonan yang mengeluarkan oksigen, atau tiada penawar kotoran
seperti lautan, atau hal-hal lain yang menyeimbangkan siklus perputaran
kehidupan di dunia? Barangkali kita semua saat ini sudah punah. Belum lagi jika
kita menengok ke angkasa raya, di mana seluruh planet berserta gugusan
bintang-b i n t a n g , s e mu a b e r j a l a n s e s u a i d e n g a n ‘ j a l u r n y a ’ ma s i n g -masing.
Sehingga tiada yang saling bertabrakan satu dengan yang lainnya. Lagi-lagi
sebuah pertanyaan muncul, siapakan yang dapat mengatur segalanya dengan
sangat teliti, sempurna dan tiada cacat? (Biarkanlah relung hati kita yang paling
dalam untuk menjawabnya sendiri..)

2. Fenomena kehidupan dan kematian
Kehidupan dan kematian juga merupakan salah satu tanda kebesaran Allah
S WT . Di ma n a h a l i n i ‘ me ma k s a ’ ma n u s i a u n t u k b e r f i k i r k e r a s t e n t a n g f e n o me n a
hidup dan mati. Jika seluruh makhluk itu hidup dan kemudian mati, tentulah di
sana terdapat Dzat yang Menghidupkan dan Mematikan. Jika seseorang, Allah
kehendaki untuk mati, maka apapun yang dilakukan untuk menolongnya akan
menjadi sia-sia. Demikian juga dengan fenomena kehidupan; terkadang
s e s e o r a n g y a n g t e l a h t e r f o n i s ‘ ma t i ’ o l e h me d i s , t e r n y a t a d a p a t d a n ma mp u
bertahan hidup hingga beberapa tahun ke depan. Dan menyikapi hal seperti ini,
ma n u s i a t e r p a k s a h a r u s me n g a k u i ‘ k e k e r d i l a n n y a ’ , me s k i p u n t e k h n o l o g i c a n g g i h
telah mereka kuasai. Namun mereka sama sekali tidak kuasa menghadapi
fenomena ini. Mereka akhirnya harus mengembalikan segala sesuatunya hanya
kepada Allah. Karena pada-Nyalah kita semua akan kembali. Mengenai hal ini
Allah berfirman (QS. 2 : 28)
“ Me n g a p a k a mu i ngkar kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah
menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali,
kemudian kepada-Nya-l a h k a mu d i k e mb a l i k a n ? ”

PENGHALANG DALAM MENGENAL ALLAH
Meskipun demikian, manusia tetaplah manusia dengan segala sifat baik dan
buruk yang terdapat dalam dirinya. Bagi mereka yang dapat memenejemen dirinya
mengikuti sifat baiknya, maka hal ini tidak akan menjadi masalah. Namun
manakala mereka mengikuti sifat buruk dalam dirinya, tentulah hal ini dapat
menjadi penghalang dalam menempuh jalan menuju pengenalan terhadap Allah
SWT. Secara garis besar terdapat beberpa hal (yang harus kita hindari) yang
menghalangi manusia untuk mengenal Allah, diantaranya adalah:
1. Kefasikan
Fasik adalah orang yang senantiasa melanggar perintah dan larangan Allah,
bergelimang dengan kemaksiatan serta senantiasa berbuat kerusakan di bumi.
Sifat seperti ini akan menghalangi seseorang untuk mengenal Allah SWT. Allah
“ S e s u n g g u h n y a A l l a h t iada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?" Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik. (yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang y a n g r u g i . ”

2. Kesombongan
Kesombongan merupakan suatu sikap dimana hati seseorang ingkar dan
membantah terhadap ayat-ayat Allah, dan mereka tidak beriman kepada Allah
SWT. Allah berfirman (QS. 16 : 22):
“ T u h a n kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Maka orang-orang yang tidak beriman
kepada akhirat, hati mereka mengingkari (keesaan Allah), sedangkan mereka sendiri
adalah orang-o r a n g y a n g s o mb o n g . ”
3. Kedzaliman
Sifat kedzaliman merupakan sifat seseorang yang menganiaya, baik terhadap
dirinya sendiri, terhadap orang lain, ataupun terhadap ayat-ayat Allah SWT.
Mengenai sifat ini, Allah berfirman dalam (QS. 32 : 22):
“ Da n s i a p a k a h y a n g l e b i h z a l i m d a r i p a d a o r a n g y a n g t e l a h d i p e r i n g a t k a n d e n g a n a y a t -ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling daripadanya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-o r a n g y a n g b e r d o s a . ”

4. Kedustaan
Kedustaan merupakan sikap bohong dan pengingaran. Dalam hal ini adalah
membohongi dan mengingkari ayat-ayat Allah SWT. Allah berfirman QS. 2 : 10
“ Da l a m h a t i me r e ka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka s i k s a y a n g p e d i h , d i s e b a b k a n me r e k a b e r d u s t a . ”

5. Banyak melakukan perbuatan maksiat (dosa)
Allah berfirman (QS. 83 : 14):
“ S e k a l i -kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup h a t i me r e k a . ”

6. Kejahilan/ kebodohan
Allah berfirman (QS. 29 : 63) :26
“ Da n s e s u n g g u h n y a j i k a k a mu me n a n y a k a n k e p a d a me r e k a : " S i a p a k a h y a n g menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah". Katakanlah: "Segala puji bagi Allah", tetapi k e b a n y a k a n me r e k a t i d a k me ma h a mi ( n y a ) . ”

7. Keragu-raguan
Allah berfirman dalam (QS. 22 : 55) :
“ Da n s e n a n t i a s a l a h o r a n g -orang kafir itu berada dalam keragu-raguan terhadap Al-Qur'an, hingga datang kepada mereka saat (kematiannya) dengan tiba-tiba atau datang kepada mereka azab hari kiamat. Dan senantiasalah orang-orang kafir itu berada dalam keragu-raguan terhadap Al Qur'an, hingga datang kepada mereka saat (kematiannya) dengan tiba-t i b a a t a u d a t a n g k e p a d a me r e k a a z a b h a r i k i a ma t . ”

8. Penyimpangan
Allah berfirman (QS. 5 : 13):
“ ( T e t a p i ) k a r e n a me r e k a me l a n g g a r j a n j i n y a , K a mi k u t u k me r e k a , d a n K a mi j a d i k a n h a t i mereka keras membatu. Mereka suka merobah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat b a i k . ”

9. Kelalaian
Allah berfirman dalam (QS. 7 : 179):
“ Da n s e s u n g g u h n y a K a mi j a d i k a n u n t u k i s i n e r a k a J a h a n n a m k e b a n y a k a n d a r i j i n d a n manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang l a l a i . ”

TAUHIDULLAH
Tauhidullah berarti mengesakan Allah SWT, dari segala apapun yang ada di
dunia ini. Dan secara garis besar, tauhid dibagi menjadi tiga bagian; pertama
Tauhid Rububiyah. Kedua; Tauhid Mulkiyah, dan Ketiga; Tauhid Uluhiyah.
1. Tauhid Rububiyah.
Dari segi bahasa, Rububiyah berasal dari kata rabba yarubbu ( ّ ﺏﺭ - ّ ﺏﺮ ـ ﻳ ) yang
memiliki beberapa arti, yaitu : ( ﻲـ ﺑ ﺮ ﻤ ﻟ ﺍ/al-Murabbi) Pemelihara, ( ﺮ ﻴ ـ ﺼﻨ ﻟ ﺍ /al-
Nashir) Penolong, ( ﻚـ ـ ﻠ ﻤ ﻟ ﺍ/al-Malik) Pemilik, ( ﺢ ﻠ ـ ـ ﺼﻤ ﻟ ﺍ/ al-Muslih) Yang
Memperbaiki, ( ﻟ ﺍ ﺪ ﻴ ﺴ /al-Sayid) Tuan dan ( ﻲﻟ ﻮ ﻟ ﺍ / al-Wali) Wali.
Sifat rububiyah bagi Allah merupakan sifat Allah sebagai Maha Pencipta, Maha
Pemilik, dan Maha Pengatur seluruh alam. Dalam tauhid ini, kita diminta untuk
mengesakan Allah sebagai Pencipta yang telan mencipta segala sesuatu dari
yang paling kecil hingga yang paling besar. Hanya Allah-lah yang memberikan
rizki dan hanya Allah lah sebagai Penguasa yang menguasai seluruh alam ini.
Menurut fungsinya, tauhid rububiyah pada Dzat Allah terbagi menjadi tiga:
a) Allah sebagai Pencipta (ﺎ ﻘ ﻟ ﺎ ﺧ )
Allah SWT berfirman (QS. 2 : 21-22):
“ H a i ma n u s i a , s e mb a h l a h T u h a n mu Y a n g t e l a h me n c i p t a k a n mu d a n o r a n g –orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal k a mu me n g e t a h u i . ”

b) Allah sebagai Pemberi rizki (ﺎ ﻗ ﺯ ﺍ ﺭ )
Allah berfirman (QS. 51 : 57-58):
“ A k u t i d a k me n g h e n d a k i r e z k i s e d i k i t p u n d a r i me r e k a d a n A k u t i d a k me n g h e n d a k i supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi r e z k i Y a n g Me mp u n y a i K e k u a t a n l a g i S a n g a t K o k o h . ”

c) Allah sebagai Pemilik
Allah berfirman (QS. 284) :
َ “ K e p u n y a a n A l l a h -lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-N y a ; d a n A l l a h Ma h a K u a s a a t a s s e g a l a s e s u a t u . ”
Tauhid rububiyah ini merupakan landasan bagi seluruh kaum muslimin untuk
bersyukur kepada Allah SWT. Karena pada hakekatnya dalam menempuh
kehidupan dunia, mereka senantiasa bertemu dengan ciptaan Allah, dengan
p e mb e r i a n r i z k i d a r i A l l a h d a n j u g a me n g g u n a k a n s e g a l a ‘ f a s i l i t a s ’ mi l i k i A l l a h
SWT. Mereka tidak mungkin lari dari kenyataan ini.


2. Tauhid Mulkiyah.
Dari segi bahasa, mulkiyah berasal dari kata malika yamliku ( ﻚـ ﻠ ﻣ - ﻚـ ﻠ ﻤ ﻳ ), yang artinya memiliki dan berkuasa penuh atas yang dimiliki. Sedangkan dari segi
istilahnya adalah mengesakan Allah SWT sebagai satu-satunya penguasa,
pemimpin, satu-satunya pembuat hukum (aturan) dan pemerintah. Tauhid
mulkiyah pada Allah meliputi
a) Allah sebagai pemimpin (ﺎ ﻴ ﻟ ﻭ )
Allah berfirman (QS. 7 : 196):
“ S e s u n g g u h n y a p e l i n d u n g k u i a l a h A l l a h y a n g t e l a h me n u r u n k a n A l K i t a b ( A l Qu r ' a n ) dan Dia melindungi orang-o r a n g y a n g s a l e h . ”
Dalam ayat lain Allah menggambarkan (QS. 18 : 50)
“ Da n ( i n g a t l a h ) k e t i k a K a mi b e r f i r ma n k e p a d a p a r a ma l a i kat: "Sujudlah kamu kepada Adam", maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang z a l i m. ”

b) Allah sebagai pembuat hukum/ undang-undang (ﺎ ﻤ ﻛ ﺎ ﺣ )
Allah berfirman (QS. 6 : 57):
“ Me n e t a p k a n h u k u m i t u h a n y a l a h h a k A l l a h . “

c) Allah sebagai pemerintah/ yang berhak memerintah (ﺍ ﺮ ﻣ ﺁ )
Allah berfirman (QS. 7 : 54)
“ I n g a t l a h , me n c i p t a k a n d a n me me r i n t a h h a n y a l a h h a k A l l a h . Ma h a S u c i A l l a h , T u h a n s e me s t a a l a m. ”

3. Tauhid Uluhiyah.
Uluhiyah berasal dari kata A l i h a y a ’ l i h u , ( ﻪ ـ ـ ﻟ ﺃ - ﻪ ـ ـ ﻟ ﺄ ﻳ ) artinya menyembah. Sedangkan dari segi istilah adalah mengesakan Allah SWT dalam penyembahan/peribadahan. Tauhid uluhiyah pada Allah ini mencakup tiga hal:
a) Allah sebagai tujuan (ﺔ ﻳ ﺎ ﻏ )
Allah berfirman (QS. 6 : 162):
“ K a t a k a n l a h : " S e s u n g g u h n ya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah u n t u k A l l a h , T u h a n s e me s t a a l a m. ”

b) Allah sebagai Dzat yang kita mengabdikan diri pada-Nya (ﺍ ﺩ ﻮ ﺒ ﻌ ﻣ )
Allah berfirman (QS. 109: 1-6)
“ K a t a k a n l a h : " H a i o r a n g -orang yang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu, dan
untukkulah, agamaku".
Dengan mentauhidkan Allah melalui tiga bentuknya ini, insya Allah akan membawa
kita untuk menjadikan Allah sebagai:
1. Rab yang menjadi tujuan segala amalan dan aktivitas kita, baik yang bersifat
ibadah ataupun muamalah, bersifat individu maupun secara bersama-sama.
Karena tiada tujuan lain dalam hidup kita selain hanya Allah dan Allah.
2. Penguasa yang senantiasa kita taati segala undang-undang dan aturan hukum
yang Allah berikan kepada kita, baik yang terdapat dalam Al-Qu r ’ a n ma u p u n
yang terdapat dalam sunnah Rasulullah SAW.
3. Tuhan yang senantiasa kita sembah, di mana tiada sesembahan lain dalam hati
kita, dalam fikiran kita dan dalam jasad kita selain hanya untuk pengabdian
kepada Allah SWT.

PENUTUP
Dengan mengenal Allah SWT, kita akan lebih dapat untuk mendekatkan diri
kita kepada-Nya secara baik dan benar. Karena pemahaman yang baik akan
mengantarkan pada amalan yang baik. Amalan yang baik akan mengarah pada
hasil yang baik. Dan hasil yang baik, insya Allah akan mendapatkan keridhaan Allah
SWT. Semoga Allah SWT menjadikan kita semua sebagai hamba-hamba-Nya yang
benar-benar mentauhidkannya dalam segenap aspek kehidupan kita. Dan kita
berlindung kepada-Nya dari kemusyrikan-kemusyrikan, baik yang kita sadari
a t a u p u n y a n g t i d a k k i t a s a d a r i …
Wa l l a h u A ’ l a m B i s S h a wa b .

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More